Dear My Ex Husband..
Terimakasih untuk cinta dan luka yang kau beri..
Mario menemukan sepucuk surat dari mantan istrinya sebelum pergi, dua baris kata yang entah mengapa seperti mengandung misteri untuknya..
Mereka berpisah baik- baik bahkan sampai mantan istrinya akan pergi mantan istrinya masih mengungkapkan bahwa dia mencintai Mario..
...
Kebodohan yang Namira lakukan adalah menikmati malam bersama mantan suaminya, hingga Namira menyadari apa yang dia lakukan menyakiti dirinya sendiri.
Apalagi saat mendengar kata- kata dari mantan suaminya..
"Aku harap dia tumbuh, untuk menjadi bukti cinta.." katanya sambil mengelus perut Namira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesakitan Mario
"Aku tidak tahu, rasanya sesakit ini.. melihat wanita yang aku cintai berada di pelukan pria lain.."
Namira tertegun dan menoleh melihat Mario berada di depannya dengan raut sendunya menatap Namira.
"Apa aku benar- benar tidak punya kesempatan lagi Nami..?"
Namira menghela nafasnya lelah "Mau apa lagi anda kesini?"
Mario terkekeh "Aku juga tidak tahu, aku hanya ingin datang dan setidaknya aku bisa melihat kamu, ternyata aku memang melihat kamu, tapi di pelukan pria lain.."
Namira memalingkan wajahnya, saat melihat wajah Mario penuh luka Namira takut merasa kasihan lalu goyah.
"Aku di pelukan pria lain tidak ada hubungannya dengan anda.. ah, dan dia bukan pria lain, dia calon suamiku.." Namira harap setelah ini Mario berhenti mengganggunya, dan mereka menjalani hidup masing- masing dengan tenang Mario dengan anak istrinya, dan dirinya dengan Juni dan Andre.
Mario tertegun "Jadi aku benar- benar tidak punya kesempatan lagi.." katanya disertai kekehan pilu dari mulutnya.
"Sejak kemarin aku ingin menjelaskan jika aku sudah bercerai.." Mario mendesah lega akhirnya Mario mengatakannya, sedangkan Namira tertegun.
"Dari awal aku tidak mencintai Erina, dan aku juga tidak menginginkan pernikahan dengan wanita lain, aku tidak menginginkannya, berbeda dengan kamu yang menikah lalu memiliki anak.."
Namira mengeryit.. "Jadi kamu ingin mengatakan bahwa akulah yang berkhianat, begitu? kamu tidak berkaca pada diri kamu Mario, kamu bahkan menikah lebih awal dan juga memiliki anak.."
Mario menunduk "Rivano bukan anakku.." Mario berkata lirih, nyaris tak terdengar jika saja jarak Namira dan Mario tidak terlalu dekat, Namira pasti tak bisa mendengarnya.
"Aku tak pernah menyentuh Erina, selama pernikahan kami.." Namira masih mematung, tiba- tiba sendi- sendinya terasa kaku dan tak bisa bergerak "Aku tak pernah mengkhianati cintaku Nami.."
"Aku hanya hilang kendali saat bersama kamu, aku bahkan tak ingin bersentuhan dengan wanita lain selain kamu"
Namira meneteskan air matanya "Selama empat tahun ini, aku berfikir telah berkhianat, maka aku menghukum diriku dengan tidak mencari kamu, tapi saat aku tahu aku tak pernah melakukan itu, aku pikir aku berhak berjuang untuk kembali.. Saat aku melihat kamu kembali keyakinanku semakin bertambah, jika kita akan kembali bersama, meski aku tahu akan sulit, karena luka yang ku beri terlalu dalam.." Mario mengusap wajahnya kasar "Maafkan aku Nami.. maaf, untuk semua yang telah aku lakukan.. aku yang tak bisa mempertahankan kamu, karena ketidak berdayaanku.." Namira mengigit bibir bawahnya menahan tangisnya saat Mario berbalik pergi dengan cepat.
Namira akan terjatuh jika saja dia tak menahan tubuhnya dan berpegangan pada dinding rumah. Astaga, apa yang baru saja terjadi padanya, kenapa dadanya terasa sesak dan sakit.
Namira mengusap pipinya yang terus meneteskan air mata.
.
.
Mario menggenggam erat bundaran setir seraya menahan amarahnya, apa tadi kata Namira, calon suami?.
Apa Mario sudah benar- benar tidak ada di hati Namira, dia tahu dirinya yang bersalah, tapi kenapa ini terasa tidak adil untuknya "Sial, sial, sial!!!" Mario berteriak frustasi, Mario menoleh saat ponselnya di atas dashboard bergetar.. "Aku mohon jangan sekarang.." Mario mengabaikan panggilan tersebut dan menginjak pedal gas, bahkan hingga melebihi batas kecepatan seharusnya, jika bisa dia ingin lari jauh, Mario merasa udara di sekitarnya begitu sesak dan mencekik.
Dia ingin Namira, dia ingin Namira bersamanya..
Flashback on..
"Mas, apa yang akan kamu lakukan jika keluarga kamu tidak menyukaiku?" Namira bertanya dengan gugup, pasalnya Mario membawanya untuk di perkenalkan ke keluarga Mario.
"Aku akan tetap memilih kamu, dan aku akan berjuang meluluhkan mereka.." Dengan yakin Mario berkata genggaman tangannya mengerat.
"Sungguh?" Mario mengangguk. "Jika begitu aku tidak akan takut.." Namira tersenyum "Aku juga akan berjuang agar keluarga kamu menyukaiku.."
Flashback off..
"Akhh..." Mario kembali berteriak meluapkan rasa sakitnya, mengingat janjinya yang tak bisa dia tepati pada Namira, ya.. ini salahnya. Salahnya membiarkan Namira pergi begitu saja.
Mario terus melaju dengan kencang menyalip dan menerobos lampu jalanan seolah tak peduli dengan klakson yang terus berbunyi di iringi umpatan pengguna jalan lain.. hingga di persimpangan jalan Mario membanting setir ke samping saat melihat sebuah truk melaju ke arahnya tak kalah cepat dan...
Brak..
Like..
Komen..
Vote..
sungguh km mmbagongkn...
g masuk akal bgt km mario....
bakal nyesel km mario... klo tau setelah namira km ceraikan.... trnyata dia mngandung ankmu....