Kata siapa lahir di keluarga tentara itu menyenangkan? Tidak sama sekali!
Aku, Anjali Geraldyn ingin sekali kabur dari rumah karena peraturan ketat yang ada di dalam rumah.
Bahkan aku harus menikah dengan seorang tentara yang usianya jauh dariku! Aku benar-benar membenci hal ini!
Apakah lambat laun Anjali akan mencintai suami tentaranya itu?
Cerita ini di buat hanya untuk penghibur semata, tidak ada niat untuk menyinggung orang, pangkat dan pekerjaan sama sekali✌🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khintannia Viny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ICU
Outbond pun selesai, Anjali sudah berada di rumahnya sekarang dan sedang beristirahat.
Di dalam kamarnya, Anjali berbaring sambil menatap langit-langit kamarnya, dia sedang memikirkan bagaimana caranya dia memberitahu orang tuanya untuk membatalkan pertunangan dia dan Radit.
Sampai beberapa saat setelah merenung, akhirnya Anjali memberanikan diri untuk membicarakan keinginannya kepada orang tuanya.
Anjali segera turun dari tempat tidurnya dan segera keluar menuju ruang keluarga untuk menemui orang tuanya.
Namun saat Anjali sampai di ruang keluarga, dia melihat bundanya menangis sambil di tenangkan oleh ayahnya. Dengan segera Anjali menghampiri keduanya dan bertanya.
“Ayah, kenapa bunda nangis?” tanya Anjali.
“Jel, kita baru dapet kabar kalau tante Mutia kritis dan sekarang sedang berada di ruang ICU.” Balas Andre.
“Apa!? Kok bisa?” Anjali benar-benar terkejut mendengar ucapan ayahnya.
“Kita juga ga tau kenapa tiba-tiba sekali, rencananya kita mau langsung ke rumah sakit.” Balas Andre.
“Emang boleh di jenguk kalo di ICU yah?” tanya Anjali.
“Ga yakin juga, tapi setidaknya kita datang untuk menghibur Sandi dan anak-anaknya.” Balas Andre.
“Jeli ikut ya yah, tunggu Jeli mau ambil jaket sama tas dulu.” Ucap Anjali yang langsung pergi ke kamarnya untuk mengambil jaket dan tasnya.
Setelah siap, Anjali bergantian dengan ayahnya untuk menuntun bundanya yang masih menangis di pelukannya.
“Bun, udah ya jangan nangis lagi, nanti tante Mutia sedih loh kalo tau temennya nangis gini.” Ucap Anjali yang berusaha untuk membuat bundanya berhenti menangis.
“Hikss,, Jeli, bunda takut kalau Mutia kenapa-kenapa, hikss..” ucap Claudia.
Walaupun Claudia dan Mutia dekat karena suami mereka bersahabat, tapi keduanya juga sangat dekat bahkan sudah seperti saudara sampai Claudia merasa sakit jika Mutia sakit.
“Udah bunda harus kuat buat tante Mutia, kalo mau semangatin orang kita harus jadi orang yang ceria.” Ucap Anjali.
Claudia pun mengangguk dan menghapus air matanya dia berjalan bersama Anjali untuk menuju garasi mobil.
Setelah siap semua orang pun akhirnya berangkat, Andre sengaja mengajak supir karena dia ingin menemani istrinya di kursi belakang, sedangkan Anjali duduk di kursi depan sebelah supir.
Sesampainya di rumah sakit, Anjali dan kedua orang tuanya segera masuk ke rumah sakit dan langsung menuju ke ruang ICU.
Dia melihat Radit di depan ruang ICU bersama dengan adik dan juga papanya, laki-laki itu bahkan tidak menatap kedatangan Anjali dan keluarganya, dia hanya duduk sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Kamu tenangin Radit sana Jel, kasihan dia pasti sedih banget.” Bisik Claudia kepada Anjali.
“Ih, kenapa harus Jeli sih bun? Kan ada keluarganya juga.” Balas Anjali yang tidak ingin mendekati Radit.
“Kamu kan tunangannya, udah sana!” Claudia tetap kekeh bahkan mendorong Anjali hingga berdiri di hadapan Radit.
Radit yang tertunduk langsung mendongakkan wajahnya dan melihat Anjali yang sudah berdiri di hadapannya.
Anjali bingung harus melakukan apa, dia akhirnya berjongkok di hadapan Radit sambil menatap wajah laki-laki yang sudah menjadi tunangannya itu, Anjali juga menggenggam tangan Radit dengan perlahan.
“Aku ga bisa nyuruh kamu buat sabar karena rasanya memang sangat hancur pasti, tapi aku harap kamu bisa lebih tegar untuk menyemangati keluarga kamu dan juga mama kamu.” Ucap Anjali dengan lembut untuk pertama kalinya.
Mendengar ucapan Anjali membuat Radit langsung mendongakkan kepalanya, dia tidak percaya jika wanita di hadapannya sedang berusaha untuk menghiburnya dengan tulus.
“Terimakasih.” Ucap Radit yang di balas anggukan oleh Anjali.
Setelah mendapat jawaban dari Radit, awalnya Anjali ingin segera berdiri, namun dengan segera Radit menahannya dan menyuruhnya duduk di sebelahnya membuat Anjali terkejut.
“Ada apa?” tanya Anjali sambil memundurkan kepalanya.
“Tetaplah di sini.” Ucap Radit yang masih menggenggam tangan Anjali.
Mau tidak mau akhirnya Anjali pun menurut dan duduk diam di sebelah Radit.
“Gimana bisa tante Mutia tiba-tiba drop?” tanya Anjali di tengah-tengah keheningan di antara mereka.
Radit diam beberapa saat sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan dari Anjali.
“Saat pulang dari outbond, saya berusaha untuk memberitahu mama saya kalau pertunangan kita tidak bisa di lanjutkan, tapi tiba-tiba inilah yang terjadi.” Jelas Radit.
Mendengar hal itu membuat Anjali terkejut, dia tidak percaya kalau kata-kata Radit tentang pertunangan mereka mampu membuat Mutia berada dalam keadaan kritis.
“J-jadi semua itu karena aku?” gumam Anjali pelan sambil menundukkan kepalanya.
Wanita itu merasa bersalah karena membuat Mutia drop seperti ini, dia harus memperbaiki semuanya dan membuat Mutia cepat membaik.
Radit yang mendengar Anjali bergumam langsung menoleh ke arahnya dan seketika dia merasa bersalah karena sudah membuat Anjali merasa terbebani.
“Bukan karena kamu, tapi karena saya yang tidak melihat situasi, saat itu mama memang sedang tidak enak badan, tapi saya tetap memberitahunya.” Ucap Radit yang berusaha agar Anjali tidak menyalahkan dirinya sendiri.
“Aku boleh lihat tante Mutia?” tanya Anjali.
“Boleh, nanti kita tanya dokter dulu ya, tapi mama ga bisa di ajak ngobrol.” Balas Radit.
“Ga apa-apa, aku cuma mau lihat tante Mutia aja.” Ucap Anjali sambil tersenyum.
Radit hanya mengangguk sambil membalas senyuman, dan situasi di antara mereka kembali menjadi hening dan canggung.
“Ayah, bunda!” teriak Arnold yang berjalan cepat menghampiri mereka.
“Nak, kamu sudah datang?” ucap Andre.
“Ada apa ini yah? Tadi abang sampe rumah, bibi bilang kalian ada di rumah sakit, kalian baik-baik aja kan? Ada yang terluka?” Ucap Arnold tanpa memberi jeda sama sekali.
“Abang, kamu ini ga dengerin bibi sampe selesai ya? Kita di sini karena mamanya Radit masuk ICU.” Sahut Claudia.
“Tante Mutia? Kok bisa? Kenapa tante Mutia bisa sampe masuk ICU?” tanya Arnold.
Namun Claudia dan Andre tidak ada yang bisa menjawab, Arnold melihat ke arah Radit dan menghampirinya untuk mendapatkan jawaban.
“Abang, tante Mutia masuk ICU karena aku.” Ucap Anjali yang langsung memeluk tubuh Arnold.
Mendengar ucapan Anjali membuat Claudia dan Andre menoleh ke arahnya dengan kening yang di kerutkan.
“Maksudnya apa Jeli? Kenapa Mutia masuk ICU karena kamu?” tanya Claudia penasaran.
“Jeli meminta bang Radit buat membatalkan pertunangan kita, dan inilah yang terjadi karena bang Radit bilang sama tante Mutia.” Jelas Anjali.
“Apa? Kenapa kamu mau membatalkan pertunangan Jeli? Semua orang sudah tahu kalau kamu dan Radit sudah bertunangan, kenapa tiba-tiba mau membatalkan pertunangan?” tanya Claudia.
“Kamu tau kan kesehatannya? Kenapa tiba-tiba Jeli?” tanya Claudia.
Anjali bingung harus menjawab apa, dia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, karena nanti Radit yang akan terpojok dan keadaan akan semakin runyam.
“Tante, ini salah Radit kok, Radit yang malah ngomong ke mama bukannya membujuk Anjali.” Ucap Radit.
“Tante jangan salahin Anjali, karena dia memang masih remaja, perasaannya masih labil, kita yang harusnya mengerti perasaannya.” Lanjutnya.
Anjali terkejut karena Radit ternyata malah membelanya, ada rasa bersalah karena tidak mendengarkan penjelasannya dengan seksama.
Namanya sebuah hubungan, apa lagi hubungan orang dewasa yang pastinya sudah serius, tentu saja tidak bisa di lupakan semudah itu hanya karena bertunangan dengan orang yang baru kita kenal.
