NovelToon NovelToon
COLD WORDS

COLD WORDS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / trauma masa lalu / Office Romance
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Kisah seorang pria yang tidak lagi mau mengenal cinta, karena bayang masa lalu yang terlalu menyakitinya. Begitu banyak cinta yang datang dan mencoba mengetuk.
akankah ada sosok perempuan yang mampu mengubah kehendaknya?
adakah perempuan yang akan mampu mencuri perhatiannya?
ikuti kisahnya dalam cerita author "COLD WORD"
kisah ini hanya berdasarkan imajinasi author saja. jika ada kesamaan nama tokoh, ataupun latar, merupakan suatu kebetulan yang dibetul-betulkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

COLD WORD ---4

"Pokoknya terima kasih mas Tama." kata si ibu tetangga. "Mas Tama pasti bukan orang sembarangan, sampai si bosnya anak saya begitu segan dengan mas Tama."

"Ah, saya benar-benar tidak melakukan apa-apa Bude, saya bahkan tidak tahu kapan putri ibu melamar kerja disana." jawab Tama sopan.

"Pokoknya terima kasih yang banyak buat nak Tama. Semoga Nak Tama semakin sukses. Dan lancar rejekinya." si ibu masih memuji Tama.

"Mas!!! Tunggu!!" panggilan seseorang dari kejauhan sambil berlari tergopoh-gopoh.

"Siapa dia ,mas?" tanya si ibu tetangga."Mas Tama kenal?"

"Entahlah bude, saya agak lupa." jawab Tama sambil mengernyitkan dahi, mencoba menatap siapa yang datang.

Penglihatan Tama sedikit buram, karena pagi itu dia tak mengenakan kacamata. Tak nyaman rasanya lari pagi memakai kacamata.

Tama menatap serius pada seseorang yang memanggilnya dan berlari menuju dirinya, sambil mengingat siapa orang itu.

"Ya sudah, mas, saya duluan ya. Keburu mau masak ini." pamit si ibu tetangga.

"Iya, bude. Silahkan." jawab Tama dengan senyum dan anggukan tipis, setipis dompet di tanggal muda, ketika masih harus menunggu transfer gaji dari pusat karena sedikit gangguan sistem.

Seorang perempuan paruh baya berlari tergopoh memanggil Tama, dan langsung memeluk Tama dengan erat. Genangan air mata haru tampak tertimbun di sudut kedua mata si wanita paruh baya.

Tama sedikit menunduk menerima pelukan si wanita paruh baya.

Tama menggertakkan gigi-giginya, dengan mulut yang tertutup rapat, kepalanya sedikit tersandar dibahu si wanita paruh baya. Jantungnya pun berdetak menjadi sedikit lebih kencang.

Tama mengedipkan mata lebih cepat dari biasanya, bola matanya pun bergerak tak tenang, seakan menahan agar sesuatu yang tak diinginkannya terjadi.

Kedua tangan Tama lunglai tak sanggup memberikan balasan pelukan pada si wanita paruh baya. Ada perasaan aneh dan sesak yang tak mampu ia tangani. Lidahnya pun tak mampu ia gerakkan sekedar untuk menyapa.

"Mas Tama, apa kabar? Semenjak hari itu, kenapa mas Tama tak lagi main ke rumah Tante?" kata si perempuan paruh baya dengan mata berkaca-kaca.

Tama masih terdiam tak bergerak, tak bersuara. Banyak hal tiba-tiba datang dan menyerang seluruh isi kepalanya. Nafasnya memburu seiring detak jantung yang membuatnya terengah.

Beberapa kali Tama menelan ludah. Sekedar membasahi kerongkongannya yang terasa sangat kering dan menyakitkan. Dan kembali menggertakkan gigi-giginya dengan sangat rapat sampai terlihat seluruh urat di lehernya menunjukkan betapa kuat cengkeraman giginya.

Tama tampak tegang, bingung, sakit, menyesal dan marah di waktu yang sama. Wajahnya terlihat memerah, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih.

Kedua alisnya mengernyit menunjukkan kesedihan yang lama tersimpan. Namun mulutnya terkatup rapat dengan otot pipi dan rahang terlihat mengeras, seakan ada kemarahan yang tak mampu ia ungkapkan.

"Tante tahu semuanya berat, tapi tak ada yang bisa diperbaiki. Kamu harus tetap hidup." kata si wanita paruh baya mengelus perlahan punggung Tama, sesekali menghapus air mata yang tak mampu ia tanggung lagi.

Tama sama sekali tak bereaksi dengan kalimat si wanita paruh baya. Ia sibuk dengan isi kepalanya sendiri. Tatapannya masih tak tenang, menandakan ada hal yang berat yang hanya bisa ia rasakan sendiri.

"Tante sudah mendengar semua hal yang terjadi. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri. Tante tetap menganggapmu sebagai anak Tante. Tidak ada yang berubah." kalimat menyejukkan si wanita paruh baya membuat teduh siapapun yang mendengarnya.

Namun, berbeda dengan Tama, ia masih berdiam diri tak bergerak dan tak menyahut sama sekali.

"Tante mohon, hiduplah dengan baik. Masih banyak orang yang sangat menyayangimu. Jika kamu sudah siap, kembalilah mengunjungi keluarga Tante. Rumah kami selalu terbuka untukmu."

"Tante percaya, semua akan membaik seiring berjalannya waktu. Keluarga Tante selalu mendukungmu, mendoakanmu dan berharap kamu selalu sehat."

"Maaf Tante, aku harus pulang."

Satu kalimat Tama keluar juga dari mulutnya. Tama melepaskan pelukannya dari si wanita paruh baya, dan bergegas berlari meninggalkan si wanita paruh baya yang hanya mampu menatap punggung Tama dengan perasaan sakit dan trenyuh memenuhi hatinya.

Air matanya terus meleleh menatap punggung Tama yang semakin jauh. perasaan getir mengingat hal yang sudah terjadi, membuatnya begitu tersakiti.

.

.

.

Sementara itu Tyas di rumahnya sedang bingung membenahi ponselnya....

"Harus segera dibawa ke bengkel ini." gumamnya, lalu menyambar jaket, dan bergegas membawa ponselnya untuk diperbaiki ke konter perbaikan.

"Mau kemana malam-malam?" tanya pak Anton, ayahnya Tyas.

"Ke konter, yah. Mau mbenerin hp, ini mati, tadi masuk genangan air."

"Kok bisa?" tanya pak Anton.

"Tadi lepas dari tangan, waktu mau telpon ayah. jatuh ke air di halte, langsung mati yah." keluh Tyas.

"Ponsel Kakak itu sudah jadul. Ganti yang baru lah." Billy, adik laki-lakinya Tyas menyahut sambil berjalan dari dapur menuju kamarnya.

"Iiiih, masih sayang tau, ada banyak kenangan di ponsel ini, enak saja ngasal ganti." gerutu Tyas.

"Makan tuh kenangan.Hahahaha...." Canda Billy.

"Bukan cuma alasan untuk ketemu laki-laki yang tadi kan?" pak Anton terlihat serius.

"Laki-laki? Siapa Yah?" Tyas agak gagu dengan pertanyaan ayahnya.

"Malah tanya ayah. kan kamu yang tadi buru-buru lari-lari buat ketemu dia di depan gang." kata pak Anton.

"Kok ayah tahu?" Tyas meringis menanggapi pertanyaan ayahnya.

"Hayooo... Siapa dia? Kenapa tidak diajak pulang kerumah?" pak Anton menggoda Tyas.

"Apasih ayah,,, dia bukan siapa-siapa." kilah Tyas sambil senyum-senyum sendiri.

"Kalau bukan siapa-siapa, kenapa salah tingkah begitu?" pak Anton memperhatikan tingkah polah anak perempuannya.

"Kakak punya pacar toh yah?" Billy, adiknya Tyas menyahut dari dalam kamar.

"Apasih,,, bukan! Aku aja nggak tahu siapa namanya." kilah Tyas.

"Terus, kenapa kamu memberikan mantelnya?" tanya pak Anton.

"Itu tadi, kan bajuku basah, yah. Terus dia tiba-tiba berbaik hati meminjamkan mantelnya, gitu doang." jawab Tyas jujur.

"Wah, tanda-tanda itu kak. Hahahah..." sahut Billy.

"Betul kata adikmu, berarti dia sedang berusaha mendekati kamu itu." Bu Nita menyahut dari dapur.

"Kalian ini kenapa sih, nggak ada cerita seperti itu. Aku nggak kenal dia. Ketemu juga baru tadi di halte." Tyas mengelak.

"Masa sih, nggak kenalan? Udah dipinjemin mantel juga." Billy kembali menggoda kakaknya.

"Enggak. Kakak juga nggak pengen kenal. Orangnya pendiem banget, dingin, kaku, aneh pokoknya." jelas Tyas.

"Hilih... Besok juga pasti bakal saling nyari." pak Anton semakin gencar menggoda anak perempuannya.

"Orangnya cakep nggak yah?" tanya Billy.

"Lumayan. Tapi ayah cuma melihat dari kejauhan. Jadi tidak begitu jelas. Hahahah..." kelakar pak Anton.

"Kita tunggu saja kabar baik dari kakakmu. Kalau tiba-tiba senyum-senyum sendiri sambil memandangi hape, kita semua tahu apa artinya." Bu Nita pun ikutan menggoda Tyas.

"Kalian apaan sih? Nggak akan ada cerita seperti itu. Udah, aku mau benerin ponsel dulu." Tyas langsung ngeloyor jalan kaki menuju bengkel perbaikan ponsel yang tak jauh dari rumahnya.

"Jangan jual mahal kak!! pasti seru kalau punya Abang ipar!!" teriak Billy sambil melongok dari dalam kamar.

"Apaan sih?!! Adik gila!!" seru Tyas dari halaman.

.

.

...****************...

To be continue...

1
HARTINMARLIN
sepertinya Tama mulai ada rasa suka kepada Tyas
HARTINMARLIN
hati-hati
HARTINMARLIN
semoga aja Tama bilang pacarnya 🤭🤭
🍁𝕬𝙮ͨ𝙚ͥ𝙨ꙵ𝙝ⷮ𝙖ⷽ❤ͽ֟֯͜᷍ꮴ❣️
terpesona kah kamu "tama
Marlina Bachtiar
jgn balikan lg deh 😣
Marlina Bachtiar
temenan aja,jgn minta lebih 🤭
Marlina Bachtiar
waduh 🤣
Marlina Bachtiar
mimpi 🤣
Marlina Bachtiar
pura" tidur aja Tyas 🤫
HARTINMARLIN
lanjut lagi
Kustri
jgn lebay" thor, agak males baca'a
𝒀𝑶𝑺𝑯: beda genre boz, terlalu lebay ya? nggk dapet feel-nya memang.🙏😁
total 1 replies
Kustri
scroll
tetep👍
Kustri
obrolan unfaedah, ky tama...maaf lewat aja
anggita
Melu ng👍like ae yo Thor, mugo novelmu sukses👌.
𝒀𝑶𝑺𝑯: terimakasih 4 boomlikenya. terimakasih doa biar suksesnya.
lain kali kalau nggk baca nggk perlu kasih like.
aku nulis buat kesenanganku sendiri, juga buat yg mau baca.
total 1 replies
Marlina Bachtiar
Jun pinter masak ya 🤔👍
Marlina Bachtiar
Harus di pijitin tuh 🤣
Marlina Bachtiar
jangan" Siska yg nelpon 😔
Marlina Bachtiar
Jangan suka bicara sendirian apalagi sepanjang jalan 🤭🤣
Marlina Bachtiar
perhatian sekali ya Tama 🤭💕
Kustri
nama tama jd inget karya sephinasera,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!