Novel ini menceritakan tentang sebuah pencarian pemeran utama wanita yang sesungguhnya di dalam kisah ini.
Akankah kisah ini menjadi milik Kirana, wanita cantik dan baik hati dari keluarga biasa yang kehadirannya di tolak mentah-mentah oleh keluarga Theo, pria yang begitu mencintai Kirana.
Ataukah menjadi milik Anya, wanita yang tak kalah cantiknya pilihan keluarga Theo.
Ceritanya menjadi rumit saat Theo di pertemukan dengan wanita yang mirip dengan almarhum Anya di saat dia sudah bahagia bersama Kirana dan buah hati mereka.
Setelah tiga tahun Anya meninggal. Pertemuan Theo dengan wanita itu membuat semua yang awalnya baik-baik saja menjadi berantakan. Terlebih keadaan wanita itu yang membuat Theo merasa ada yang salah dari tewasnya Anya.
Apa yang terjadi sebenarnya??
Apa yang Theo lewatkan selama tiga tahun ini??
Lalu bagaimana nasib Kirana dan rumah tangganya saat di guncang badai??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Anya
TIDAK REKOMEN DI BACA BAIK PAGI ATAU SIANG HARI BAGI YANG BERPUASA....
KALAU BISA DI TAHAN DULU SAMPAI BUKA PUASA YEEE....
KALAU MAKSA, PUASA BATAL DI TANGGUNG SENDIRI......
Wkwkwkwkwkwkwkwkwk.........
*
*
*
Setelah tiga hari di rawat di rumah sakit, akhirnya Azka diperbolehkan pulang. Selama tiga hari pula Theo tak beranjak dari sana. Dia terus menemani Istrinya untuk menjaga putra putra mereka itu.
Keadaan Azka sudah jauh lebih baik daripada saat Kirana membawanya ke rumah sakit waktu itu. Azka juga hanya sekali mimisan saat panasnya begitu tinggi.
Sekarang, wajah mungil itu sudah terlihat cerah kembali. Bahkan sejak tadi terus mengoceh bersama Papanya saat perjalanan pulang.
"Ayo Papa gendong" Theo merengkuh tubuh putranya ke dalam gendongannya untuk masuk ke dalam rumah dengan diikuti Kirana di belakangnya.
"Sekarang, Azka istirahat dulu ya?? Papa mau mandi"
"Iya Papa"
"Aku ke kamar dulu ya sayang" Theo mengusap lembut pipi Kirana sebelum beranjak.
"Iya, nanti aku bawakan minum buat kamu"
Theo hanya mengangguk lantas pergi ke kamarnya. Rasanya sudah sangat gerah dan ingin segera menghilangkan bau rumah sakit yang sudah menempel di badannya.
Menurutnya berendam di air hangat barang sebentar saja bisa menghilangkan rasa lelah baik di tubuh dan pikirannya.
Theo segera masuk ke dalam bathtub yang terisi air hangat. Menyandarkan kepalanya ke belakang dengan mata terpejam.
Tapi baru sedetik, matanya kembali terbuka. Selalu seperti itu, setiap kali matanya terpejam, hanya wajah Anya dengan senyum indahnya yang terbayang di pikiran Theo.
Pria bertubuh tinggi tegap dengan paras tampan itu meraup wajahnya dengan kasar.
"Apa yang harus aku lakukan?? Bagaimana caranya menghilangkan bayangan Anya dari pikiranku?? Kenapa bukan wajah istriku sendiri yang selalu membayangiku??"
Di tengah kegundahannya itu, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Wanita yang telah menjadi istrinya itu muncul dari sana dengan hanya berbalutkan handuk sebatas pahanya.
"Sayang?? Kamu mau mandi juga?? Azka sudah tidur??"
Pertanyaan Theo itu hanya di balas senyum menggoda oleh Kirana. Wanita itu terus mendekati Theo yang tubuhnya masih terendam air berbusa.
"S-sayang, kamu mau apa??" Theo menjadi gugup ketika Kirana melepas handuknya.
Ternyata di balik handuk itu, Kirana sudah tidak mengenakan apapun. Tubuh polosnya itu langsung menantang Theo.
"Tentu saja mau mandi sama kamu"
Theo yang pikirannya sedang bercabang kemana-mana tentu saja tidak memberikan bereaksi apapun ketika Kirana sudah masuk ke dalam bathtub. Bukan karena menolak atau tak suka, tapi Theo masih terkejut.
Kini kirana sudah duduk berhadapan dengan Theo. Tangannya bergerak menyirami pundaknya sendiri hingga kulitnya basah dan terlihat mengkilap.
Theo yang sejak tadi di buat terkejut dengan tindakan Kirana itu tentu saja hanya mampu mematung tak berkedip. Baru kali ini setelah tiga tahun pernikahan mereka, Kirana terlihat sedang menggodanya.
"Kirana k-kamu..."
"Sssttt..." Tangan Kirana terulur, telunjuknya ia tempelkan pada bibir Theo.
"Aku tau kamu pasti lelah kan, biar aku yang memanjakan mu" Suara Kirana terlalu pelan hingga terdengar seperti bisikan.
"Tap..."
Ucapan Theo terhenti ketika tangan kirana telah menyentuh sesuatu di bawah sana yang masih terkulai lemas.
Mungkin memang Theo yang terlalu lelah saat ini hingga adik kecilnya itu belum bereaksi ketika melihat tubuh polos Kirana.
"S-sayang" Theo mulai terlena saat tangan Kirana mulai lincah memijat dengan lembut adik kesayangan Theo.
Belum lagi Kirana yang semakin mendekat hingga kedua bukit indah milik Kirana langsung bersentuhan dengan kulit Theo. Tangannya Kirana yang satunya juga tidak tinggal diam. Dia menyentuh bagian-bagian sensitif milik suaminya yang sudah dia hafal.
Pernikahannya selama tiga tahun tentu saja membuatnya sudah cukup berpengalaman untuk aktivitas yang sedang mereka lalukan itu.
Hingga Theo yang awalnya tak bereaksi kini mulai menikmati apa yang di lakukan istrinya. Kirana bahkan tersenyum puas saat mendapati benda di genggamannya sudah mulai berubah bentuk menjadi membesar, panjang dan mengeras.
Theo pria yang normal apalagi yang ada di depannya adalah istrinya sendiri. Di tambah lagi gerakan yang menggoda juga sentuhan sen.sual dari tangan Kirana tentu membangkitkan sesuatu di dalam diri Theo.
"Sayang" Lirih Theo sudah terpancing dengan tindakan Kirana.
"Ya sayang" Bisik Kirana di telinga Theo.
Langsung saja Theo menarik tengkuk Kirana dan melahap habis bibir yang sejak tadi menggodanya itu.
Theo bahkan dengan sedikit kasar mengangkat tubuh Kirana ke pangkuannya hingga dua bukit kembar milik Kirana tepat berada di depan wajahnya.
"Kamu mulai pintar ternyata" Entah itu pujian atau sebuah sarkas yang di berikan Theo untuk istrinya.
"Tidak ada salahnya untuk menggoda suami sendiri kan??"
"Tentu tidak" Theo kembali membungkam bibir Kirana. Memainkannya dengan lincah, membelit dan menghi.sap li.dah milik Kirana dengan rakus.
Seperti tak mengenal kata lelah, setelah tiga hari menginap di rumah sakit, tapi nyatanya staminanya tetap saja terasa penuh saat ini.
Keduanya begitu larut dalam permainan yang panas meski terjebak di dalam bathtub yang airnya sudah mulai terasa dingin.
Mereka saling menyentuh dan menempel tanpa batas. Kenik.matan duniawi benar-benar mereka nikmati saat ini.
Dengan sekali hentakan, Theo membalik posisi hingga akhirnya Kirana yang ada di bawahnya. Wanita itu bersandar pada bathtub dengan tangan Theo yang menahan dirinya di sisi kiri dan kanannya.
Kirana membuka kakinya sedikit lebar, tentunya dia tau apa yang saat ini di inginkan Theo, yaitu puncak dari kegiatan mereka itu.
Theo mulai memasukkan adiknya ke lubang surga dunia yang telah siap sejak tadi. Matanya terpejam dengan cepat saat miliknya mulai memasuki liang yang hangat dan basah itu. Karena yang dia lihat ada di bawah kungkungannya saat ini bukanlah Kirana istrinya melainkan ANYA....
Padahal Theo sadar betul jika yang dia sentuh saat ini adalah Kirana. Tapi kenapa matanya seakan berkhianat.
Theo tak tau kenapa semua ini selalu terjadi kepadanya. Setiap dia menyentuh Kirana, selalu saja wajah Anya yang ada dalam bayangannya. Maka dari itu, Theo tak pernah memejamkan matanya saat berhubungan dengan Kirana. Karena saat matanya terpejam, wajah penuh senyum milk Anya yang akan ia lihat.
Tapi saat ini, baik Theo membuka atau memejamkan matanya, hanya Anya yang ada di depannya.
"Saayanngggg..."
Suara erangan Kirana menyadarkan Theo. Dia segera mengerjabkan matanya. Mencoba mengusir bayangan Anya yang selalu menjadi kebut di matanya.
"Tahan sebentar sayang" Theo tak tuli, karena dia mendengar suara Kirana dengan sangat jelas.
Tapi saat dia menatap ke bawah, malah wajah Anya dengan senyum cantiknya yang Theo lihat.
"Ayolah Anya, jangan buat aku gila!!!" Teriak Theo di dalam hatinya.
Gerakan Theo semakin cepat, tubuhnya terasa ingin meledak saat ini juga.
"Aakkhhh...." Erang Theo setelah berhasil menumpahkan bagian dari dirinya ke dalam rahim istrinya.
Theo dan Kirana sama-sama mengatur nafas mereka yang terengah-engah. Theo juga menarik dirinya memberi jarak pada Kirana.
Kini dia bisa melihat dengan jelas siapa yang ada di hadapannya. Bukan lagi bayangan Anya, namun Kirana.
"Maafkan aku Kirana" Kata maaf itu selalu Theo ucapkan dalam hatinya setelah selsai berhubungan dengan Kirana. Karena dia selalu merasa berhubungan dengan Anya bukan Kirana.
Dia sendiri tidak tau kenapa bisa seperti itu. Tapi yang jelas, dia sudah sangat melukai Kirana dengan tidak sengaja.
Jika dulu, Theo tak terlalu memikirkan masalah ini karena dia menganggap Anya sudah meninggal. Tapi untuk sekarang, Anya masih ada dan Theo selalu di bayangi oleh Anya.
Entahlah.....
"Rasanya kamu sudah membuatku gila Anya"
ditunggu cerita selanjutnya ,
bikin yg gadis bar bar strong gtu kak
dan kamulah Anya pemeran utama wanita dalam kehidupan Theo
awal cerita geregetan tapi enak dibaca sukses terus ya author ❤️
Dah end az ceritanya thor..kirain ada partny 2 ttg si kembar R..
aq ke mas Adit dan Anga sekarang..
brangcuuuut,😉😉
aq sedih,,koq ceritanya sdh END?
trus ni aq baca apa hayo thor?
thor plis buatin sequelnya dunk, kisa kehidupan anak2 mereka, sama anak2 sherina deh..
seru kayaknya🤭😉🤗
bisa2 malah jdi rebutan si kembar...🤭🤭🤭