Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Berkutik
Bab. 30
Mama Ayumna yang ingin memeriksa Rinda dan membawakan obat, mematung seketika di saat melihat putra semata wayangnya tersebut tengah mencium istrinya sendiri.
Sebenarnya bukan masalah juga, toh sah sah saja. Cuma yang membuat mama Ayumna tidak dalam keadaan seperti ini juga.
"Ghaniii ...!" panggilnya dengan nada pelan namun penuh tekanan. "Kalau mau cium-cium, liat kondisi dulu. Rinda sedang sakit, loh. Nanti kamu kebablasan gimana? Malah parah, dong!" ingat mama Ayumna sembari datang mendekat.
Sementara Ghani yang terkejut dengan kejadian ciuman tidak sengaja, langsung melepas tangan Rinda yang melingkar di lehernya.
"Mama salah paham. Ini Rinda yang ...."
Ghani tidak melanjutkan ucapannya lagi ketika melihat mamanya yang senyum senyum sendiri. Karena akan percuma saja walau dia jelaskan. Mamanya mempunyai pemikiran sendiri yang bahkan suaminya pun tidak akan bisa menggoyahkan pikiran mama.
"Hust!" mama Ayumna menyuruh Ghani untuk diam. "Kamu minggir dulu, biar mama periksa," ujarnya kemudian.
Ghani menurut dan mama Ayumna melakukan tugasnya.
Kemudian pria itu menoleh ke arah jam yang ada di atas malas dekat ranjang tidurnya. Jarum jam sudah menunjuk ke angka delapan. Itu artinya satu jam lagi dirinya harus segera menuju ke markas. Melihat kesiapan untuk acara balapan nanti malam.
"Kamu tenang aja, dia cuma demam biasa, Gha," ucap mama Ayumna yang mengira Ghani gusar karena khawatir akan keadaan Rinda.
"Hah?" tentu saja pria itu terkesiap.
Mama Ayumna tersenyum. "Mama buatin bubur dulu, baru kamu bangunin Rinda untuk makan dan minum obatnya."
"Tapi, Ma ...."
Ghani bingung mengatakannya bagaimana. Karena selama ini yang mamanya tahu kalau dirinya sudah tidak lagi melakukan balapan.
Mama Ayumna yang bersiap untuk keluar dari kamar putranya, menoleh dan menatap bingung.
"Tapi apa lagi? Nggak mau ngurusin istri kamu? Hmm?" cecar mama Ayumna. "Ingat, Gha. Dia sudah dikasihkan ke kamu sama orang tuanya. Kamu harus merawat dan menjaga apa yang diberikan ke kamu. Kamu nggak bisa lagi nongkrong dan pulang malem-malem."
Belum juga mengatakan maunya, Ghani sudah mendapat ceramah dari mamanya.
"Malam ini aja, Ma. Ghani sudah ada janji dan nggak bisa dibatalin. Sebentar doang, kok. Ya? Gantiin Ghani jaga Rinda sebentar?" mohon Ghani.
Tatapan mama Ayumna semakin tajam ke arah Ghani. Wanita itu menelisik gerak gerik putranya yang terlihat sangat janggal sekali.
"Mau nongkrong?" tanya mama Ayumna.
Jika menjawab iya, maka tamatlah Ghani yang jelas mamanya akan lebih panjang lagi menceramahi dirinya.
"Enggak, Ma. Bukan nongkrong."
"Lalu?" tatapan mama Ayumna semakin memicing.
Ghani sangat tahu sifat mamanya. Jika ada yang tidak beres, maka dia akan bertanya kepada suaminya. Dan suaminya itu sangat tidak pintar sekali berbohong pada istrinya. Oleh karena itu, daripada urusannya semakin panjang, lebih baik Ghani memilih jujur saja. Perkara nanti diceramahi atau tidak, urusan belakangan.
"Balapan," jawab Ghani dengan suara lirih sambil memalingkan mukanya.
"Dasar! An—"
"Ma, Rinda sedang sakit. Kalau Mama teriak di sini, yang ada dia tambah pusing," potong Ghani cepat mengingatkan sang mama.
Alhasil mama Ayumna dengan sangat terpaksa harus menahan rasa geramnya pada putranya sendiri.
Mama Ayumna mengatur napasnya agar tidak marah sekarang. Karena ada menantunya yang tertidur di sana.
"Urusan kita belum selesai, Gha!" tekan mama Ayumna yang kemudian memilih keluar dari kamar putranya.
Sementara itu Ghani mengangguk lega. Paling tidak mamanya tidak memarahi dirinya untuk saat ini. Dan ketika ia menutup pintu kamar, tidak berselang lama Ghani mendengar teriakan marah mama Ayumna yang memanggil papanya. Ghani sedikit meringis mendengaLangsung
Ghani tersenyum sendiri. Perasaan papanya itu kalau di luar banyak yang takut. Bahkan nggak ada yang berani menatapnya langsung. Tapi beda jauh sama di rumah. Langsung kicep jika sudah istrinya itu bersuara.
Pria itu menggeleng kepala dan membuka lemari. Berniat berganti baju sebelum datang ke markas.
Ayaaangg ... Yuta mau tanya, tambahannya mau minta sore apa malam? soalnya Yuta mau up Hidden Ceo juga? udah baca Mas Dosum itu belum?