NovelToon NovelToon
Hilal Untuk Halal

Hilal Untuk Halal

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: emha albana

Kisah cinta Halalillah dan Hilal dimulai dari sebuah rumah tahfidz, mereka memilih menjadi Volunteer, dan itu bukanlah keputusan yang mudah, berani menggadaikan masa muda dan mimpinya pilihan yang amat berat.

Menjaga dan mendidik para penghafal qur'an menjadi sebuah amanah yang berat, begitu juga ujian cinta yang dialami Halal dan Hilal, bukan sampai disitu, kehadiran Mahab dan Isfanah menjadi sebuah pilihan yang berat bagi Hilal dan Halal, siapa yang akhirnya saling memiliki, dan bagaimana perjuangan mereka mempertahankan cinta dan persahabatan serta ujian dan cobaan mengabdikan diri di sebuah rumah tahfidz?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emha albana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serupa Tapi Tak Sama

Rizka sahabat Halal sedari mereka duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, mereka sama-sama dilahirkan dari keluarga yang ekonomi nya, yaah, terbilang low tetapi persahabatan mereka begitu kuat, sudah seperti saudara sendiri.

Keduanya saling menguatkan satu sama lain, saling mengisi dan saling berbagi, jika terjadi perselisihan tidaklah lama, mereka dengan mudahnya saling memaafkan.

Rizka amat dekat dengan keluarga Halaliyah, begitu juga sebaliknya. Sayangnya, Rizka terlebih dahulu menjadi Yatim. Sang Ibu hanya bekerja sebagai Buruh Cuci harian di sebuah laundry, kini Ibu sering sakit-sakitan.

Usianya pun menginjak senja, sama dengan Hilal, Rizka juga anak semata wayang, tidak memiliki saudara, itu yang menjadi alasan mereka bisa saling mengisi satu sama lain, wajahnya pun hampir sama, banyak yang menganggap mereka kembar. Apa lagi, mereka selalu memakai pakaian yang seragam, apa pun selalu diduakan.

Kepulangan sang Ayah, ia rasakan sejak di usia dua tahun, Halimah sang ibu seorang diri membesarkan buah hatinya, meraka pun selalu bersama, dan berusaha saling meluangkan waktu untuk sekedar ada.

"Segalanya akan kembali ke Allah Lal, cepat atau lambat pasti kita akan menyusul orang tua kita. Yaaah, kita cuma hanya serangkaian waktu yang menunggu untuk kembali pulang." Ucap Rizka menghibur kesedihan sahabatnya.

"Ya Riz, kamu juga hebat, disaat butuh kasih sayang ayah, justru kamu sudah kehilangan Ayah sejak masih balita, belum cukup pelukan hangat dan perhatian ayah kamu rasakan."

Senja di pelataran rumah menjadi saksi dua sahabat ini saling mengisi satu sama lain, sanjungan bersautan, mewarnai setiap percakapan.

"Menurut mu, apakah Allah adil, mengapa kita yang rasanya belum cukup matang sudah menerima ujian hidup sebegini hebatnya, kadang sebagai manusia aku ngerasain, Allah, kapan sih aku bisa merasakan bahagia?! Allah, kok aku liat temen-temen seumuran begitu indah mewarnai masa muda-nya, sedangkan aku harus berjuang hanya untuk bertahan hidup."

"Hahaha,... " Rizka memulai jawaban dengan tawanya.

"Kata siapa mereka bahagia Lal?! Yang kamu lihat cuma dengan mata zohir, selama kita nafas dan tinggal di bumi Allah, jangan harap ada manusia yang bahagia, kecuali mereka yang paham apa itu Taqwa. Tidak ada manusia yang baik-baik aja, semua memiliki masalah hidup yang berbeda. Yang ngebedainnya cuma, kita teriak mereka diem aja, hidup ini sawang sinawang. "

"Maksud nya? "

"Yah, menurut orang kita enak, dan menurut kita mereka enak, dan satu hal yang kamu harus tau, bahwa setiap manusia punya masalah hidup, sudah berapa banyak kita hadapi masalah, bukti nya bisa selasai, cepat atau lambat dan entah seperti apa kita dapat menyelesaikannya, semua kita kembalikan ke Allah, karena Allah lah yang mendatangkan masalah dan Allah juga yang menyelesaikannya, yaaah itu sih menurut aku aja."

"Astaghfirullah, bener juga riz, kok kamu sampe jauh banget pikirannya."

"Umur kita sama, hanya masalah hidup kita yang berbeda dan bagaimana kita memandangnya, beruntung Allah kasih kita masalah di usia kita yang masih muda, jadi kita masih bisa berpikir waras, Allah masih menguatkan hati kita. Jangan memandang kesulitan hidup itu adalah beban, kalo kita memandangnya dari sudut lain, insyallah semua akan indah." Jelas Rizka

"Maksudnya?"

"Misal, kita nggak pernah tahu kedepannya Allah takdirkan kita seperti apa, siapa tahu kita besok jadi orang kaya, Allah penuhi semua fasilitas dunia kita. Dan kesulitan hidup di masa lalu yang akhirnya membuat kita lebih bersyukur bukan?!"

"Bener juga kamu Riz." Senyum Halal kembali merekah.

Ucapan dan Nasihat Rizka membuat sejuk hati Halal, suara adzan yang memisahkan pembicaraan mereka.

__________________oOo________________

Suara kembali sunyi, rumah tua itu kini hilang sebagian cahayanya, hanya suara sholawat Nariyah sayup terdengar, berangsur hilang terhalang suara ranting yang beradu, angin malam itu menusuk kulit.

Ayah duduk termenung sambil memandang foto istrinya tercinta, almarhumah yang selama hidupnya, bukan sebatas seorang istri, tetapi sahabat terbaik dalam hidupnya.

"Sudah yah, Ibu sudah tenang di sana, sekarang Ayah harus jaga kesehatan dan cepat sembuh, jangan terus larut dalam kesedihan, nanti Ayah tambah sakit." Halal menuntun Ayah dari kursi menujuh kamar mandi.

Dengan sabar Halal menggantikan pakaian dan memakaikan wangi-wangian, setelah itu ia menyiapkan makanan untuk Ayah.

"Hoo... oh... aaaah... gaak." Ayah sudah tidak bisa langi sempurna bicaranya, karena sakit sudah menyerang syaraf otaknya, seperti ada yang ia ingin sampaikan tetapi tidak dapat Halal pahami.

Dengan ucapan yang sama dan mengulang-ulang terus sambil menunjuk ke arah tertentu, tetapi Halal lagi-lagi tidak dapat memahaminya, sejak Ayah terserang stroke nyaris tidak dapat komunikasi dengan baik, terkadang setiap kali Ayah menunjuk sebuah tempat Halal berusaha keras memahaminya, tetapi salah terusterus, halal abaikan itu, ia hanya menganggap efek dari syaraf otaknya saja.

Begitu dan begitu, terus dan terus Ayah mengulangi, teriak, bicara dengan keluh, mulutnya terbata, lidah seperti kaku, disaat itu ia ulangi, Halal mengalihkan apa yang Ayah inginkan dan ia tidak tahu maksudnya.

Sampai akhirnya terkadang Ayah tertidur saking harus berpikir keras untuk menyampaikan apa yang ingin sampaikan. Selepas memberi makan, Ayah lantas pulas tertidur.

Halal melanjutkan pekerjaannya, merapihkan barang-barang bekas, melepaskan lebel pada botol kemasan atau minuman kemasan, memilah jenis plastik satu dengan yang lainnya.

Setelah rampung, ia mengambil air wudhu dan membuka kembali lembaran mushaf Al Qur'an, begitu hati-hati Halal membaca lengkap dengan makhrojul huruf dan tajwidnya, ia perhatikan juga tanda baca, satu, dua ayat ia baca berulang-ulang, lalu ia hafalkan kembali dan dilanjutkan dengan ayat berikutnya, hingga ia mampu menghafal 10 ayat setiap waktunya.

Jika ada kesempatan dan waktu luang, ia mengulang kembali setiap surah-nya, terus dan terus hingga akhirnya melekat di kepala. Lalu dilanjutkan kembali membuka mata pelajaran, mengingat Halal sudah diujung akhir sekolah, dan sebentar lagi ujian akhir, targetnya adalah perguruan Islam tinggi, kalau ditanya jurusan apa yang ia mau ambil, disaat murid-murid menjawab fakultas pendidikanlah, kedokteran, hukum, sinologi, bahasa, disiplin ilmu lain pada umumnya, Halal dan Rizka memilih fakultas dan jurusan lain, yakni Filsafat Alquran.

"Yakin elo mah ambil jurusan itu?!" Tanya Syifa, teman sekelasnya.

"Yah, yakin." Jawab Halal

"Terus nanti kerjanya apa? Kalo ambil jurusan itu?! Agak aneh aja gw dengernya."

"Urusan besok kerja apa setelah lulus, biar Allah aja yang tentuin, toh, pada akhirnya setiap fakultas atau jurusan yang kita pilih, selepas kuliah malah kerja di tempat yang nggak sesuai, ada yang kuliah jurusan Administrasi negara, malah jadi honoror di Kantor Kecamatan, ada yang ngambil jurusan teknik, malah jadi kepala toko." Bela Rizka menjawab pertanyaan Syifa.

"Iya juga sih, tapi aneh aja gw dengernya kalo elo berdua mau ambil jurusan filsafat Alquran, bagus sih. Gw curiga loh lulus kuliah jadi juru konci Syurga... hahaha.. " Tawa Syifa ngeledek.

Halal dan Rizka tidak menanggapi serius candaan Syifa, mereka pun larut dalam canda.

1
larasatiayu
mampir dong pls ke sholeh tanpa jilbab
Kim
iyalah,,,,karena Madrasah pertama seorang anak adalah Ibu,,,,jadi kita wajib menuntut ilmu
Kim
karena kesehatan adalah nikmat yg tiada tara
Kim
semakin banyak saingan pak Hilal
Kim
ayo ak Hilal,jangan sampai kalah start,,,keburu Halal di halalin orang nih🤭🤭🤭
Kim
jangan memaksakan kehendak bu,mungkin anda yg melahirkan,tapi Hilal juga punya pilihan sendiri,selama itu baik anda jadi orang tua wajib mendukung dan mendo'akan
Kim
bagus,,,,,jangan hiraukan ortu nya pak Hilal,,,,
Kim
gagal ungkapin perasaan deh,,,sabar dulu pak Hilal
Kim
nggk gitu juga bu konsep nya jadi orang tua
Kim
punya hak apa anda menghina mereka,,,,
Kim
apkah cerita ini terinspirasi dari kisah nyata kaka Author?🤔🤔🤔
Kim: wowwww,,,,salut buat adik kaka
i.g : emhaalbana: Kisah adik saya bernama Azizahtudzahra
total 2 replies
Supatmiah Winda
usaha travel umroh tapi ko kejar" cowok y
i.g : emhaalbana: Abinya kak, kalo Vika Butik
total 1 replies
Kim
ada yg lagi misi cari jodoh🤭🤭🤭
Kim
semoga saja bertemu,,,,

kalo kita pandai bersyukur,apapun yg Alloh kasih,akan terasa nikmat
Kim
kalian benar" 👍👍👍👍
kefakiran tidak menjadikan kalian kufur nikmat
Kim
bakalan ada kisah cinta yg rumit & menguras air mata
Kim
semoga Halal & Hilal
Rizk & iskandar🥰🥰
Kim
gerutuan papa Amrul mewakili suami" yg ada di dunia nyata
Kim
setuju sama Papah
Kim
pal Hilal gercep amat,semoga berjodoh sama Halal y pak🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!