NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.5M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. Saya Kan Pasien!

Pukul dua belas malam. Mata Syahla masih belum bisa menutup. Ia menatap langit-langit ruangan dengan badan terbaring di atas ranjang rumah sakit. Sebenarnya dia sudah merasa bosan setengah mati, tapi perkataan dokter dan suaminya yang menyuruhnya istirahat total tidak bisa dibantah sama sekali.

Saat sedang sibuk merenungi nasib, Syahla merasa ada sesuatu yang tiba-tiba mendesak perutnya.

"Aduduh.. pengen pup.." keluh Syahla. Ia kemudian menurunkan kakinya dari ranjang, berniat pergi ke kamar mandi. Tapi, bagaimana dengan selang infusnya?

Ah, Syahla punya ide. Dia mendorong tiang beroda itu ke dekat kamar mandi. Tapi, ada satu masalah lagi. Tiang itu hanya sampai di depan kamar mandi saja, dan selangnya yang tidak panjang membuat Syahla tidak bisa duduk di kloset untuk melaksanakan hajatnya.

"Gimana nih?" Syahla kebingungan. Sementara kotoran di perutnya sudah mendesak ingin segera dikeluarkan. Syahla mencoba melepaskan infus dari gantungannya, tapi dia kesusahan karena harus menahan tangannya tetap di atas agar darahnya tidak mengalir keluar.

"Kenapa?" Ustadz Amar yang sebelumnya tidur di atas sofa terbangun, mendekati Syahla sambil mengucek-ucek mata.

"Mau pup.." Syahla meringis.

"Yasudah, sini saya bawakan," Ustadz Amar mengambil alih infus dari tangan Syahla.

"Loh, terus gimana? Saya kan mau masuk ke kamar mandi,"

"Gimana lagi? Masuk saja, biar saya temani." jawab Ustadz Amar enteng.

"Heh, yang benar saja! Masa kita masuk berdua?"

"Memangnya kenapa? Kan keadaannya darurat. Lagipula kita juga sudah suami istri,"

"Ya tapi, nggak bisa gitu juga dong," Syahla masih ingin berargumen, tapi perutnya sudah melilit kesakitan. "Yaudah deh, tapi Om Suami nunggu di depan pintu sambil ngadep depan ya.."

"Iya, iya.." Ustadz Amar kemudian mengikuti Syahla di belakangnya dan menutup pintu kamar mandi, hanya menyisakan celah sedikit untuk selang infus.

Di dalam kamar mandi, Syahla berusaha keras menahan kentutnya. Gengsi dong kalau sampai suara kentutnya kedengaran!

"Sudah, lepaskan saja. Menahan kentut malah bikin perut sakit,"

Syahla meringis. Ustadz Amar tahu saja kalau dirinya sedang berusaha jaim. Akhirnya ia meneruskan hajatnya tanpa peduli dengan keberadaan Ustadz Amar.

"Mau sekalian dicebokin nggak?" tanya Ustadz Amar menggoda istrinya.

"Jangan aneh-aneh!" teriak Syahla kesal. Ustadz Amar malah tertawa terbahak-bahak mendengar reaksi istrinya.

Selesai buang hajat, Syahla keluar dari kamar mandi dengan canggung. Sementara Ustadz Amar menunggu sambil terkantuk-kantuk. Ajaibnya, tangannya yang memegang infus masih terangkat tinggi.

"Oh, sudah?" Ustadz Amar mengerjapkan matanya melihat Syahla. "Kalau sudah selesai, ayo tidur lagi."

Dengan lembut, Ustadz Amar membimbing Syahla kembali ke ranjang dan membetulkan posisi bantal istrinya agar terasa lebih nyaman.

"Sudah malam, jangan kebanyakan bengong. Kalau besok sudah sembuh, saya akan minta ke dokter untuk membawa kamu pulang."

"Serius?" mata Syahla berbinar senang. "Saya beneran sudah sehat kok!"

"Itu kan menurut kamu, kalau menurut dokter lain lagi," Ustadz Amar menyelimuti Syahla dan mengusap kepala sang istri. "Selamat tidur."

Syahla terkaget-kaget. Ia menyentuh bekas usapan Ustadz Amar dengan gugup. Entah kenapa, lagi-lagi ia merasa jantungnya berdebar kencang.

Mungkin karena kurang tidur, pikirnya sambil berusaha memejamkan mata.

...----------------...

Esoknya, Ustadz Amar benar-benar menepati janji. Setelah dokter memastikan Syahla bisa dirawat jalan, Ustadz Amar memutuskan untuk membawa Syahla pulang hari itu juga.

"Akhirnya! Aku kangen banget sama kamu, kasurku tercinta!" Syahla langsung membanting tubuhnya di atas kasur sesampainya di rumah.

"Obatnya jangan lupa diminum," Ustadz Amar awalnya masuk ke kamar Syahla hanya untuk menaruh obat, tapi dirinya malah syok melihat keadaan ruangan yang lebih mirip kapal pecah.

"Astaghfirullah," reflek Ustadz Amar. "Ini kenapa bentuk kamarnya jadi seperti ini?"

Syahla menoleh ke arah yang dituju suaminya dengan cuek. "Saya kan dari kemarin sibuk, Om Suami. Belum sempet beres-beres."

"Ini baju sejak kapan? Kenapa ditumpuk di pojokan begitu? Kaos kaki juga! Ya ampun, bau banget! Ini jilbab ada lima dipakai semua? Kenapa nggak dicuci?"

Syahla menutup telinganya mendengar omelan Ustadz Amar. "Berisik banget sih, Om Suami! Ngomel mulu kaya Umi,"

"Coba kamu lihat dengan mata kepala kamu Syahla. Apa pantas ruangan ini disebut kamar? Ini sudah seperti gudang! Ayo, berdiri! Beresin dulu!"

"Aaaa....Saya kan pasien, jadi nggak kuat beres-beres.." jawab Syahla sok memelas.

"Setidaknya bawa baju-baju kotornya ke kamar mandi,"

"Saya masih lemas, Om Suami. Saya kan pasien.."

Ustadz Amar menarik napas, berusaha bersabar. Ia lalu keluar dari kamar itu dan kembali lagi dengan membawa ember dan alat-alat kebersihan di kedua tangan.

"Eh, eh, Om Suami mau ngapain?" Syahla terheran-heran.

"Saya mau menjaga kebersihan kamar nona pasien, supaya tidak ada bakteri-bakteri yang menempel!"

Syahla tersenyum senang, rasanya seperti menjadi ratu sehari. "Oke pelayan! Bersihkan sampai kinclong ya!"

Pada akhirnya, Ustadz Amar sebagai kepala keluarga di rumah itu memulai bersih-bersih kamar sang istri, dimana si empunya kamar malah asyik membaca novel di atas kasur.

Kegiatan bersih-bersih kamar Syahla dimulai dari memasukkan baju-baju kotor Syahla ke keranjang kotor dan membawanya ke kamar mandi, setelah itu membersihkan lantai dengan penghisap debu.

Ustadz Amar dengan sengaja mendekatkan mesin penghisap debu ke arah kasur, berharap Syahla akan melihat usahanya dan merasa kasihan. Sayangnya harapan Ustadz Amar musnah secepat kilat karena Syahla lebih memilih menggeser tubuhnya daripada bangkit membantu sang suami.

Lima belas menit kemudian, kamar Syahla sudah kembali rapi. Syahla melihat keadaan kamarnya dengan tersenyum puas sambil mengacungkan jempol. "Good job, Om Suami!"

"Terimakasih, ya!" sarkas Ustadz Amar.

Syahla tertawa renyah. Ia lalu kembali merebahkan badannya di atas kasur tanpa merasa berdosa. Saat akan membuka handphone, Ustadz Amar merebut benda pipih itu dari tangannya.

"Eh, eh, kenapa sih?" Syahla memprotes.

"Pasien nggak boleh main hape!" jawab Ustadz Amar penuh dendam sambil membawa ponsel Syahla keluar.

"Dih, sirik!" protes Syahla bersungut-sungut.

"Makan dulu, Nona Pasien!" seru Ustadz Amar dari arah dapur.

Meski sambil mengerucutkan bibir, Syahla bergegas turun dari ranjang karena perutnya memang sudah keroncongan.

Mata Syahla terbelalak senang melihat menu makanan di atas meja. Ada ayam goreng, sambal terasi dan lalap jengkol. Saat Syahla mengulurkan tangan untuk meraih piring, Ustadz Amar segera menepisnya dengan keras.

"Apa sih?" Syahla berseru protes. Ustadz Amar meletakkan semangkuk bubur ayam di depan Syahla.

"Pasien makan itu saja,"

"Bubur? Kenapa harus makan bubur saat ada ayam goreng di depan mata?"

"Sstt!" Ustadz Amar mengacungkan telunjuknya di depan bibir sebagai isyarat agar istrinya diam. "Pasien tidak boleh banyak protes!"

Syahla tidak bisa menjawab lagi. Ia terpaksa memakan bubur hambarnya di depan Ustadz Amar yang melahap ayam gorengnya dengan nikmat.

1
Rahma Inayah
boleh jg tu di coba shla..
Rahma Inayah
ternyata ada campur tangan om suami ..sdh ku duga ...lanjut thor
Rahma Inayah
dasar si Anne sdh GK di respon cnt nya malah ambil karya org yg ngaku karya dia biar Rama simpati SM dia dn trm dia ..ngarep..
Rahma Inayah
lanjut thor
Rahma Inayah
klu mau tau om suami sdh PNY istri ..
Rahma Inayah
lambat Laun hati sha luluh jg dan perlahan tumbuh benih2 cnt seiring bersama
Rahma Inayah
sangkin senang akan kedatangan Kel nya sha lp.lepas lapban nya wkwwk
Rahma Inayah
nah sekrng om suami sdh tau klu alergi udang JD utk kedpnmya hrs inget jgn di kasih udang lgi
Rahma Inayah
satu kampus dgn pak suami ...yg jg ternyata dosen
Rahma Inayah
so sweet ustadz sdh mengagumi murid nya dr SMP ..amazing
Rahma Inayah
nah Lo shaila trm aja
Rahma Inayah
ustadz amar ngelamar santrinya sendri
Rahma Inayah
klu mmg jodoh GK kmn walau jauh Mash ttp ktm jg
Rahma Inayah
ustadz amar ternyata mempunyai rasa sama santrinya sendri mencintai dlm diam
Rahma Inayah
persahabtn bagai ke pompong hal yg tak mudah berubah JD indah.ngakak bc nya mkn seru
Rahma Inayah
lngs favorite bgus ceritanya
bhunshin
suami aku alergi kepiting dia bisa matanya membengkak 🤣🤣🤣 klo aku alergi kerang hijau bisa bikin sesak nafas😂
nobita
begitu pengertian nya Amar pada istri kecilnya
nobita
kan suami kamu dosennya di situ ya pastinya taulah jadwal kamu
nobita
hmhmh aku jadi terharu dengan sikapnya ustad Amar
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!