Memilih Menikah
"Niss... Bangun Nduk!"
Pagi ini selesai subuhan dan mengisi kajian di salah satu kelas dasar mengaji bagian anak dibawah lima tahun Nissa kembali lagi ke rumah.Merasa mata nya sangat berat ia kembali tidur saat jam menunjukkan pukul sembilan pagi.
"Apa kamu jika di Luar sana seperti ini nduk?"
"Nissa hanya butuh penyesuaian waktu Umi, sebenarnya tidak ingin tidur lagi tapi entah kenapa mata Nissa sangat berat" ucap Nissa,suara nya bahkan sangat halus dan merdu.Sejak kecil di asuh oleh Habib Badawi dan Umi Zaenab.
Kedua nya bahkan begitu sangat menyayangi Nissa.Bagai belahan jantung mereka.
"Bangun lah,Abi mu sudah menunggu.Setelah makan siang beliau akan bicara sesuatu yang penting" ucap Umi pada Nissa,gadis itu mengerutkan kening dan beranjak bersandar di bantal yang sudah di tumpuk,membenarkan kerudung yang sedikit melorot.
"Bicara apa Umi? Tidak biasa nya.."
"Nanti kamu akan tahu nduk.. cuci mukalah dulu, keluar sebentar lagi Adzan Dzuhur..."
"Nggih Umi, sebentar lagi Nissa keluar.."
Umi Zaenab pun mengangguk,beliau keluar dari kamar anak gadis nya.
Sementara Nissa masih terus berfikir apa yang ingin Abi nya bicarakan hingga Umi nya dulu yang menyampaikan.
"Tidak biasa nya Umi se formal ini,biasa nya langsung bicara dan tak harus rahasia rahasian"
Nissa pun beranjak,membenarkan tali kerudung nya dan menurunkan celana daleman karena tercincing dan sedikit memperlihatkan kaki nya.Padahal ia memakai gamis yang cukup panjang,tapi tetap saja jika terlihat sedikit ia merasa berat tanggungan nya.
Tak lama Adzan Dzuhur berkumandang,Nissa langsung meraih handle pintu dan keluar dari kamar.
.
.
.
"Mbak Nissa?..." seru salah satu pengampuh santri putri.
Nissa yang merasa di panggil pun menoleh,bibir nya tersenyum.
"Assalamualaikum Mbak Nissa,Masya Allah aku baru pulang dari kampung dan baru tahu juga jika Mbak Nissa pulang" Ucap Aqila.
Aqila adalah salah satu pengabdi di pondok An'Nur,usianya di bawah Nissa.Gadis itu dulu sering mengikuti Nissa jika mengisi kajian Qur'an.
"Walaikumsalam Qila.."
"Mbak pulang kapan?" tanya Qila.
"Tiga hari yang lalu,sama mbak juga tidak melihat mu dari kemarin.Mbak pikir kamu sudah tidak di sini!"
"Dari dulu cita cita ku seperti ini Mbak,lebih baik seperti ini,jika tidak mau bagaimana lagi?"
Nissa pun tersenyum mendengar jawaban Qila.Semenjak kecil hingga menamatkan sekolah madrasah Qila mendapat beasiswa dari salah satu donatur pondok.Selain rajin dan pintar Qila tidak pernah malu untuk satu hal yang belum pernah ia coba.
"Mbak ingin ke masjid?"
"Ya.." anggukan Nissa berkali-kali.
"Kalau begitu mari Mbak,aku juga sekalian!"
Kedua nya berjalan beriringan, seperti biasa Qila yang selalu berjalan di belakang Nissa.Melewati sekolah madrasah santri lelaki,karena memang masjid berada ditengah nya.
Semua mata tertuju pada Anissa,padahal hanya wajah nya saja yang terlihat namun entah kenapa mereka tersenyum melihat itu seakan terpukau dengan wajah ayu nan meneduhkan.
Memasuki shof wanita,dan di sana sudah ada beberapa santriwati yang sedang memilih mukena.Terlihat merebutkan beberapa mukena untuk mereka pakai.Nissa pun penasaran dan bertanya.
"Qila,mereka kenapa?"
Qila pun menarik pandangan Nissa ke arah santriwati di ujung sana.
"Mereka merebutkan mukena yang di sumbangkan oleh orang tua mantan santri di sini Mbak"
Nissa terkekeh dan tersenyum remeh.
"Hanya mukena berebut,bukan kah yang penting ibadah nya?"
"Biarlah Mbak,mereka berkhayal jika mukena itu adalah pemberian suami masa depan mereka"
"Hah.. Maksudnya?!"
Qila melengkung kan bibir.
"Jadi beberapa tahun lalu, ada seorang santri laki laki yang menjadi idola di pondok ini.Dulu mereka masih kelas tujuh dan delapan.Orang tua santri itu menyumbangkan banyak perlengkapan sholat,Al Qur'an,sarana dan prasarana yang lain.Bukan hanya itu, orang tua nya juga sering kemari hampir dua atau tiga kali dalam sebulan.Seperti yang di pegang oleh Mbak,itu juga mukena khusus keluarga Abah dan keluarga mereka Mbak" jelas Qila.
Nissa pun menunduk melihat mukena itu.
Ini mukena mahal,harganya hampir saja bisa untuk DP mo**tor baru.
Ucap Nissa dalam hati.Bersamaan dengan itu komat pun berkumandang dan Nissa segera memakai mukena itu.
"Mbak Nissa beruntung,tanpa berebut saja bisa memakai mukena itu.Qila doakan Mbak,semoga nanti secepatnya Mbak bisa bertemu dengan pemilik mukena ini"
Ucapan Qila membuat Nissa tersenyum.
Mereka bahkan terlalu menyayangi pemberi nya.
.
.
.
Memasuki rumah,Habib Badawi sudah terlebih dulu berada di sana karena memang tadi Nissa menyapa beberapa teman bermain saat mereka kecil.Sebagian memang masih warga sekitar pondok dan sebagian mengabdi di bagian dapur.
Langkahnya berhenti berkali kali karena harus menyalami jamaah yang berpapasan.
"Mbak Nissa tidak kembali lagi ke luar negeri?" tanya Qila.
"Tidak.. Abi tidak mengijinkan nya"
"Berarti Mbak akan mengisi kajian di sini?"
"Hanya sesekali saja Qila,itu pun jika diperlukan"
"Kenapa seperti itu?..."
"Eemmm..." ucapan Nissa berhenti ketika mata nya melihat Habib Badawi sudah menunggu dan berdiri di depan rumah.
Seketika itu pula Qila langkahnya berhenti.
"Mbak Nissa,Qila pamit dulu ya?" Qila berbelok beda arah,ia tahu jika tatapan Habib mengisyaratkan sesuatu.
Melanjutkan langkahnya,Nissa sampai dan meraih tangan Abi nya.
"Assalamualaikum Abi?"
"Walaikumsalam... Kenapa lama?" tanya Habib Badawi pada anak gadisnya.
"Maaf,Nissa menyapa teman dan warga sekitar tadi.Kebetulan banyak yang berjamaah"
Dengan menggendong kedua tangan nya di punggung,Habib berbalik.
"Masuk lah,ada sesuatu yang ingin Abi bicarakan dengan mu!"
Tanpa membantah Nissa pun menunduk dan berjalan lebih dulu,memasuki rumah.Di susul Habib Badawi di belakang nya.
.
.
.
"Jadi begini,Abi tidak mengijinkan mu ke Kairo lagi kau tahu kan?"
Nissa mengangguk.
"Apa kamu keberatan nduk?" tanya Habib.
Hendak menjawab namun Umi datang membawa teh jahe kesukaan suami nya,dan juga beberapa buah kurma di piring kecil.
"Kamu mau minum apa nduk?" tawar Umi pada Nissa,namun Nissa menggeleng.
"Nanti biar Nissa ambil sendiri ke dalam Umi"
"Mumpung Umi mau ke dalam sekalian saja!"
"Nissa tidak ingin merepotkan Umi"
Umi pun menghela nafas karena anak nya selalu begitu.
"Ya sudah apa saja,yang penting tidak merepotkan!" ucap Nissa kembali.Akhirnya satu gelas kurma dan irisan lemon.
"Mau Umi kasih es batu?"
"Tidak, tenggorokan Nissa sedang tidak enak"
Umi Zaenab ikut bergabung di sana,hanya mereka bertiga saja dan tidak ada siapapun lagi.
Menunggu jawaban Nissa yang terlalu lama Habib pun berdehem dan langsung pada inti pembicaraan.
"Kamu akan Abi jodohkan dengan seorang lelaki pilihan Abi nduk,dan Abi berharap kamu bersedia karena Abi tidak menerima penolakan!"
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
kisah zavi, dibuat dijudul baru. oke. lanjut...
2024-03-25
1