"Aku mencintai Akselia Hanum tidak perduli dia berasal dari garis keturunan siapa, aku berjanji akan membawa cintaku hingga ke surga untuknya, aku akan menjaga dan melindunginya, aku akan berada disisinya walau apapun yang terjadi" gumam Aksara Banyu seraya menatap lirih wanita berbalut kebaya putih yang nampak menangis ditengah para tamu undangan pernikahannya. Acara pernikahan yang seharusnya berlangsung sakral dan meriah itu berubah menjadi bencana untuk keluarga besar seorang pengusaha besar Arman Hamdi, saat calon mempelai pria memutuskan membatalkan pernikahan itu sesaat sebelum ijab qabul dilaksanakan, Dirga Grahana sang calon suami Akselia Hanum memilih mundur dari pernikahan itu setelah mendengar nama asli dari Ayah kandung Akselia Hanum.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
"Mba Akselia..." seru Aksara seraya mencari Akselia ke semua penjuru rumah hingga keluar ke toko depan rumah.
Nampak sang Bapak menyusun barang jualan.
"Pak,mba Akselia kemana?" tanya Aksara
"Ohhh... tadi ikut sama ibu mu ke ladang belakang rumah mau memetik sayur kata ibu mu tadi" jawab Pak Halim
"Ke ladang?" ucap Aksara ragu-ragu
Dia pun segera bergegas menyusul Akselia dan ibu nya. dari jauh nampak sang ibu sedang memetik sayur sambil mengobrol dengan pemilik ladang tetangga. tapi tak nampak Akselia di sana. buru-buru Aksara mendekati sang ibu
"Bu,mba Akselia dimana?" tanyanya kepada sang ibu
"Itu,katanya mau jalan-jalan ke sekitar ladang mau cari udara segar,ibu sudah bilang jangan sendiri takut nyasar,tapi katanya bisa,tadi ke arah kaki gunung,ibu baru mau susulin ini,kamu sudah datang" ucap sang ibu
"Biar Aksara yang susulin bu,ibu kembali ke rumah saja" ucap Aksara lalu beranjak kearah kaki gunung.
Setengah berlari Aksara menyusuri pematang ladang itu. seraya memanggil Akselia.
"Mba Akselia... mba Akselia..." serunya
Namun tak ada jawaban dari Akselia. Aksara pun terus berlari hingga agak masuk ke hutan gunung.
"Mba Akselia... Akseliaaaa..." kini suara Aksara membahana
Rasa khawatir nya semakin meninggi. diedarkan pandangannya ke seluruh area hutan gunung itu.
"Akseliaaa...!" teriaknya lagi
"Mas Aksaraaaa.... tolonggg..." suara jeritan Akselia pun terdengar dari arah balik pohon
Mendengar itu Aksara segera berlari menghampiri sumber suara itu
"Akseliaaaa..." seru Aksara terkaget melihat Akselia berdiri dibawah pohon
Aksara pun segera turun kebawah.
"Mba Akselia ngapain disitu?" tanya Aksara bingung
"Mas Aksaraaa... tolongin,tadi saya jalan-jalan eh taunya nyasar gak lihat jalan keluar hutan,akhirnya disini aja gak berani kemana-mana Mas" ucap Akselia dengan suara memelas
Antara ingin tertawa atau khawatir,Aksara menahan tawanya.
"Ya sudah ayo balik,sudah siang ini,ngapain coba masuk kedalam hutan" ucap Aksara seraya mengulurkan tangannya
"Tapi Mas,sendalku putus" ucap Akselia seraya menunjuk sendal jepit yang terputus
Aksara menarik nafas panjang dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. jika dia memberikan sendalnya kepada Akselia, khawatir kakinya yang terkena ranting dan semak rumput yang tajam.
"Ya sudah,saya ijin ini ya,mba Akselia saya gendong aja dulu sampai kita keluar hutan, nanti pas di pematang ladang baru pakai sendal saya, kalau didalam hutan gak pakai sendal bahaya kena ranting atau semak rumput liar nanti" ucap Aksara
Akselia nampak berpikir sejenak.
"Okelah,tapi pelan-pelan ya" ucap Akselia
"Hhhmmm... bersiap ya" ucap Aksara seraya meraih tubuh Akselia dan menggendongnya ala-ala bridal style.
Akselia pun dengan ragu-ragu memegang pundak Aksara.
"Silahkan dipegang aja mba,takut terpelorot jatuh nanti" ucap Aksara seraya tersenyum tipis
Akselia pun melingkarkan tangannya ke pundak Aksara. mereka pun berjalan kearah pematang ladang,sinar matahari sudah meninggi.
Diujung pematang ladang,mereka terhenti,sebelum Aksara menurunkan Akselia, nampak seseorang berdiri mematung menatap mereka tajam.
"Aa Aksara" ucap Galuh dengan nada kaget ditatapnya Aksara bergantian dengan Akselia yang masih berada di gendongan Aksara.
"Galuh" gumam Aksara
"Turunin saya Mas,malu" bisik Akselia
Aksara pun terkaget dan segera menurunkan Akselia dari gendongannya. Akselia pun melangkah melewati Galuh seraya memberi senyuman tipis. diikuti Aksara yang masih bingung harus berkata apa.
"Mas Aksara,sendalnya mana?" ucap Akselia memecah keheningan
"Oh iya,nih dipakai dulu" ucap Aksara seraya mencopot sendalnya
Akselia memakai sendal yang nampak kebesaran itu,dan kembali berjalan,Aksara hanya mengikuti tanpa menyapa Galuh terlebih dahulu. Galuh hanya termenung melihat dua orang itu. dia kembali teringat perkataan Gendis adik Aksara, kalau Aksara sudah memiliki calon istri yang cantik,seorang wanita karir dan berasal dari kota.
Galuh hanya menarik nafas panjang,ada gejolak lain terasa didadanya melihat Aksara dengan wanita lain.
Mereka pun tiba di rumah.
"Sampai mana jalanya?" tanya sang ibu
"Masuk kedalam hutan bu" jawab Aksara
Akselia hanya terdiam dengan wajah bersalah.
"Maaf bu,maaf Mas Aksara" ucap Akselia pelan.
"Ya sudah gak apa-apa besok-besok kalau mau jalan bareng Aksara saja ya" ucap sang ibu
"Iya bu" ucap Akselia lagi
"Mba Akselia mandi aja dulu,abis itu kita sarapan nanti saya ajakin jalan-jalan lagi ya" ucap Aksara
"Oke,saya pamit mandi dulu ya bu" ucap Akselia seraya masuk kedalam rumah
Kediaman Pak Arman
Pak Arman nampak berdiskusi dengan tim hukum,humas dan protokol perusahaan untuk mengambil langkah selanjutnya apakah pembatalan pernikahan ini harus diselesaikan secara hukum atau cukup dengan musyawarah dan permohonan maaf dari keluarga Ibrahim Wijaya terutama Dirga Grahana.
"Bapak masih punya saham sebesar dua koma tujuh persen di perusahaan Pak Ibrahim Wijaya dan mereka pun punya hutang obligasi dua ratus tiga puluh lembar saham,langkah apa yang bapak ingin tempuh?" tanya sang pengacara
"Apa yang akan terjadi jika saya menarik saham saya dan meminta obligasi itu dilunasi?" tanya Pak Arman dengan mimik wajah yang sangat serius
"Atas informasi finansial perusahaan Pak Ibrahim Wijaya,mereka baru menerima suntikan dana sebesar tujuh ratus milyar dari mitra perusahaan mereka di Malaysia,jika bapak menarik saham bapak dan menuntut pembayaran obligasi, saham mereka akan menurun dan dana yang baru saja mereka terima itu akan menyusut untuk pembayaran obligasi saham ke perusahaan kita" jawab Arazka
"Berapa lama waktu dibutuhkan untuk penarikan saham itu?" tanya Pak Arman lagi
"Jika dilakukan tanpa proses hukum,cukup tiga bulan,tapi jika dengan proses hukum bisa menghabiskan waktu enam bahkan satu tahun Pak" jawab Arazka lagi
"Lakukan tanpa proses hukum,tunggu Aksara kembali,dan segera laksanakan,kalian kirim pemberitahuan terlebih dahulu kepada perusahaan mereka" ucap Pak Arman lagi
"Baik Pak" ucap pengacara itu lagi
"Dan satu lagi Arazka,bagaimana dengan pemberitaan pembatalan pernikahan Akselia?" tanya Pak Arman lagi
"Sudah saya atasi Pak, klarifikasi via email pun sudah,beberapa video sudah kami take down dan pemberitahuan secara tertulis lewat media massa untuk tidak menyebarkan video dan hoaks,jika masih ada,maka pihak perusahaan akan mengambil langkah hukum terhadap pribadi maupun media manapun" jawab Arazka tegas
"Baiklah" jawab Pak Arman
Dikamarnya Annira tampak melihat kembali foto kebersamaanya dengan Dirga seraya tersenyum lebar.
"Tunggu tanggal mainnya Mas Dirga" gumamnya
Nyonya Rugayyah sudah tidak tinggal di rumah Pak Arman lagi,sejak kemarin saat Dirga membatalkan pernikahannya dengan Akselia, Nyonya Rugayyah memilih tinggal di rumah keluarga Ibrahim Wijaya. Pak Arman dan ibu Masyitah sudah tidak mau ambil pusing lagi dengan hal tersebut.
Tasikmalaya
Aksara membawa Akselia berjalan-jalan ke pasar Tanjungsari menikmati beberapa makanan khas Tasikmalaya.
"Mau makan yang mana dulu?" tanya Aksara
"Yang ini rengginang kan,kalau ini wajit ya kan, yang ini kolontong dan ini... apa ya? ucap Akselia seraya menunjuk satu per satu makanan yang tertata di atas meja itu
Aksara tersenyum tipis.
" Mba Akselia tahu ini semua darimana?" tanya Aksara kaget
"Tahu lah,ibu sama bapak sering pesan makanan ini sama Bi Sri" ucap Akselia seraya mencomot satu potong wajit
"Enak?" tanya Aksara
"Manis banget Mas" ucap Akselia
Aksara hanya tertawa lebar.
Sementara mereka makan,gerimis mulai jatuh dan tak lama kemudian hujan deras pun turun.
"Hujan Mas,gimana pulangnya ini?" ucap Akselia
Mereka ke pasar menggunakan sepeda motor.
"Tunggu reda hujannya,gak usah buru-buru, nikmati aja dulu makannya,kita pesan soto ayam Tasik ya,sepertinya enak nih dingin-dingin makannya yang hangat" ucap Aksara seraya bangkit untuk memesan dua mangkok soto ayam
"Mas Aksara ingat gak,waktu saya kehujanan pulang dari makan siang itu?" tanya Akselia
""Hhhmmm ingat,kenapa?" tanya Aksara
"Saya penasaran,kok tiba-tiba Mas Aksara bisa muncul sambil bawa payung,kebetulannya kok kebetulan banget ya?" ucap Akselia dengan tatapan tajam
Mendengar itu Aksara terbatuk-batuk.
"Pelan-pelan Mas,minum dulu" ucap Akselia seraya mengulurkan segelas air putih
"Memang kebetulan aja lewat,hari itu abis ngajakin klien Pak Arman makan siang di sekitar tempat itu kok" ucap Aksara
"Mas Aksara bohong kan?" ledek Akselia seraya tertawa lebar
"Alhamdulillah dia bisa tertawa lagi ya Allah" batin Aksara seraya terus menatap wajah gadis yang diam-diam sudah menghuni hatinya itu
Dua hari berlalu.
"Mas,bisa minta ponselku gak?" ucap Akselia
"Hhhmm... yakin sudah mau buka ponsel?" tanya Aksara
Akselia hanya mengaguk pelan. selama dua hari ini,sengaja tidak meminta ponselnya,dia berkomunikasi dengan orangtuanya dan sahabatnya Alanna menggunakan ponsel Aksara.
Dengan sedikit ragu,ditatapnya layar ponsel itu, lalu mencoba menyalakannya. bunyi notifikasi bertalu-talu masuk. Akselia menarik nafas panjang. melihat satu per satu notifikasi itu, matanya tertumpu pada satu nomor kontak
Dirga Grahana; " Maafkan aku Akselia,aku mencintaimu,ijinkan aku menemuimu"
bahagia deh tasikmalaya disebut sebut dlm novel ini. karna aku berasal dari tasik Malaya. pencinta novel di aplikasi ini