NovelToon NovelToon
Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sekarani

Tari tiba-tiba jadi buronan debt collector setelah kekasihnya menghilang berbulan-bulan. Tari dipaksa melunasi utang Rp500 juta meski dirinya tak pernah mengajukan pinjaman sepeser pun.

Putus asa mendapat ancaman bertubi-tubi hingga ingin mengakhiri hidupnya sendiri, Tari mendadak dapat tawaran tak terduga dari Raka.

Pewaris keluarga konglomerat tersebut berjanji melunasi utang yang dibebankan kepada Tari jika gadis itu mau menjadi istrinya. Raka bahkan bersedia membantu Tari balas dendam pada sang kekasih.

Apa yang sebenarnya telah terjadi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekarani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Boleh Bulan Madu ke Bulan?

Raka tersenyum melihat istrinya yang masih terlelap dalam pelukannya. Sebenarnya Raka bingung bagaimana mereka bisa berakhir tidur berpelukan begini, tetapi dia memilih untuk menganggapnya sebagai kecelakaan yang menyenangkan saja.

Raka mengusap lembut pundak Tari. Berniat mencuri satu kecupan di kening sang istri, tapi Raka takut tidur Tari bakal terganggu. Istrinya ini sepertinya susah tidur semalam.

Oh, tunggu sebentar.

Raka mendadak ingat apa yang terjadi tadi malam. Mulai dari dirinya yang terbangun karena mendapati istrinya sulit tidur, Tari yang mencegahnya pergi, hingga bagaimana Raka mencium jemari lentik itu.

Jadi itu bukan mimpi?

Raka sekarang tahu kalau tersangkanya adalah dia. Dia yang berjanji tidak akan sembarangan menyentuh Tari, tetapi dia juga yang seenaknya membawa Tari ke dalam dekapannya.

Panik sebentar, Raka kembali tersenyum saat merasakan pergerakan kecil Tari dalam pelukannya. Perempuan itu tidak terbangun, melainkan justru menyamankan diri, membuat hati Raka berbunga-bunga.

Apakah ini berarti Tari nyaman bersamanya? Jika diingat-ingat lagi, sepertinya Tari juga tidak menolak sedikit pun saat Raka mulai merengkuhnya.

Sebelum Tari terusik suara detak jantung Raka yang mulai bertalu-talu, pria itu perlahan melepaskan Tari dari pelukannya.

Raka turun dari tempat tidur dengan sangat hati-hati. Begitu pula saat melangkah menuju kamar mandi, sebisa mungkin dia tak mau mengganggu tidur nyenyak Tari.

Setelah selesai mandi dan berpakaian rapi, Raka mengecek kembali kondisi istrinya yang ternyata belum bangun.

Raka lagi-lagi tersenyum melihat Tari berada di ranjangnya. Pagi yang sempurna, hanya kurang morning kiss saja.

Raka mengerjap karena Tari tiba-tiba menggeliat, mengubah posisi tidur yang sebelumnya berbaring miring menjadi telentang.

Saat itulah Raka menyadari bahwa piyama yang dikenakan Tari tampak berantakan. Dua kancing teratas terlepas sehingga mengekspos sedikit bahu indah sang istri.

Sambil menahan nafas, Raka membenarkan baju istrinya. Dia mengaitkan kancing yang entah bagaimana bisa terlepas. Ini bukan karena ulahnya juga, 'kan?

*** 

Hampir pukul sembilan saat Raka keluar dari kamar. Berjalan menuju lift, dia menelepon sekretarisnya.

"Jadwal saya hari ini sudah kamu atur ulang?" tanya Raka begitu telepon diangkat.

"Tunggu saya di ruang makan. Saya ke sana sekarang."

*** 

Ini bukan akhir pekan. Biasanya jam segini semua anggota keluarga sudah tidak rumah. Mereka telah sibuk dengan pekerjaan dan urusan masing-masing.

Namun, kenapa semua orang mendadak berkumpul di meja makan saat Raka menyantap sarapan sendirian? Semuanya tampak antusias dan seperti ingin menanyakan sesuatu, tetapi tidak ada seorang pun yang bicara.

Makan sambil dipandangi banyak orang jelas tidak nyaman, tetapi Raka mencoba abai.

"Mbak Tari mana? Masih tidur?"

"Mbak Tari kecapekan?"

"Menantu Bunda baik-baik aja, 'kan?"

"Kamu nggak main kasar, 'kan?"

Barulah setelah selesai makan, Raka diberondong pertanyaan yang membuatnya jengah.

"Okta!"

Bukannya menjawab setidaknya satu pertanyaan yang dilontarkan padanya, Raka justru memanggil sang sekretaris.

"Iya, Pak," jawab Okta yang buru-buru berdiri di belakang bosnya.

"Agenda saya hari ini jadinya dimulai jam berapa?"

Okta baru saja hendak menjalankan rutinitas paginya, tetapi langsung bungkam karena melihat ayah sang bos memintanya diam dengan kode gerakan tangan.

"Kenapa kamu bekerja? Kamu harus cuti setidaknya sepekan. Sana pergi bulan madu!" titah Praba pada anaknya.

"Pulangnya bawa cucu!" tambah sang ibu.

*** 

"Bali? Jangan Bali. Minimal ke benua lain."

Tari mendadak terlibat rapat keluarga dengan dua adik iparnya. Sebenarnya ada Raka juga, tetapi suaminya itu kelihatan tak peduli.

"Bener kata Cakra. Paling dekat Australia, Eropa juga oke banget. Mbak Tari bisa jalan-jalan ke beberapa negara sekaligus," kata Laras tak kalah semangat dari adiknya.

Seingat Tari, dia dan Raka sudah sepakat tidak pergi bulan madu. Kenapa sekarang tiba-tiba jadi harus memilih destinasi honeymoon?

"Mas Raka itu kaya raya tiada tara dan Mbak Tari adalah segalanya bagi Mas Raka. Mbak Tari minta apa aja, pasti diturutin," ungkap Cakra.

"Bahkan misal Mbak Tari maunya bulan madu ke bulan, yakin banget Mas Raka bakal setuju," seloroh Laras.

Tari cuma bisa tersenyum canggung menanggapi guyonan adik iparnya. Namun, apa yang diucapkan Raka kemudian langsung membuat Tari tak sanggup menganggapnya sekedar bercanda lagi.

"Bisa ke bulan, tapi persiapannya terlalu lama. Prosedur jalan-jalan ke luar angkasa itu ribet. Kalau memang mau ke sana, jangan dalam waktu dekat."

Raka mengatakan semua itu tanpa sedikit pun tersenyum. Wajahnya kelihatan serius, membuat Tari curiga pria itu benar-benar tengah memikirkan cara agar mereka bisa pergi ke bulan.

Tari sungguh tak habis pikir dengan pola pikir orang kaya raya. Cara mereka membelanjakan uang benar-benar terasa tak masuk akal bagi kaum proletar.

*** 

Sungguh unik kehidupan Tari sebagai menantu pertama Keluarga Bhaskara. Siang heboh soal bulan madu, sorenya mendadak mode kalem menemani nenek mertua merajut.

Tak sia-sia Tari pernah beberapa kali iseng ikut workshop merajut tahun lalu. Walau keterampilannya pas-pasan, ternyata bisa berguna sekarang.

"Raka sudah bilang kalau kamu perlu belajar banyak hal, 'kan?" tanya Ayu sambil tetap fokus merajut.

"Iya, Eyang," jawab Tari yang juga sibuk dengan rajutannya sendiri.

Ayu berhenti sejenak, mengalihkan perhatiannya pada Tari yang duduk di depannya. Meski tidak tersenyum, diam-diam dia senang karena akhirnya punya teman merajut di rumah.

"Setelah kalian selesai bulan madu, Eyang kenalkan dengan seseorang yang akan jadi instruktur pribadi kamu. Nantinya kamu juga punya asisten pribadi, tapi Raka bilang, dia mau kamu sendiri yang memilih orangnya," ujar Ayu.

Kali ini, giliran Tari yang menghentikan kegiatannya. Dia kagum melihat betapa cekatan tangan sang nenek. Hasil rajutannya juga jauh lebih rapi dari milik Tari.

Tari lalu mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. Halaman belakang kediaman Keluarga Bhaskara tak hanya luas, tetapi juga indah. 

Walau sudah lebih dari sepekan tinggal di sini, Tari baru pertama kali melihat secara keseluruhan betapa cantik taman bunga yang mereka miliki. Sore ini, akhirnya dia berkesempatan duduk di salah satu gazebo yang sepertinya merupakan tempat favorit sang nenek mertua.

Sepertinya menyenangkan jika lain hari Tari bekerja di sini. Ide-ide cemerlang pasti mengalir lancar kalau tempat kerjanya sebagus ini.

"Tari, apa kamu tahu? Eyang juga tidak berasal dari keluarga kaya. Eyang seperti kamu, beruntung karena dicintai pria dari keluarga kaya raya. Konsekuensinya, kehidupan Nenek mau tak mau berubah drastis, sama seperti kamu sekarang."

Sambil terus merajut, Ayu melanjutkan, "Jelas tidak akan mudah, tapi Eyang berharap kamu juga bisa melakukan apa yang pernah Eyang lakukan di masa lalu."

Ayu memang sengaja menjadikan momen ini untuk memberikan wejangan pada pendatang baru di keluarganya.

"Tari, jadilah pasangan yang layak untuk suamimu. Ini bukan nasihat atau sekedar harapan, tapi perintah. Paham?" tandas sang nenek.

1
Fitria Agustina
makin penasaran, sebenarnya saat terjadi peristiwa apa yg menimpa raka lalu tari menolongnya
Sekarani
maaf yaa menunggu lama/Hey/
Fitria Agustina
di tunggu lanjutannya thor..
R. Danish D
ah sakit telinga, tolong
R. Danish D
baru mulai udh kissu kissu
tapi aku suka gaya penulisan authornya
Sekarani: makasih yaaaa
semoga betah bacanya sampai ending nanti❤
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. Ceritanya keren.
5 like + /Rose/buatmu sebagai hadiah perkenalan.
semangat menulis terus ya
Sekarani: wah makasih yaaaa /Smile//Smile//Smile/

semangat dan sukses selalu untuk kita🔥
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal thor..
Sekarani: halo! makasih udah mampir kak/Heart/
total 1 replies
Sekarani
Halo! Istri Darurat Pewaris Takhta Konglomerat adalah karya pertamaku di NovelToon /Heart/

Terima kasih untuk dukungannya! Semoga suka dengan kisah yang disajikan /Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!