WHO IS THE FEMALE LEAD??
Seorang pria tampan tampak duduk dengan tenang di dalam restoran yang tak banyak pengunjung di saat sore hari seperti ini.
Pria itu memang sengaja memilih waktu itu karena selain kesibukannya, dia juga harus memilih waktu yang tepat agar bisa bertemu dengan wanita yang sedang ia tunggu kedatangannya.
Mata elangnya yang tajam, mengarah ke luar restoran. Di mana dia melihat seorang wanita cantik dan menawan berjalan menuju restoran yang sama tempatnya menunggu sejak tadi.
Rambut panjangnya yang tebal dan berwarna hitam itu, meliuk-liuk tertiup angin mengikuti pergerakan kakinya yang melangkah dengan anggun.
Siapapun pasti setuju kalau wanita itu sangat cantik. Bahkan hanya dengan melihatnya sekilas saja bisa membuat lawan janis yang memandangnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Tapi tidak dengan Theo, walau wanita itu sudah menjadi tunangannya selama dua tahun, hati Theo tetap tidak bisa bergetar untuk wanita itu. Di dalam hati Theo sudah ada satu wanita yang posisinya tidak akan pernah tergeser oleh siapapun, termasuk tunangannya itu.
Theo sendiri juga heran kenapa dia tidak goyah sedikitpun. Padahal wanita itu mendekati kriteria sempurna sebagai seorang wanita idaman. Cantik, pintar, kaya, lembah lembut dan baik hati. Juga jangan lupakan profesinya sebagai seorang dokter, tentu saja sebuah paket komplit sebenarnya.
Tapi cinta tak bisa di paksa. Theo tidak bisa membuka hatinya sedikitpun untuk tunangannya itu.
Wanita itu semakin mendekat ke arahnya dengan senyuman yang selalu mengembang di wajah cantiknya itu. Bahkan selama dua tahun, hanya ekspresi wajah itu yang selalu Theo lihat. Dia tidak pernah melihat wanita itu menunjukkan wajah marah, sedih atau layaknya manusia yang mempunyai banyak mimik wajah.
Padahal Theo selalu bersikap dingin kepadanya. Acuh tak acuh bahkan tak pernah peduli kepadanya layaknya seorang pria kepada Tunangannya.
"Maaf membuat mu menunggu terlalu lama Kak. Ada pasien yang mendadak Anfal" Suara lembut itu menyapa telinga Theo. Wanita itu duduk dengan tegak di hadapan Theo.
"Nggak masalah, aku paham profesi mu sebagai dokter"
Lagi-lagi garis bibir itu membentuk lengkungan mempercantik wajah pemiliknya. Mata besar dan bulat sebagai nilai lebih di wajahnya itu juga ikut menyempit akibat senyumannya.
"Apa hari ini sudah tiba waktunya??"
Satu hal lagi yang Theo kagumi dari wanita yang berstatus sebagai tunangannya itu. Wanita itu cerdas dan tidak bertele-tele. Wanita itu selalu bisa menebak jalan pikiran Theo.
"Hemm, kita sudah sepakat dari dua tahun lalu" Balas Theo dengan wajah datarnya. Wajah yang selalu Theo pasang di depan wanita itu.
"Apa dia juga sudah siap??"
Theo mengangguk "Sudah"
"Baiklah, aku rasa tidak ada yang perlu kita perpanjang lagi. Kamu tenang saja Kak, aku akan membantumu bicara pada Om dan Tante agar menerima Kirana sebagai menantu mereka yang sesungguhnya"
Theo mengerutkan keningnya. Sampai di saat mereka mengakhiri pertunangan mereka pun, Theo tidak melihat mimik wajah yang berbeda dari Anya, tunangannya itu. Wanita itu tetap saja tenang dengan senyum yang membuat Theo sampai bosan memandangnya.
"Apa kau nggak marah sama sekali?? Kenapa kau malah mau membantuku agar orang tuaku menerima Kirana?? Kau tidak berteriak di depan ku dan mengatakan kalau aku pria b***gsek yang hanya memanfaatkan mu??"
Kali ini Anya tak hanya tersenyum, dia malah terkekeh sambil memegangi perutnya. Wanita itu benar-benar aneh menutut Theo. Di saat pertunangannya hancur, dia malah tertawa seperti itu.
Theo jadi semakin yakin untuk mengakhiri pertunangan itu karena tidak adanya cinta di mata Anya untuk dirinya.
"Seperti katamu tadi Kak, kalau kita sudah sepakat sejak awal. Pertunangan kita akan berakhir setelah dua tahun, tepat saat Kirana siap bertemu dengan Om dan Tante. Jadi untuk apa aku marah dan memaki mu?? Dan untuk apa aku membantumu, karena percuma saja kalau kita berpisah tanpa alasan yang tepat di depan kedua orang tua kita kan??"
"Baiklah kalau itu mau mu. Aku akan sangat berterimakasih" Sebelumnya Theo sempat tersenyum mengejek pada Anya karena pikiran anehnya itu.
"Jadi, apa mulai detik ini kita susah resmi berakhir??"
Pertanyaan Anya membuat Theo terdiam untuk beberapa detik. Dia menatap dalam mata yang besar dengan bulu mata lentik itu.
Theo merasa marah karena tak bisa melihat kebohongan, kesedihan atau semacam putus asa dari mata itu.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu??" Theo malah ingin memastikan sesuatu.
"Tentu boleh sebelum kita benar-benar berpisah"
"Apa selama ini, kau tidak pernah tertarik kepadaku?? Apa dua tahun ini kau tidak mencintaiku sama sekali??"
"S*al!!" Theo mengumpat dalam hati saat dia tak mendapatkan apa yang dia inginkan. Lagi-lagi Anya berhasil mengelabuinya dengan senyum konyolnya itu.
"Jawabanku tidak akan mengubah apapun kan Kak??"
Theo terdiam, lagipula memang benar kalau jawaban yang akan dia dapatkan dari Anya tidak akan mengubah apapun juga, termasuk berakhirnya hubungan mereka.
"Emmm, kalau begitu, selamat atas kembalinya Kirana ke sisimu Kak. Aku doakan semoga kalian menemukan kebahagiaan setelah ini. Semoga Om dan Tante juga lekas memberikan restu pada kalian"
"Terimakasih" Entah ucapan itu Theo tujuan untuk yang mana.
Apa untuk dua tahun yamg Anya korbankan demi menunggu Kirana kembali dengan menjalani pertunangan dia atas perjanjian.
Atau untuk doa yang Anya berikan untuk dirinya dan Kirana.
Anya menatap cincin yang masih melingkar di jari manis milik Theo.
"Sebelum kita berpisah, apa boleh aku meminta cincin mu itu Kak??"
Theo menatap cincin di jarinya. Walau dia tak menginginkan pertunangan itu, tapi dia tetap saja memakai cincin itu selama dua tahun ini.
"Untuk apa??"
"Sebagai bukti berakhirnya pertunangan kita. Juga karena aku suka desain cincin ini. Terimakasih karena kamu sudah menuruti keinginanku dengan mendesain cincin ini secara khusus" Theo memang seorang pengusaha sukses di berbagai bidang termasuk perusahaan yang memproduksi perhiasan dengan brand ternama.
Tanpa banyak tanya lagi, Theo melepas cincin itu. Meninggalkan bekas garis di kulit Theo karena terlalu lama memakai cincin.
"Terimakasih banyak" Ucap Anya setelah menggenggam cincin yang di berikan oleh Theo.
"Aku yang harusnya berterimakasih untuk dua tahun ini"
"Hemm, sama-sama Kak"
"Semoga kau juga lekas menemukan pria yang kamu cintai"
"Aku harap juga begitu"
"Aku harus pergi sekarang, Kirana sudah menungguku. Sekali lagi terimakasih" Theo beranjak dari kursinya, meninggalkan Anya seorang diri.
Wanita itu hanya bisa melihat kepergian Theo dari tempat duduknya. Memandang bahu lebar itu tanpa berharap pemiliknya akan berbalik lagi untuk menghampirinya.
Hubungan dua tahun yang jauh dari kata sehat itu akhirnya berakhir begitu saja. Tanpa ada drama perdebatan yang panjang dari keduanya.
Setelah ini, mereka berdua hanya akan menunggu takdir yang akan membawa mereka ke takdirnya masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 167 Episodes
Comments
Dede Mila
baca
2024-08-23
0
Isabela Devi
moga kamu bahagia theo
2024-04-30
0
Nyonya Gunawan
Ru nemu novelny jdi masih ikuti alurny dlu..
2024-04-21
0