“Arga, ini aku bawain sandwich buat kamu. Dimakan ya, semoga kamu suka,”
Argantara datang menjemput Shelina tunangannya hasil perjodohan karena suruhan orangtua. Ketika Shelina sudah masuk ke dalam mobil, Ia langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tinggi dan mengabaikan ucapan Shelina.
Tunangannya itu langsung panik ketika Argantara melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi tanpa memedulikan dirinya yang merasa trauma pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di usia kecil.
“Arga tolong jangan ngebut, aku takut,”
“Lo pantes dapat hukuman ini ya. Nyokap gue nyuruh gue untuk jemput lo! Emang gue supir lo?! Hah?!”
“Tapi ‘kan—-tapi bukan aku yang minta, Ga,”
“Lo harus tau satu hal, gue benci sama lo! Walaupun gue udah putus dari cewek gue, dan dia ninggalin gue nggak jelas sebabnya apa, tapi gue masih cinta sama dia, dan gue nggak akan buka hati buat siapapun itu selain dia! Gue yakin dia bakal balik lagi,”
“Tapi ‘kan kita udah tunangan, Ga,”
“BARU TUNANGAN! GUE BENCI SAMA LO, PAHAM?!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
“Gue mau langsung balik,” ujar Argantara setelah berhasil mengendalikan emosi di dalam dirinya sendiri.
Hatinya sudah berkata bahwa detik ini Ia tidak boleh lagi mengharapkan Alya, dan secepatnya menghapus cinta yang masih ada untuk Alya karena sudah terbukti Alya mengkhianatinya.
Alya meninggalkannya tanpa asalan, sudah hampir lima bulan berlaku, sekarang Ia melihat Akya sudah berbadan dua. Ia benar-benar tak ada artinya lagi di hidup Alya.
Kecewa? Sangat, tapi Argantara ingin belajar menerima kenyataan mulai sekarang. Mendengar pesan-pesan dari tiga sahabatnya mata Argantara mulai terbuka perlahan. Alya, perempuan yang negitu Ia cintai, Ia anggap baik selama ini ternyata malah tega berkhianat.
Tiba-tiba meninggalkan tanpa asalan, lalu mendadak Ia dikejutkan dengan perut Alya yang sudah membesar, setelah lima bulan mereka tak bertemu.
Selama ini Ia menganggap Alya itu perempuan yang baik, bahkan Ia tidak percaya sedikitpun pada ucapan orangtuanya tentang Alya. Tapi sekarang Ia diberitahu tentang kenyataan yang sebenarnya. Alya memang tak sebaik yang Ia pikirkan selama ini. Benar kata orang-orang sekitarnya. Alya memang tidak pantas untuk dirinya.
“Ga, lo baik-baik aja? Bawa mobil yang bener ya,” ujar Satria sesaat sebelum meninggalkan mobil Argantara bersama Denis dan Ardan juga.
“Gue nggak apa-apa. Santai aja,”
“Lo boleh galau, tapi lo jangan bego ya. Jangan ada pikiran untuk ngelakuin hal-hal yang nggak baik. Lupain dia! Nggak usah lo ingat-ingat lagi karena cuma bikin lo sakit hati. Belajar untuk terima takdir ya, Ga. Lo mesti sadar kalau dia itu bukan jodoh lo, dan Tuhan baik bangets ama lo jauhin orang nggak baik kayak dia dari lo. Untung aja kalian belum serius, coba kalau udah. Wah gawat banget. Move on ya, Ga!”
Argantara menganggukkan kepalanya. Ia akan melupakan rasa sakitnya ini, dan belajar untuk memulai hidup yang baru tanpa bayang-bayang Alya sedikitpun. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri.
“Lo nggak mau pulang bareng kita aja? Kita anterin sampai rumah, kitanya bawa mobil masing-masing,”
“Nggak usah, gue balik sendiri aman kok,”
Sejujurnya teman-teman Argantara khawatir sekali kalau Argantara melakukan sesuatu yang tidak baik akibat patah hati. Mengingat Argantara sangat mencintai Alya, ketika disakiti dnegan tega seperti ini takutnya Argantara nekat.
“Santai aja, gue nggak bakal gila kok,” ujar Argantara sambil tertawa membuktikan bahwa Ia baik-baik saja.
“Awas lo ya macam-macam! Lo dikhianatin sama dia, berarti yang nggak baik tuh dia, jadi ngapain lo harus nyakitin diri lo semdiri. Mikir sampe sana! Paham nggak lo?”
“Iya! Gue tau, Den. Kenapa sih kalian tuh? Takut bunuh diri? Hahahah nggak lah, hidup gue lebih berharga daripada apapun itu,”
Satria, Denis, dan Ardan kompak memuji Argantara dengan ibu jari mereka. Iatulah yang ingin mereka dengar dari mulut Argantara.
“Gitu dong! Keren temen gue. Ya udah, balik deh lo. Tenangin diri lo, lupain semuanya, dan bangkit lagi pakai semangat! Okay?”
Bahu Argantara ditepuk-tepuk oleh Ardan. Argantara langsung menganggukkan kepalanya. Setelah itu tiga sahabatnya itu ke mobil masing-masing meninggalkan Ia sendirian di dalam mobilnya. Setelah Ia benar-benar sendiri di dalam mobil, Ia memukul stir dengan kuat sambil berteriak.
“Sialan! Brengsek!” Makinya dengan tatapan wajah yang merah dan rahang mengeras.
.