Memilih Menikah

"Zavi!!!..." Ucap Nissa keras,namun mobil terus menjauh sementara dirinya di tahan oleh Murni untuk tidak mengejar.

Wajah Nissa pucat dan itu biasa terjadi ketika dirinya sedang kedatangan tamu bulanan nya.Perut nya kram dan akan datang dan pergi sesuka hati.

Beberapa menit lalu ia terbangun dan ternyata tidak ada suami di sebelahnya.Nissa pun mencoba mencari di kamar mandi dan menoleh ke jendela tapi tetap tidak ada Zavi di luar sana.Namum suara kegaduhan membuat dirinya penasaran akan itu.

Nissa membuka pintu yang menghubungkan kamar dan balkon.Mata nya membulat seakan tidak percaya jika Zavi sedang di bawah dalam pengawasan beberapa orang.Menjerit ketika melihat beberapa kepalan mendarat di perut dan wajah suami nya.

Berbalik,kaki Nissa cepat berlari menuruni tangga.

"Zavier!!!...." Belum sampai di depan Zavi, Murni sudah mencegat Nissa untuk keluar.

"Bu Dhe,suami ku Bu Dhe.." mata nya berlinang air mata.

Murni pun mengangguk "Sabar Nak,Bu Dhe tidak tahu harus bagaimana.Beberapa kali Zavier diberi pertanyaan namun jawaban nya selalu tidak,Pak Dhe sudah bilang pada mereka untuk tidak disini ta..."

"Aku pinjem ponsel nya Bu Dhe,Nissa mau telfon Papah atau Mamah.Mereka pasti tidak tahu.Aku pinjam Bu Dhe!" Paksa Nissa.

Murni pun melangkah masuk ke kamar mengambil ponselnya namun beliau salah, Nissa melangkah berlari keluar dan melihat Zavi tersungkur dengan banyak darah di hidungnya.

"Stop!!!... Kalian tidak tahu,dia siapa.Coba satu persatu jika berani." ucap Nissa.

Zavi meraih tangan istrinya untuk tidak berdekatan dengan para lelaki di sana.Meski Nissa memakai kerudung dan bercadar mereka tetap melihat dengan bringas.

"Kenapa turun,kamu sedang sakit perut kan?" ucap Zavier seolah tidak ada apa-apa.Namun mata Nissa mengembun saat melihat suaminya terluka di bagian pinggir bibirnya.

"Bu Dhe sedang menelfon Papah untuk kemari,aku berharap kamu bisa menjelaskan nya nanti Zavier!"

Bukan jawaban yang Zavi inginkan.

"Masuklah,biar aku selesaikan masalah ini sendiri.Kamu tetap disini dengan Bu Dhe dan Pak Dhe,aku janji akan menjemput Nissa." Perintah Zavi.

Nissa menggeleng "Aku ikut.."

"Jangan,rumah orang tua Mina kandung terlalu kotor untuk kamu tapaki!"

"Aku ikut Zavier!" sanggah Nissa.

"Disini saja,tunggu mamah menjemput kalau begitu!"

Kedua lelaki berbadan besar mulai mencekal lengan Zavi dan siap untuk di masukan ke dalam mobil dengan paksa.

"Zavi!!!..."

.

.

.

Benar saja setelah Zavi pergi.Riza, Hafi, Galina begitu pula dengan Mita datang untuk menjemput Nissa.Gadis itu menangis sesenggukan di pelukan Mita.Ia memohon maaf dan memohon untuk membujuk Mina agar suami nya tidak terlibat.Karena Zavi sendiri berucap jika bukan anak Zavi yang di kandung.Zavi hanyalah korban perasaan ketidak bersalahnya penjagaan.

"Zavi hanya bicara jika dia gagal menjaga adiknya,begitu yang Zavi katakan Bunda"

Mita mengusap air mata Nissa, begitupula Galina yang terus memeluk menantu nya dari belakang.

Mendengar itu para lelaki berkesimpulan jika Vito main hakim sendiri.

"Dua kali dia bermain main dengan keluarga ku,jika bukan Papah kandung Mina mungkin sudah habis lelaki itu di tangan Papah dan kami" jawab Hafi di depan Firman dan Murni.

Setelah banyak pertimbangan dan mengobrol,Riza meminta undur diri pada Firman.Ia sudah pasrah jika hal seperti ini akan sampai ke Habib Badawi dan juga Ummi Zaenab.Terlebih perkelahian di depan bukan hanya Firman dan Murni yang tahu,beberapa saudara di sana juga tahu.

"Bu Dhe,Nissa mohon jangan sampai Abi dan Ummi tahu tentang ini?!" ucap Nissa saat akan menaiki mobil.

Murni pun mengangguk "Baik baik ya nduk,Bu Dhe akan mendoakan rumah tangga Nissa baik baik saja.Tetap berdoa dan jangan pernah putus asa.Bu Dhe tahu Nissa sekarang di posisi yang tidak mudah"

Nissa pun mengangguk "Aamiin Bu Dhe".

.

.

.

Brugk!!!

Perangai asli Riza terlihat kembali setelah berpuluh tahun tertidur.

Datang ke kediaman dan mendobrak dengan keras meja yang ada di sana.Tidak perlu orang lain dan hanya mereka berdua.Mita,Galina dan Nissa sementara ada di sebuah hotel.

Semua pengawal Vito datang berhamburan dari dalam.

"Katakan pada Vito,temui aku sekarang disini!" ucap Riza.

Salah satu dari mereka pun masuk kembali dan melaporkan itu.Tak lama Vito muncul.

Kali ini Hafi yang bicara "Bukan kah kita sudah bersepakat untuk tidak mengambil jalur main hakim sendiri? Kenapa kau melanggar nya?"

Vito tersenyum miring "Mina membutuhkan Zavi, aku tidak tega melihat nya"

"Jika begitu,mari kita dengarkan apa yang Zavi akan bicarakan.Kita sama sama tidak tahu siapa yang salah dan siapa yang benar,bisa saja Mina yang terlalu ingin Zavi." ucap Hafi.

Meski Hafi dan Mina sangat dekat,begitu pula Mita dan Mina,namun Hafi tidak pernah membela jika ia yang bersalah.

"Tapi bukan kah kita sudah tahu jika Zavier dan Mina saling mencintai dari dulu? kalian yang jahat menjodoh jodohkan Zavier dengan wanita lain!" jawab Vito.

"Begini saja,mungkin usia kita sudah berlalu untuk adu otot.Kita dengar saja ucapan Zavier.Dimana anak ku?" ucap Riza menengahi kedua nya.

.

.

.

"Kau tidak menjelaskan kepada Papah mu Mina?" tanya Zavi,Mina pun menggeleng.

"Aku takut Zavier!"

"Tapi kau sudah membuat ku tersudut.Kau tahu kan jelas jelas tunangan mu yang melakukan itu dengan paksa.Aku memang bersalah karena aku sudah tidak ada di sana,tapi bukan berarti kamu berdalih mencari ku terus untuk menutupi nya!"

Hening

"Salah ku hanya satu Mina,tidak bisa menjaga mu hingga kamu seperti ini.Bukan aku yang harus tanggung jawab atas bayi ini.Tapi tunangan mu!"

Bukan hanya Nissa saja yang melihat Zavi menangis saat terluka.Mina juga sama,ia bahkan mengobati dengan pelan luka Zavier dengan kapas dan antiseptik.

"Nanti secepatnya Papah, Mamah, Bunda dan Ayah pasti akan kemari.Aku mohon kamu menjelaskan nya Mina,percayalah setelah ini aku akan tetap menjaga mu.Kamu tetap adikku dan Nissa istriku!"

"Aww sakit!... Pelan!"

Mendengar nya Mina menekan luka Zavi.

"Aku tahu kamu cemburu hingga saat ini.Tapi inilah kenyataan nya dan kamu harus menerima" ucap Zavier lagi.

Mina pun menunduk.

"Akhirnya yang aku takutkan terjadi juga Zavier.Cepat atau lambat kamu mulai mencintai Nissa..."

.

.

.

To be continue