Menantu Terhina ( Dokter Genius)

Sadewa setelah mendapat notifikasi di m-banking miliknya tentu saja langsung bergegas pergi meninggalkan rumah. Sebelum ayahnya pulang, pemuda 23 tahun lebih dulu pergi. Jelas dia tidak ingin bertemu dengan Sakti saat sedang menjalan kan sebuah rencana.

Rupanya beberapa orang yang ada di rumah itu, dimana sebagian masih setia terhadap Erlan, diperintahkan untuk membantu Sadewa setiap ingin keluar rumah.

" Mas Erlan ndak bohong, dia beneran transfer sejumlah uang. Baiklah, aku bakalan fokus dengan hal ini," gumam Sadewa di sepanjang perjalanannya menuju sebuah sanggar dimana komunitasnya berada.

Yang selalu ia suka dari Erlan adalah, kakak sepupunya itu menjadi satu-satunya orang yang mendukungnya. Ia tahu dibalik sikap tegas dan dingin Erlan, hanya orang tersebut yang mengerti dirinya.

Sesampainya di sanggar, Sadewa memarkirkan motornya lalu segera berlari ke dalam. Wajahnya memperlihatkan raut bahagia dan semangat. Tanpa Sadewa ketahui, rupanya Erlan juga menempatkan beberapa orang untuk menjaga pemuda tersebut.

Erlan tahu, Sakti pasti tidak akan tinggal diam jika tahu apa yang putranya lakukan saat ini.

" Hei konco-konco, aku punya berita bagus. Mas ku, mas Erlan, dia bakalan dadi sponsor ku. Dia mau kita buat pertunjukan skala nasional."

Semua langsung menyambut dengan sorak sorai apa yang dikatakan oleh Sadewa. Tentu saja ini akan jadi pembuktian bahwa apa yang mereka lakukan selam ini bukanlah sia-sia.

" Apiiik. Teroooos, apa yang mau kita tampilkan Wa?" tanya salah satu teman Sadewa.

" Wayang orang Ramayana dengan lakon 'Anoman obong'," jawab Sadewa cepat. Dia sudah memikirkan itu sejak lama. Makanya kesempatan ini ia akan mengeluarkan pertunjukan yang idenya sudah ada diluar kepalanya.

" Berarti fokus kita di bagian tokoh Anoman?"

" Yoi, betul sekali. Jadi guys, mari kita berlatih. 2 bulan, mari lakukan persiapan ini selama 2 bulan."

Semua mengangguk setuju, mereka pun melakukan tos bersama. Dan, malam itu juga Sadewa bersama rekannya mulai menyusun segala hal yang akan diperlukan. Mulai dari cerita, pembagian toko, setting tempat dan juga kostum yanga kan di gunakan, bahkan mereka mulai menghubungi tempat pertunjukan untuk memesan tempat.

Sadewa sudah memutuskan untuk acuh terhadap posisi direktur di RS Awal Brown. Selain dia tidak ada bakat di sana, dia juga tidak berhak atas semua itu. Sadewa juga bukan orang bodoh yang tidak tahu siapa pemilik Awal Brown yang sah.

" Mas Erlan terimakasih, Aku yakin mas saat ini pasti sedang berseteru dengan papa. Tapi aku mendukungmu mas, aku ada di pihakmu. Papa dan mama adalah pihak yang salah, dan aku tentu tidak akan mendukung orang yang salah meskipun itu adalah orang tua kandungku."

Sadewa bergumam lirih disela-sela dirinya menyusun naskah di depan laptop. Sadewa bukannya diam saja. Dia pernah mencoba berbicara kepada Sakti dan Asih, tapi hanya umpatan yang ia terima. Sejak saat itu Sadewa memilih diam. Jelas saja percuma melawan kedua orang tuanya, dia tahu bahwa dirinya tidak akan menang.

" Hallo tuan. Tuan Sadewa melakukan pekerjaannya dengan baik. Dia terlihat sangat antusias bersama teman-temannya."

" Bagus, awasi terus. Jangan biarkan dia tersentuh oleh Sakti dan antek-anteknya."

" Siap tuan!"

Seorang anak buah Erlan diletakkan di sekitar sanggar milik sadewa. Orang tersebut berperan sebagai pemilik warkop, dimana anak-anak sanggar sering memesan makanan dan minuman di sana.

Erlan yang berada di Omah putih saat ini sedang menikmati kopi buatan sang istri. Ia juga meminta YAsmin untuk duduk di sebelahnya. Erlan lalu meraih tangan yasmin dan melihat wajah istrinya dengan seksama.

" Ada apa mas?" tanya Yasmin sedikit heran dengan tatapan sang suami.

" Besok ikut ke rumah sakit ya, aku ingin kamu melakukan cek up kesehatan menyeluruh."

TIdak ingin membuat suaminya khawatir, Yasmin langsung saja menyetujui keinginan sang suami. Ia yakin sang suami saat ini sedang banyak yang dipikirkan, maka dari itu ia memilih untuk menurut saja. Dan juga, dia tidak akan melaporkan apa yang tadi ia dengar saat kedua orang tua dan paman suaminya berbicara. Tanpa Yasmin tahu bahwa Tian sudah melaporkan semuanya.

" Baiklah mari kita tidur, aku lihat kamu sungguh lelah."

Erlan membawa Yasmin ke kamar, ia merebahkan tubuh istrinya doi atas ranjang. Erlan juga ikut berbaring di sana. Tapi mata Erlan tak kunjung bisa terpejam, sedangkan Yasmin hanya dalam hitungan detik sudah terpejam.

" Aku merasa ada yang tidak beres dengan Yasmin. Dia mudah sekali tertidur akhir-akhir ini. Apa dia juga mengalami sakit kepala. Tapi denyut nadinya normal hanya sedikit lebih lemah dari kenormalan."

Erlan bergumam lirih. Ia mencium kening Yasmin sebelum kembali mencoba memejamkan matanya.

Drtzzz

Ponsel Erlan berbunyi, ternyata itu dari Willy. ia baru sadar bahwa sedari tadi pulang ke Omah putih tidak terlihat temannya itu sama sekali.

" Hei Wil ada apa?"

" Lan, bisakah kau kemari. Ada sesuatu yang sedikit ... kacau."

" Ya tunggu aku, aku akan segera kesana."

Erlan menutup panggilan telepon lalu bergegas keluar dari kamar. ia mencari Tian untuk menjaga Yasmin di kamar. Ya, Erlan ingin Tian untuk tidur di kamar. Awalnya Tian memilih untuk berjaga di depan pintu saja, tapi atas paksaan Erlan akhirnya Tian pun masuk ke kamar.

Tian sebenarnya sangat merasa tidak enak. Seumur-umur baru kali ini dia masuk ke kamar sang tuan.

Erlan segera menuju ke Awal Brown. Dai menggunakan motornya agar bisa lebih cepat sampai. Hanya sekitar 15 menit, Erlan sudah sampai di depan ruang IDG. Ia menyerahkan kunci motornya kepada security untuk diparkiran.

" Ada apa Wil?"

" Tuuuh ... ."

Willy dengan menggunakan matanya menunjukkan apa yang harus Erlan hadapi.

Erlan membuang nafasnya kasar. Sebenarnya ia sudah tahu kalau hal ini akan terjadi. tapi ia tidak menyangka akan begitu cepat datang. Dirinya pikir, paling cepat adalah besok.

" Haish, gini aja harus aku yang turun tangan Wil?"

" Laaah kamu kan ~"

Erlan menutup mulut Willy sehingga temanya itu tidak bisa melanjutkan ucapannya.

TBC