Jangan lupa follow Author yaaaaa!!!!!!!
Hidup Kayla yang awalnya begitu tenang berubah ketika Ayahnya menjodohkannya dengan seorang pria yang begitu dingin, cuek dan disiplin. Baru satu hari menikah, sang suami sudah pergi karena ada pekerjaan mendesak.
Setelah dua bulan, Kayla pun harus melaksanakan koas di kota kelahirannya, ketika Kayla tengah bertugas tiba-tiba ia bertemu dengan pria yang sudah sah menjadi suaminya tengah mengobati pasien di rumah sakit tempat Kayla bertugas.
Bagaimana kelanjutannya? Bagaimana reaksi Kayla ketika melihat suaminya adalah Dokter di rumah sakit tempatnya bertugas? Apa penjelasan yang diberikan sang suami pada Kayla?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawaban Jujur
Operasi berlangsung selama empat jam dengan tensi yang cukup tinggi, Arthur bekerja dengan presisi yang menakutkan dan nyaris tanpa suara, sementara Karin berusaha mengimbangi ritme kerja Arthur, meski Karin bekerja dengan sangat baik, pikiran Arthur sebenarnya tetap tertuju pada sikap dingin Kayla tadi siang. Setelah prosedur selesai dan pasien dipindahkan ke ruang pemulihan, Arthur dan Karin melangkah keluar menuju area dekontaminasi.
"Operasi yang sempurna, Dokter Arthur. Ketelitian Dokter di area cerebellum tadi benar-benar luar biasa," puji Karin sambil melepas masker bedahnya dan memperlihatkan senyumnya yang paling menawan.
Arthur hanya mengangguk singkat sambil mengeringkan tangannya, "Kerja tim yang cukup baik, terima kasih," ucap Arthur.
Karin merasa ini adalah momen yang tepat, ia melirik jam tangannya. "Dok, kebetulan ini sudah jam pulang. Mengenai tawaran makan malam tadi, reservasi di restoran Ayah saya masih berlaku. Beliau sangat berharap bisa mengobrol santai dengan Dokter bukankah ini waktu yang pas untuk melepas penat setelah operasi besar?" ajak Karin.
Arthur menghentikan gerakannya, ia menatap Karin dengan tatapan datar yang sulit ditembus. "Terima kasih, Dokter Karin. Tapi seperti yang saya katakan tadi, saya sudah punya janji pribadi yang tidak bisa ditunda," ucap Arthur.
Karin sedikit mengerutkan dahi, merasa egonya sedikit terusik karena ditolak dua kali dalam sehari. "Dok, ini tawaran langsung dari Ayah saya, beliau jarang sekali mengundang orang secara pribadi. Apa janji itu benar-benar sepenting itu hingga Dokter Arthur menolak relasi yang begitu berharga bagi karier Dokter?" tanya Karin.
"Sangat penting, relasi profesional bisa dibangun di rumah sakit pada jam kerja. Di luar itu, waktu saya adalah milik kehidupan pribadi saya, permisi," jawab Arthur tanpa ragu.
Arthur melangkah pergi dengan langkah tegap, meninggalkan Karin yang terpaku dengan rasa kesal yang mulai membuncah, Karin tidak terbiasa diabaikan apalagi demi sesuatu yang disebut janji pribadi oleh pria sedingin Arthur.
Malam ini, suasana di apartemen terasa jauh lebih dingin daripada suhu pendingin ruangan, Arthur yang biasanya menikmati ketenangan setelah operasi, kini merasa gelisah. Arthur menemukan Kayla sedang duduk di meja makan, tampak fokus membaca buku teks kedokteran yang tebal, namun ia menyadari bahwa istrinya itu belum membalikkan halaman buku sejak sepuluh menit yang lalu.
Arthur meletakkan kunci mobilnya dan berjalan mendekat, "Kamu sudah makan?" tanya Arthur lembut.
"Sudah," jawab Kayla singkat tanpa menoleh.
Arthur mengernyitkan dahi, ia berjalan ke dapur dan melihat tempat sampah, di mana tidak ada bekas bungkus makanan atau sisa masakan.
"Kamu bohong, aku tidak melihat ada tanda-tanda kamu sudah makan," ucap Arthur.
"Aku sudah makan di rumah sakit tadi sama Celine," bohong Kayla lagi.
Kaula menutup bukunya dengan suara yang cukup keras dan beranjak berdiri, bermaksud menghindari Arthur untuk masuk ke dalam kamar. Namun, Arthur dengan cepat menahan pergelangan tangan Kayla.
"Kayla, cukup. Ini sudah di apartemen dan kamu masih menghindariku bahkan kamu memperlakukanku seperti pajangan. Kalau aku punya salah, katakan, jangan membuatku menebak-nebak di saat otakku sudah lelah dengan urusan rumah sakit," ucap Arthur.
Kayla menarik napas panjang, matanya mulai memanas, ia mencoba melepaskan tangannya, namun genggaman Arthur sangat kokoh. "Nggak ada yang salah, Mas. Aku cuma mau istirahat, bukannya Mas juga capek habis operasi," ucap Kayla.
"Kita gak akan istirahat kalau masalah kita belum selesai," ucap Arthur.
Arthur membawa Kayla ke ruang tamu dan mendudukkan Kayla di sofa, Arthur menatap lekat wajah istrinya itu.
"Sekarang, kamu jujur. Apa aku punya salah?" tanya Arthur.
"Mas gak punya salah," jawab Kayla.
"Terus kenapa kamu menghindar?" tanya Arthur.
"Aku gak menghindar," ucap Kayla.
"Kayla, aku mohon jawab yang jujur, aku tahu kalau Kamu marah, tapi aku gak tahu kenapa. Kalau aku salah, aku mau kamu bilang apa kesalahanku. Aku bukan pria yang peka dengan sekelilingku karena itu aku butuh kamu," ucap Arthur.
Kayla tudak membalas perkataan Arthur, ia hanya menatap lekat wajah tampan suaminya itu. "Ada apa?" tanya Arthur.
"Kita kan menikah karena perjodohan, kalau seandainya kamu menemukan perempuan yang kamu suka, apa kamu bakal ninggalin aku?" tanya Kayla.
Pertanyaan Kayla yang tiba-tiba itu mengejutkan Arthur, Arthur terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia bersuara. "Aku tahu pernikahan kita memang terjadi karena perjodohan, tapi setelah aku berjanji kepada Tuhan dan juga orangtua kamu, aku juga berjanji kepada diriku sendiri untuk menjaga dan berada disamping kamu apapun yang terjadi. Terus tadi kamu tanya kalau aku bertemu perempuan yang aku sukai, maka aku akan menjawab itu tidak mungkin, aku sudah menikah dan aku akan menjaga janji suci pernikahanku, perempuan yang aku sukai hanya istriku, tidak ada rasa suka untuk perempuan lain," ucap Arthur.
"Mas suka aku?" tanya Kayla.
"Kamu masih tanya aku suka kamu atau gak? saat aku mengucapkan janji suci itu, maka aku sudah menyukai kamu," jawab Arthur tanpa ragu sedikitpun.
"Mas jawab dengan jujur, Mas suka aku karena aku istri Mas atau karena perasaan Mas?" tanya Kayla.
Arthur tidak langsung menjawab pertanyaan Kayla, ia menatap lekat waja wanitanya itu dengan tatapan yang mendalam seolah sedang mengunci seluruh dunia Kayla hanya pada dirinya. Perlahan, namun pasti Arthur mencondongkan tubuhnya, mengikis jarak yang tersisa di antara mereka hingga Kayla bisa merasakan hembusan napas suaminya yang hangat di permukaan kulitnya.
Tangan Arthur yang tadinya menggenggam pergelangan tangan Kayla, kini berpindah mengelus pipi istrinya dengan sangat lembut, ia kemudian menyatukan bibirnya dengan Kayla dalam sebuah c*uman yang lembut namun penuh penekanan.
Ini adalah c*uman pertama mereka, lebih tepatnya yang diketahui Kayla karena sebelumnya Arthur pernah menc*um Kayla ketika Kayla terlelap. C*uman yang tidak hanya membungkam bibir Kayla, tapi juga membungkam semua keraguan, rasa cemburu dan rasa rendah diri yang menghantui gadis itu sepanjang hari.
Kayla terkejut sesaat, jantungnya berdegup kencang hingga terasa menyakitkan, namun perlahan ia memejamkan mata, membiarkan dirinya tenggelam dalam perasaan asing yang menghangatkan dadanya. Arthur melepaskan tautan mereka secara perlahan, namun tetap menempelkan keningnya pada kening Kayla.
"Apa itu menjawab pertanyaanmu? Aku tidak akan mencium wanita yang tidak aku cintai hanya karena status, aku melakukannya karena aku menginginkannya, bukan karena kewajiban," ucap Arthur pelan dengan suara serak.
Kayla menarik napas gemetar, wajahnya sudah semerah tomat karena mendengar ucapan Arthur. "Mas... tadi itu...," Kayla tidak sanggup melanjutkan ucapannya karena rasa terkejutnya.
"Itu adalah jawaban jujurku," potong Arthur sambil tersenyum tipis, sebuah senyum tulus yang sangat langka.
"Jawaban jujur," gumam Kayla.
"Jadi, berhentilah berpikir kalau aku akan berpaling pada wanita lain, sehebat apa pun perempuan itu, dia bukan orang yang menungguku pulang di apartemen ini," ucap Arthur.
.
.
.
Bersambung.....