Menikahi Paman Mantan
'Val, datanglah ke Hotel Luxury kamar 3304. Aku tadi melihat kekasihmu masuk ke sana sambil merangkul perempuan full make up dengan pakaian sexy. Pastikan itu benar dia atau bukan. Papa tadi buru-buru mengajak aku pergi, jadi tidak bisa menyapa dulu.'
Valeri Anjanetta Rusli, gadis 23 tahun dengan paras cantik menawan, langsung terpaku ketika membaca satu pesan dari sahabatnya—Thalia Septa Bagaskara.
Sejauh ini, Thalia tak pernah berbohong padanya. Namun, informasi yang dia bawa sekarang, rasanya sulit dipercaya.
"Kelvin ... apa iya dia selingkuh?" gumam Vale dengan perasaan yang tak menentu. Di satu sisi ia percaya dengan Thalia. Namun, di sisi lain ia juga percaya dengan Kelvin, karena selama ini lelaki itu terbukti setia dan tulus mencintainya.
Tak ingin lama-lama larut dalam kebimbangan dan ketidakpastian, akhirnya Vale menyambar tas selempang dan bergegas pergi meninggalkan apartemen. Dengan langkah cepat dia turun ke jalan, dan untungnya letak apartemen tak jauh dengan halte bus. Jadi, tak membutuhkan waktu lama bagi Vale untuk menuju Hotel Luxury.
"Kalau sampai benar kamu selingkuh, aku tidak akan pernah memaafkanmu, Vin," batin Vale ketika sudah duduk di dalam bus. Ia menatap ke luar dengan pandangan gusar.
London, kota yang ia pijak saat ini. Kota yang selama lima tahun terakhir menjadi saksi atas perjuangannya dalam menempuh pendidikan, sampai akhirnya kemarin bisa menyabet gelar MBA (Master Of Business Administration).
Rencananya, Vale akan menggunakan gelar itu untuk bekerja di perusahaan Kelvin Harrison—lelaki yang selama empat tahun ini menjadi kekasihnya. Namun, entahlah. Belum tahu pasti apa yang akan terjadi setelah nanti tiba di Hotel Luxury.
Sekitar dua puluh menit kemudian, Vale tiba di hotel tersebut. Dengan beralasan mengantar barang, dia mendapat akses untuk menuju kamar 3304.
Setibanya di sana, emosi Vale langsung bangkit karena seseorang yang membuka pintu kamar adalah Kelvin, kekasihnya.
"Vale, kamu ... kamu___" Kelvin gugup seketika. Dia tak tahu jika yang datang adalah Vale. Dia kira orang suruhannya yang memang disuruh datang untuk membawakan alat kontrasepsi.
"Dengan siapa kamu di sini?" tanya Vale dengan intonasi tinggi.
Belum sempat Kelvin menjawab, tiba-tiba Angela—perempuan yang ia kencani, mendekat dan menggelayut manja di lengannya.
"Jelaskan saja aku siapa. Katamu lebih cepat putus lebih baik, kan?" ucap Angela sambil tersenyum penuh kemenangan.
Vale meradang seketika. Perempuan yang berdiri di hadapannya hanya mengenakan baju tidur tipis dan terbuka, bahkan area terlarangnya diumbar begitu saja. Sedangkan Kelvin, bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Tanpa dijelaskan pun Vale sudah tahu apa yang mereka lakukan.
"Dasar laki-laki brengsek!" Vale mengumpat sambil melayangkan tamparan keras. "Aku selalu setia dan menjaga baik hubungan kita. Tapi, ini balasanmu, hah?"
Namun, di luar dugaan Kelvin justru balik marah. Sambil menatap tajam, Kelvin mencengkeram kedua lengan Vale. Sampai gadis itu meringis sakit.
"Hubungan apa yang kamu maksud, Vale? Hubungan datar yang membosankan ini, iya?" bentak Kelvin.
"Apa maksudmu?"
Kelvin tertawa, "Sampai sekarang pun kamu masih tidak paham? Baiklah, akan aku jelaskan. Kamu terlalu kolot, sok suci, sok menjunjung harga diri. Empat tahun kita pacaran, Vale, tapi apa yang kamu berikan? Tidak ada. Bahkan, ciuman bibir saja kamu menolak. Aku laki-laki, punya hasrat dan butuh kepuasan. Tapi, sebagai pacar kamu tidak mau melakukan itu. Lantas, apa gunanya aku terus sama kamu? Aku bukan anak kecil yang hanya cukup dengan jalan-jalan dan makan-makan. Yang kubutuhkan lebih dari itu."
"Aku tidak menyangka pikiranmu sekotor itu, Vin." Vale bicara pelan, demi menahan tangis yang siap pecah.
Bagaimana tidak, ia sangat mencintai lelaki itu, tapi ternyata cinta yang diagungkan tak seindah kelihatannya.
"Bukan pikiranku yang kotor, tapi pikiranmu yang kolot. Dan aku tidak bisa menerima itu, Vale, kita putus saja."
Vale lantas menepis kasar tangan Kelvin. Lalu dengan mata yang memicing, ia menatap kekasih yang sebentar lagi menjadi mantan.
"Oke, fine, kita putus. Semoga kamu tidak menyesali keputusan ini, Kelvin. Dan kamu ... jangan kaget jika nanti dibuang karena naf-su lelaki itu sudah pindah pada wanita lain," ucapnya sambil menunjuk perempuan di samping Kelvin.
Tanpa menunggu tanggapan dari Kelvin ataupun wanita yang bersamanya, Vale langsung pergi meninggalkan tempat tersebut. Air mata sudah tidak bisa dibendung, semua tumpah sebelum ia naik ke dalam bus.
"Val, kamu baik-baik saja?" tanya Thalia, ketika Vale tiba di apartemen dengan kondisi yang kacau.
"Aku ikut kamu pulang," jawab Vale, sedikit menyimpang dari pertanyaan.
Thalia agak bingung. Pasalnya, besok dia akan terbang pagi karena segala sesuatunya sudah dipersiapkan dari beberapa hari lalu, termasuk ayahnya yang datang langsung dari Indonesia demi menjemputnya. Sementara Vale, sedikit pun belum ada persiapan karena niatnya akan tetap tinggal di London.
"Masih ada waktu untuk bersiap. Jika capek, kamu tidurlah. Aku bisa melakukannya sendiri," sambung Vale, menegaskan bahwa dirinya benar-benar pulang.
Thalia pun pasrah. Malam itu dia ikut terjaga demi membantu Vale bersiap. Bahkan, ayahnya juga ketiban sial karena harus mengurus tiket penerbangan untuk Vale.
__________
Dengan persiapan yang serba mendadak, akhirnya Vale tiba di nagara asalnya—Indonesia. Perjalan jauh nan lama tidak membuat hatinya membaik, masih remuk dan hancur karena pengkhianatan Kelvin. Sopir yang menjemput pun sampai heran karena nona mudanya tidak ceria seperti dulu.
"Papa!" teriak Vale ketika menginjakkan kaki di rumah. Meski saat itu jam sembilan pagi, tapi Vale yakin ayahnya ada di rumah karena hari Minggu.
Namun, ternyata ia salah.
"Loh, Papa kok sudah rapi begini? Ini kan weekend, memangnya Papa mau kerja?" tanya Vale ketika disambut ayahnya dalam balutan pakaian formal.
Sandiaga Rusli—ayah kandung Vale, sekadar memijit pelipis sambil berulang kali membuang napas berat.
"Papa ada masalah?" tanya Vale.
Sandi lantas menghempaskan tubuhnya di atas sofa, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bukan masalah sebenarnya, hanya saja ... Papa diberi tugas yang lumayan berat."
"Tugas apa, Pa?" Vale bertanya sembari duduk di sebelah Sandi.
"Kamu tahu Sirius Brox? Tuan muda di kelurga Brox? Dia ingin menikah dalam waktu cepat, dan Papa yang ditugaskan mencari calon istri untuk dia. Kalau saja dia normal, ini hal mudah. Tapi ... dia lumpuh permanen. Gadis mana yang mau menikah dengan lelaki cacat seperti itu?" keluh Sandi.
Vale mangut-mangut. Dia tahu siapa keluarga Brox, keluarga kaya raya yang paling berpengaruh di negaranya. Bahkan, bisnis ayahnya pula juga berada dalam naungan kelurga tersebut.
"Jika Tuan Riu hanya mencari istri sementara mungkin mudah, tapi tidak. Dia mencari istri untuk selamanya. Meski kaya raya, tapi para gadis juga akan berpikir ulang. Lumpuh permanen dan tidak mungkin punya keturunan. Selain hidup berkecukupan, tidak ada hal lain yang bisa diharapkan," sambung Sandi.
Vale berpikir sejenak. Lantas, menemukan ide di luar nalar.
"Bagaimana kalau aku saja yang menikah dengan dia, Pa?" ujar Vale dengan entengnya.
Semua ia lakukan demi melampiaskan rasa sakit akibat percintaan yang kandas.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sandisalbiah
walau udah tau gambaran rumah tangga Riu dan Vale di cerita Nero tp penasaran dgn perjalanan cinta mereka
2024-08-29
0
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
begini nih kalau setelah sakit hati... ngomongnya asal ceplos. 🤣🤣
aduh Neng Vale... andai dunia nyata semudah, ringan dan seindah duniiaa novel.. aku mau ikutan kayak kamu lah. 🤣🤣🤣 tapi sayang tidak. wkwkwk /Speechless//Speechless//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2024-04-08
2
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
pengin tabok nih Kelvin rasanya 😶😴😴
2024-04-08
1