Rania Anastasya, adalah anak yatim piatu yang diangkat menjadi anak perempuan keluarga konglomerat sejak remaja.
Farhan Ananta Putra, adalah anak laki-laki satu-satunya keluarga angkat Rania. Hubungan mereka cukup dekat semenjak Rania bergabung menjadi keluarga Ananta Putra.
Namun siapa sangka, ternyata saat dewasa, Rania malah dijodohkan dengan Farhan, kakak angkatnya sendiri.
Sejak saat itu, Farhan berubah menjadi laki-laki kejam yang tak lagi dikenal oleh Rania. Bahkan di malam pertama mereka, Rania harus menerima rasa sakit akibat kekejaman Farhan.
Mampukah Rania melepaskan diri dari Farhan?
Baca kisah lengkap nya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 Dimana Rania?
Keesokan harinya, seperti kemarin, Farhan datang untuk sarapan. Namun kali ini Rania tidak bergabung di meja tersebut.
Farhan duduk di meja nya, kemudian melihat ke sekeliling ruangan.
"Kau mencari siapa?" tanya mama Laura.
"Dia dimana?" tanya Farhan.
"Dia siapa? Bi Imah?" tanya Mama Laura lagi.
"Rania, dimana dia? Kenapa dia tidak ikut makan bersama kita?" tanya Farhan penasaran.
"Kenapa kau peduli? Bukankah kau tak mau tahu tentang nya dan akan menceraikannya?" sahut mama asal.
Farhan menatap mama Laura kesal lalu memilih diam dan mengambil makanannya.
Mama Laura tidak mau memberitahu Farhan keberadaan Rania. Ia khawatir jika Farhan tahu kalau Rania sedang pergi kontrol psikolog nya ke rumah sakit, laki-laki itu akan menghampirinya dan membuat keributan. Apalagi jika dia tahu Rania bersama Randi.
Farhan mengunyah makanannya dengan cepat tanpa banyak bicara. Ia merasa sedikit aneh karena kesal pada keadaan hari ini dimana Rania tidak berada di rumah itu.
"Oh iya, kemarin Randi datang ke rumah ini ya?" tanya Farhan membuka suasana.
Mama Laura hanya mengangguk saja tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Apa yang dia lakukan di sini? Apakah dia langsung pulang ketika tahu aku tidak ada?" tanya Farhan.
"Tidak, dia berbincang dahulu bersama kami," jawab mama Laura.
"Kami?" tanya Farhan tak mengerti.
Mama Laura menatap Farhan cemas. Apakah salah mengatakan itu pada Farhan?
"Maksud mama kami siapa?" tanya Farhan lagi.
"Mama dan Rania. Kami berbincang bersama, bahkan Randi mencoba nasi goreng putih buatan Rania," jawab Mama Laura pada akhirnya.
Farhan menghentikan makannya. Ia menatap piring di hadapannya yang masih berisi sedikit makanan. Entah apa yang ada di pikirannya, ia hanya terdiam seperti itu.
"Rania sekarang dimana ma?" tanya Farhan.
"Kenapa kamu ingin tahu? Harusnya mama yang tanya bagaimana perkembangan perceraian mu?" sahut mama penuh tekanan.
Farhan menarik nafas panjang. "Ma, aku sedang mengurusnya, oke?"
"Kalau begitu untuk apa kau menanyakannya?" tanya mama tak mengerti.
Mama Laura sebenarnya ingin sekali Rania yang menjadi menantu nya. Tapi mengingat Rania yang babak belur bahkan sampai saat ini masih berobat jalan mengenai psikis nya karena rasa trauma yang mendalam, membuatnya menepis keinginan itu.
Ia tak ingin memaksa jika Rania memang benar-benar ingin lepas dari Farhan. Meskipun Farhan adalah putra satu-satunya. Ia ingin bersikap adil kepada Rania dan juga Farhan.
"Mama menyembunyikan Rania dariku?" tanya Farhan dengan sedikit penekanan.
"Tidak, untuk apa mama menyembunyikan Rania?" sahut mama kesal.
"Lalu? Mama tak ingin menjawab ku? Hanya karena aku mengatakan sedang mengurus perceraian lantas aku tak boleh mengetahui keberadaannya?" tanya Farhan lagi.
"Mama tidak mau kamu melukai Rania lagi Farhan. Sudah cukup mama melihat dia menangis histeris bahkan babak belur seperti kemarin," sahut mama mengingat-ingat.
Tak lama mama Laura mengatakan itu, ponsel Farhan berbunyi, menandakan adanya pesan yang masuk.
"Aku sedang mengantar adikmu ke rumah sakit, jadi aku tidak bisa sarapan bersamamu. Kemarin aku sudah ke sana."
Begitu isi chat dari Randi, karena sebelumnya Farhan sempat mengirim pesan menanyakan keberadaan Randi. Karena kemarin belum sempat bertemu.
Setelah membaca itu Farhan terdiam. Ia menggenggam sendok dan garpunya dengan begitu erat seta rahang yang mengatup. Ia mengingat siksaan demi siksaan yang ia berikan kepada wanita yang telah menjadi istrinya itu.
"Mama ingin menjodohkan Rania dengan Randi?" tanya Farhan tiba-tiba.
Mama Laura dan papa Rangga berpandangan. "Kenapa kau bisa berkata seperti itu?"
"Jelaskan padaku, mengapa Randi mengantarkan Rania ke rumah sakit ma?"
"Rania sudah terlanjur membuat janji dengan dokter untuk mengecek kondisinya, biasanya sih dokter yang datang ke rumah, tapi tadi dokter meminta Rania yang mendatanginya. Kebetulan ada Randi, maka Randi yang mengantarkan Rania pergi, agar bisa melindungi nya," jelas mama Laura panjang lebar.
"Melindunginya dari apa? Dariku?" tanya Farhan menatap mama Laura.
Mama Laura hanya terdiam.
"Ma, Rania sampai saat ini masih istriku, mama tidak lupa kan?"
"Ya, mama ingat. Mama juga tidak lupa dengan janjimu untuk secepatnya menceraikan Rania," sahut mama Laura.
"Jika aku tidak jadi menceraikannya?" tanya Farhan.
"Jika begitu, mama dan papa yang akan mengurus perceraiannya," jawab mama Laura.
⍴ᥙsg ᥲ𝗊 mkᥒᥲᥒ... gk sᥱsᥙᥲі