NovelToon NovelToon
My Cinderella

My Cinderella

Status: sedang berlangsung
Genre:Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Slyterin

Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?

Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏

Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16.

"Ya, dia cukup keras kepala ketika aku mencoba tuk membandingkan hotelnya dengan hotel Dubai dan Turki yang menempati urutan pertama dan kedua beberapa waktu lalu. "

Zoya tiba-tiba meniup rambut poninya dan berkata." Rasanya seperti mimpi bersahabat dengan pewaris tunggal Hotel Wijaya. " Tanpa menunggu sahutan Jelly, ia melanjutkan sambil menunjuk wajah teman baiknya. "Aku akan melangsungkan pernikahan di hotelmu. Di cabang Maladewa."

Jelly tertawa. "Memangnya kapan kau akan menikah? "

"Awal tahun depan."

"Apa? " Tawa Jelly langsung menguap. Mustahil.

"Tapi aku masih mencari calonnya, " sahut Zoya yang membuat Jelly kembali tertawa.

"Kau menyedihkan. "

"Omong- omong tentang calon, kau belum cerita detail hubunganmu dan Ben. Kenapa kau ingin membatalkan pernikahan?"tanya Zoya tiba-tiba.

Tawa Jelly kembali menyurut. Pertanyaan Zoya langsung membuat Jelly gemetar. " Aku... " Sesaat ia ragu, tetapi kemudian menggeleng pasrah." Aku tidak bisa melakukannya."

"Ku pikir waktu lima tahun...? "

"Aku tahu, aku tahu, " susul Jelly menyela, tidak ingin langsung dihakimi. "Dalam hal ini aku salah. Karena seharusnya aku menolaknya sejak awal. Tapi kau tahu sendiri Ibuku.. " Ringisan putus asa membingkai Jelly.

"Apa dia benar-benar semenakutkan itu? Kevin adikku pernah bercerita Ben agak temperamen. Apa itu benar?"

Lagi-lagi rasa penasaran Zoya berhasil membuat Jelly bergeming. Jelly enggan menjawab, apalagi menceritakan bagaimana perlakuan Ben kepadanya selama lima tahun ini. Memar di pipi, lebam di kulit punggung, mengenakan kacamata saat menghadapi pengunjung Museum telah membuatnya berusaha untuk menutupi luka di sudut mata bekas hantaman. Tidak. Ada neraka untuk mengungkit hal itu di depan siapa pun.

"Jelly? " panggil Zoya curiga. "Apa dia menyakitimu? "

Jelly mengangkat wajah dan menggeleng. " Tidak, tenang saja. Aku ingin berpisah karena.... "Bibirnya mencoba menampilkan senyum, sayang hanya keresahan yang bisa ditunjukkannya saat ini. " Karena aku ingin berpisah. Itu saja. "

"Ben menghubungiku barusan, " lanjut Zoya tiba-tiba memberitahu.

Kilas kaget segera tampak di mata Jelly.Sekujur tubuhnya kembali tegang. " Kau.. kau tidak akan memberitahu Ben aku disini, kan? "

Zoya menggeleng. "Aku tidak sempat menjawab teleponnya karena sedang mandi. "

"Jangan sampai dia tahu aku disini. " Jelly mendesah lega.

"Dia pasti marah sekali kau mematikan ponsel, Jelly. "

Jangankan mematikan ponsel, Jelly ingat bagaimana Ben mendorong tubuhnya ke dinding ketika gadis itu terlambat menjawab teleponnya. Meski sudah menjelaskan dirinya ketiduran, Ben masih berteriak protes.

"Aku memang sengaja mematikan ponsel beberapa jam yang lalu. Sebelum Ben mengetahui rencana pembatalan ini, setidaknya aku harus menghadapi ibuku dulu baru laki-laki itu."

"Lalu? "

"Lalu apa? " Pandangan mata Jelly berubah penuh tanya.

"Ke mana saja kau dari tadi? Kupikir kau akan tiba di Hongkong saat siang? "

Mata Jelly melebar. Pertanyaan Zoya membuatnya langsung teringat Oscar Liu yang tadi ditinggalkan olehnya sendirian di pinggir jalan....

"Aku.. " Jelly mengintip Zoya sekilas, tiba-tiba dirinya merasa dungu. "Aku bertemu... aku mengantar orang tersesat ke.. ke hotel yang di tujunya. "

"Di mana? " Zoya menyipit, mencium ada sesuatu yang ganjil. "Sejak siang tadi? Selama kurang lebih delapan jam? "

Bahu Jelly merosot. Lidahnya gatal mencari- cari alasan. Sejenak, ia merasa takut bila Zoya yang pintar mengetahui momen setengah hari dihabiskan olehnya bersama siapa. Tapi begitulah Jelly, terlalu bodoh jika ia berpikir bisa berkelit di depan Zoya Amanda.

Zoya memajukan tubuh cepat- cepat. "Kau bertemu seorang laki-laki? " Nada suara gadis itu terdengar meletup- letup. Reaksinya bahkan seperti sudah siap menyerang Jelly dengan pertanyaan.

"Tidak.Bukan begitu ceritanya. " Rasa dingin pada telapak tangannya membuat Jelly meremas- remas jemarinya. "Hanya orang asing. "

Zoya mengangkat sebelah tangan langsung saja mendekap bibir. "Ya ampun. Sudah lama aku tidak melihatmu gugup seperti itu. Siapa laki-laki itu? " Mata Zoya berkilat- kilat penasaran. "Ceritakan pada ku . Sekarang. "

****

"Ha! Akhirnya kau menelepon. Kemana saja kau dari tadi? "

Sudut bibir Oscar terangkat mendengar suara Robin. Ia mengepit ponsel menggunakan bahunya sambil menaruh tas gitar dan violin di sofa begitu tiba di kamar hotel. "Mengunjungi museum, makan malam.. apa lagi yang perlu kau ketahui?"

"Well, sepertinya aku akan menyusulmu ke Hongkong besok. Ada perubahan rencana, " kata Robin. " Ini terkait pesta pertunangan sepupumu Vicky Liu. Dia meminta kita menghadirinya besok lusa."

Apa tunggu. Oscar lekas- lekas membetulkan letak ponselnya. "Rob, kau tahu aku sedang liburan,kan? "

"Aku tahu, tapi dimana salahnya? Anggap saja kau ini membantu sepupumu sendiri yang dulunya mantan produsermu, " sahut Robin di ujung sana.

Oscar menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengurangi rasa jengkel yang bergelayut di dalam benaknya." Kau hadir saja sendiri kalau begitu."

"Ayolah, sobat. Jangan kejam begitu, " tukas Robin pura-pura gemetar." Vicky tadi menelepon dan juga menanyakan undangan pertunangannya yang telah dikirimnya dua hari lalu. Kubilang padanya aku baru tiba di Shenzhen dan belum tahu- menahu tentang masalah undangan itu. Jadi... yah, setelah ku beritahu kau baru saja berangkat ke Hongkong, jadi kebetulan sekali katanya. "

Oscar memejam dan memaki Robin Zhang di dalam hati.

"Omong - omong, apa kau sudah bertemu Selina Tan? "

"Belum, " sahut Oscar dingin. Ia bisa merasakan urat syaraf di pelipisnya berdenyut. Bukannya berkurang, rasa dongkolnya semakin bertambah. Sudah benar- benar membuatkan jadwal tanpa menunggu semua persetujuannya lebih dulu, kini Robin Zhang kembali mengungkit- ungkit Selina Tan di depannya.

" Belum? Apakah itu berarti kau akan menemuinya? "

" Omong kosong. "

" Kenapa? Takut berubah pikiran setelah kau pernah menciumnya? "

"Tutup mulutmu, " balas Oscar kesal.

"Lalu kenapa? "

"Apa kau merasa perlu bertanya? Tujuanku ke sini untuk bersenang-senang, bukan untuk mengasihani masa laluku. " Oscar akhirnya duduk di sisi sofa yang berada di depan kasur sambil membungkuk melepas sepatu kanvasnya. "Dan hari pertamaku disini cukup menyenangkan sebetulnya."

Sejenak Oscar teringat Jelly. Terutama tamparan dari gadis itu di distrik Tsim Sha Tsui tadi.Entah kenapa Oscar jadi memegang pipinya sendiri. Ia bahkan tidak sadar kalau seulas senyum kecil sudah muncul di bibirnya saat ini.

"Cukup menyenangkan. Hm, apa maksudmu itu? "

Oscar tertawa sambil rebah di sofa. "Kenapa kau ini selalu ingin tahu? "

"Ha, kau ini juga terdengar riang sekali. " Robin Zhang mendengus. "Gosip itu mustahil benar, kan? "

Sedetik kemudian mata Oscar terbuka." Gosip yang mana? " Ia kembali duduk di sofa, seakan-akan ia mendengar kalimat Robin Zhang barusan sungguh mengandung sesuatu yang mengancam hidupnya.

"Gadis yang bersamamu di kafe. Aku telah melihat foto- fotonya, meski yah, agak kabur. "

Alis Oscar terangkat. "Jadi kau sudah melihatnya. Bagaimana menurutmu? "

"Liu, kau serius? Siapa gadis itu sebenarnya? "

Bersambung!!

1
Gabriel Higang
Lumayan
Gabriel Higang
Luar biasa
Bryan Kennedy
semangat thor cerita novel mu bagus😎
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku VR: Gamers Handal
Bryan Kennedy
Un'opera fenomenale che vale la pena leggere
anggita
☝+👍 dukungan utk novel baru. moga lancar.
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻: terimakasih untuk dukungannya 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!