Hanya dalam waktu 2 tahun, Greg berhasil membuat Juan Permana, seorang pengusaha ternama, menjadikan dirinya orang kepercayaan. Selain itu, Greg juga membuat Mia, putri tunggal Juan, tergila-gila padanya.
Ternyata di balik sikapnya yang mempesona itu, Greg berniat membalas dendam atas kematian orangtuanya. Ia pergi setelah berhasil mengambil alih kekayaan Juan dan menyakiti Mia yang sudah menjadi istri sahnya.
Namun takdir berbicara lain. Setelah 7 tahun berpisah, keduanya dipertemukan kembali dengan perasaan dendam yang terbalik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maaf untuk Lukamu
“Kenapa kamu tidak pernah bercerita soal perubahan surat wasiat papi ?”
“Karena saat itu aku belum melihat surat aslinya Mia. Om Radit baru mengirim surat itu pada Om Hendrik sekitar 3 bulan setelah papi dan mami meninggal dengan tujuan untuk melindungimu dan anak-anak. Lagipula isinya tidak akan merubah apapun dalam kehidupan rumah tangga kita.”
“Tapi aku berhak tahu, Greg !” pekik Mia dengan tatapan tajam yang langsung menghunus hati Greg.
“Di atas kertas hubungan kita memang masih suami istri tapi faktanya kamu tidak pernah menganggapku sebagai istri.”
“Sudah berapa kali aku katakan padamu kalau aku…”
“Bohong !” bentak Mia.
“Apa yang kamu lakukan padaku dan anak-anak adalah tugas seorang pengawal pribadi bukan suami dan ayah,” sinis Mia.
“Seorang suami akan berbagi cerita bahkan menjadikan istrinya sebagai teman untuk bertukar pikiran, berbagi suka dan duka serta menjadikannya sebagai tempat bersandar saat ia terlalu lelah menghadapi banyak masalah.
Faktanya yang kamu lakukan hanya melindungi kami dengan menempatkan pengawal pribadi tanpa menjelaskan siapa musuhnya dan kenapa kami harus selalu waspada.”
“Aku tidak ingin membuatmu atau anak-anak khawatir karena sudah terlalu lama aku membuat hidup kalian menderita.”
“Kalau begitu alasanmu, sudahi saja semuanya sampai di sini. Pergilah dari kehidupan kami karena aku lebih bahagia hidup tanpamu selama 7 tahun kemarin.”
“Mia…”
“Aku sudah mengundurkan diri dari sekolah mulai tahun ajaran baru nanti. Aku tidak akan lagi sembunyi dan hidup dalam kekhawatiran. Terima kasih karena sudah membantuku mengurus pencabutan surat kuasa pada Om Hendrik, sisanya biarkan aku selesaikan dengan caraku.”
“Aku tidak bisa !”
“Kamu benar-benar egois, Greg ! Jangan buat aku menyesal seumur hidup karena kamu tetap memaksa hidup bersamaku dan anak-anak.”
“Aku tidak bisa karena tujuan akhirku bukan untuk mengambil kembali perusahaan milikmu dari tangan Om Hendrik tapi mengungkap kebenaran soal kecelakaan yang menimpa papi dan mami.”
Mia menghela nafas dengan wajah gusar, kesal dengan sifat keras kepala Greg.
“Begitu banyak penyesalan dalam hidupku, Mia. Emosiku menciptakan banyak kesalahpahaman hingga membuat hidup orang lain menderita bahkan aku gagal melindungi orangtuamu yang adalah mertuaku juga. Aku salah menafsirkan pesan papa sebelum menutup mata. Permintaan terakhirnya untuk mencari papi bukan karena papi pelakunya tapi justru beliau lah yang bisa membantuku mengungkap kebenaran.”
“Dan semuanya sudah berlalu. Penyesalanmu tidak akan bisa menghidupkan mereka kembali jadi daripada kamu membuat hidupku tambah menderita, lebih baik kamu pergi dan jangan pernah memperlihatkan dirimu lagi. Hatiku benar-benar sakit setiap melihatmu dan aku sangat tersiksa kalau harus hidup terus bersamamu.”
“Mia, maafkan aku.”
“Berikan padaku surat aslinya. Aku akan menghancurkannya dan menganggap surat asli itu tidak pernah ditemukan. Aku akan memberi pelajaran pada Om Hendrik dan keluarganya dengan caraku sendiri.”
Mia berjalan ke arah tempat tidur untuk mengambil tasnya. Ia tidak berminat untuk menghabiskan waktu lebih lama lagi dengan Greg apalagi sampai bermalam di hotel.
“Maaf, aku tidak bisa membiarkanmu, Mia. Aku sudah mengumpulkan sebagian bukti tentang kecelakaan mobil papi, tinggal sedikit lagi aku bisa membuktikan kalau ada unsur kesengajaan. Masalahnya bukan hanya Om Hendrik yang terlibat. Berikan aku kesempatan untuk menyelesaikan semuanya Mia, setelah ini, aku tidak akan pernah memaksamu atau anak-anak lagi. Aku akan menuruti semua permintaanmu termasuk pergi dari kehidupan kalian.”
Mia menatap Greg yang tersenyum tipis padanya. Kedua mata mereka sama-sama menyimpan rasa letih, luka dan penderitaan yang tidak jauh berbeda.
“Aku janji tidak akan memaksakan kehendakku lagi,” tegas Greg sambil mengangkat jarinya membentuk huruf V.
Mia menghela nafas dan berniat meninggalkan Greg di kamar hotel.
“Mia.”
Mia menoleh saat tangan Greg menahan lengannya.
“Jangan pergi. Aku benar-benar membutuhkanmu malam ini untuk menemaniku melupakan sejenak rutinitas yang sangat melelahkan. Seperti katamu tadi, sepertinya aku sedang membutuhkan tempat untuk bersandar dan teman curhat selain Joe tentunya. Please !”
Mia menghela nafas panjang, akal sehatnya langsung berkata tidak namun tatapan mata Greg yang redup membuat dorongan dari dalam hati lebih kuat membuatnya mengangguk.
“Hanya teman bicara, tidak lebih !”
“Terima kasih Mia,” sahut Greg dengan wajah berbinar.
***
“Anda yakin akan menyerahkan surat ini pada Nyonya ?” tanya Joe yang datang menemui Greg di lobi,
“Joe, semua yang tertera dalam surat ini tidak akan ada artinya lagi kalau Mia tetap memilih berpisah denganku.”
Joe terenyuh melihat wajah bossnya yang biasa garang berubah melow. Sebetulnya Greg banyak berubah positif sejak kembali bersama Mia dan anak-anak mereka. Lebih banyak senyum dan ramah, tidak mudah emosi dan lebih mendengarkan masukan dari orang lain.
“Apa ada perkembangan atau kabar terbaru dari Charles dan teman-temannya ?”
”Sepertinya polisi sudah menemukan titik terang penyebab kecelakaan dan dugaan otak pelakunya. Dokter Charles sempat menghubungi Tuan beberapa kali untuk minta anda mencari beberapa data guna mencocokan dengan temuan polisi.”
“Tolong bilang pada Charles aku akan menghubunginya kembali besok. Malam ini aku ingin beristirahat bersama Mia.”
“Sudah saya email laporan terakhir dari dokter Charles dan data apa saja yang beliau perlukan.”
Greg menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi lalu meraih gelas air putih dan meneguknya sampai habis.
“Kita usahakan semuanya bisa tuntas minggu depan, Joe.”
“Baik Tuan.”
“Aku balik ke kamar dulu. Tolong atur Saras untuk menemani anak-anak malam ini sampai besok. Terima kasih Joe.”
Joe mengangguk dan ikut beranjak bersama Greg lalu keduanya berpisah ke arah yang berbeda.
***
“Darimana ?” tanya Mia saat melihat Greg baru saja kembali ke kamar.
“Aku minta Joe membawakan ini untukmu. Sebaiknya kamu saja yang menyimpan surat aslinya.”
Mia menerima amplop cokelat yang diberikan Greg.
“Maaf tadi aku membongkar tas pakaianmu. Mandilah dulu, sudah aku siapkan semuanya di kamar mandi.”
Greg menoleh, menatap Mia dengan alis menaut tapi sesaat kemudian ia tersenyum.
“Terima kasih,” ujar Greg dengan nada tulus.
“Ya.”
Greg bergegas masuk ke kamar mandi dengan perasaan bahagia. Perhatian sederhana Mia cukup membuat hati Greg yang kacau kembali menghangat.
Greg tidak berhenti berharap dalam doa. Semoga Mia masih mau membukakan pintu maaf dan mau menerimanya kembali sebagai suami dan ayah untuk Langit dan Senja.
Aku mencintaimu, Mia. Sejak dulu, sekarang, seumur hidupku. Semoga Tuhan mendengarkan permohonanku dan memberikan kesempatan untuk menebus kesalahanku selama ini, batin Greg sambil menikmati kehangatan air yang membasahi seluruh tubuhnya.
sadar jg ternyata si Greg...
😃😀🤣🤣
si Greg sok acuh...