Valerie memutuskan pulang ke Indonesia setelah dikhianati sang kekasih—Kelvin Harrison. Demi melampiaskan luka hatinya, Vale menikah dengan tuan muda lumpuh yang kaya raya—Sirius Brox.
Namun, siapa sangka, ternyata Riu adalah paman terkecilnya Kelvin. Vale pun kembali dihadapkan dengan sosok mantan, juga dihadapkan dengan rumitnya rahasia keluarga Brox.
Perlahan, Vale tahu siapa sebenarnya Riu. Namun, tak lantas membuat dia menyesal menikah dengan lelaki itu, malah dengan sepenuh hati memasrahkan cinta yang menggebu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresya Salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Riu Tanpa Kursi Roda
Udara Kota London kembali menyeruak dalam hidung Kelvin, ketika dirinya tiba di bandara. Di tengah hiruk-pikuk yang sekian tahun familier di pandangan mata, Kelvin melangkah cepat menuju mobil yang menjemputnya. Tak ia hiraukan lalu lalang orang di sekitar. Pikirnya hanya satu, segera masuk mobil dan bergegas meluncur menuju kediaman Juliet.
"Kalau dia memang selingkuhan Papa, aku bisa membuat perhitungan nanti, setelah aset sudah terjamin keamanannya," batin Kelvin sambil memandangi barisan gedung-gedung tinggi yang berada di sepanjang jalan.
Entahlah. Dia sangat berambisi dengan harta. Sedikit pun tak mau kehilangan, seolah itu separuh nyawa baginya. Terlebih lagi yang mengambil alih adalah Riu, sampai kapanpun dia tidak akan rela.
"Kita sudah tiba, Tuan."
Kelvin mengembuskan napas kasar, lalu memberikan jawaban dengan gumaman singkat. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Kelvin lekas turun dan melempar senyum asal kepada pria yang menyambutnya.
"Mari ikut saya! Nyonya Besar sudah menunggu Anda." Pria dengan badan kekar mengajak Kelvin memasuki pintu gerbang kokoh dan mewah. Sepadan dengan bangunan megah yang berdiri di dalamnya.
Kelvin terus mengikuti langkah pria itu, menapaki halaman luas sebelum akhirnya memasuki pintu utama sebuah rumah tiga lantai dengan gaya Eropa.
Pertama kali menapakkan kaki di rumah itu, Kelvin disambut oleh beberapa pelayan yang menunduk hormat. Sekilas saja Kelvin bisa memahami bagaimana kedudukan wanita yang akan ia temui—wanita kelas atas. Bahkan jika dilihat dari keadaan rumah, sepertinya kehidupan wanita itu lebih berada dibanding keluarganya sendiri.
Tak lama setelahnya, Kelvin tiba jua di dalam ruangan, yang mana Juliet sudah menunggu. Kelvin tertegun sejenak, ternyata Juliet adalah wanita dewasa berparas cantik dengan mata biru yang menawan. Meski usianya tidak beda jauh dengan Annisa, tetapi kecantikannya amat jauh berbeda.
Namun, bukan kecantikannya yang membuat Kelvin tertegun, melainkan perasaan familier yang ia rasa setiap menatap wajah Juliet. Walau tidak tahu kapan dan di mana ia pernah menjumpai waja itu, tetapi Kelvin merasa tidak asing.
"Duduklah, jangan hanya berdiri!"
Pikiran Kelvin yang sedang mengingat-ingat wajah Juliet, buyar seketika karena suara wanita itu. Dengan senyum canggung, Kelvin mengangguk dan kemudian duduk di hadapan Juliet.
Hampir tidak ada basa-basi di antara keduanya. Juliet langsung membahas rencana-rencana yang akan dilakukan, setelah nanti Riu datang dan mengambil alih perusahaan Annisa.
Kelvin menarik napas lega. Rencana yang disusun Juliet cukup matang. Dengan modal uang yang ia punya, semua orang yang punya pengaruh di perusahaan dijamin menolak kehadiran Riu sebagai pemimpin. Pada akhirnya, kepemimpinan akan jatuh padanya, dan perlahan ... surat kepemilikan juga akan kembali padanya.
Usai pembahasan penting itu, Kelvin menyempatkan diri untuk bertanya hal lain yang lebih privat, yakni hubungan antara Juliet dengan Theo. Kelvin bertanya dengan hati-hati agar Juliet tak curiga padanya.
"Theo adalah rekan bisnis suamiku. Aku membantu keluarga kalian juga atas perintahnya." Juliet menanggapi pertanyaan Kelvin sembari menunjukkan foto dirinya dengan suami.
Kelvin meniliknya cukup lama. Meski terlihat elegan dan berwibawa, tetapi pria itu sudah hampir kehilangan kadar ketampanan. Usianya pasti jauh di atas Juliet. Jika diperhatikan, keduanya tidak serasi menjadi sepasang suami istri.
Namun, Kelvin tak ambil pusing dengan itu. Dia malah merasa sedikit tenang karena Juliet punya suami, otomatis tidak mungkin mnejadi selingkuhan ayahnya. Mungkin, saking seringnya mereka bekerja sama, makanya nomor Juliet sudah dihafal di luar kepala.
_________
Lima hari setelah Kelvin tiba di London, Riu dan Jason menyusul ke sana. Tak perlu dipertanyakan lagi apa tujuannya, jelas untuk mengalihkan nama kepemilikan. Tanda tangan Annisa dan Theo sudah dikantongi, tinggal mengurus secara resmi nanti. Sekarang yang penting mengumumkan hal tersebut pada semua jajaran yang ikut andil dalam berjalannya perusahaan.
Tepat pukul 09.50 waktu setempat, Kelvin dan Jason sudah duduk di kursi masing-masing, bersama semua peserta rapat, termasuk Juliet yang ternyata punya andil saham di perusahaan itu.
"Mana Paman?" tanya Kelvin pada kakeknya.
"Tadi masih menerima telepon. Sebentar lagi pasti masuk."
Kelvin tak bicara lagi, hanya duduk sigap sambil menunggu sang paman datang dan menjadi bahan tertawaan. Ya ... posisinya yang berada di atas kursi roda, siapa yang akan terkesan? Apalagi orang-orang yang berdiri di pihaknya, sudah pasti akan menertawakan hal itu. Tidak pantas seseorang yang lumpuh menjadi pemimpin.
"Aku sudah tidak sabar melihat ekspresimu nanti, Paman." Kelvin membatin sambil tersenyum miring.
Namun, senyuman itu hilang seketika setelah pintu ruangan dibuka dan menampilkan sosok Riu.
Lelaki yang biasanya duduk di kursi roda dan didorong oleh Baron, sekarang berjalan layaknya lelaki normal. Yang ada di belakangnya pun bukan Baron lagi, melainkan seorang pebisnis besar yang selama ini menjadi saingan terberat Theo.
Bersambung...