Di pertengahan tahun 2010, kerasnya kehidupan wanita bernama Sekar Nabila Putri dimulai. Tak ada dalam benak Sekar jika hidupnya setelah selesai kuliah berubah menjadi generasi Sandwich.
Setiap anak tentu tak bisa memilih di keluarga mana mereka dilahirkan. Ibunya lebih menyayangi sang kakak daripada Sekar. Alasannya sepele, hanya karena kakaknya adalah laki-laki dan menjadi anak pertama. Sedangkan Sekar adalah anak perempuan, si bungsu dari dua bersaudara.
Impiannya menjadi seorang akuntan yang sukses. Untuk menggapai sebuah impian, tak semudah membalikkan telapak tangan. Sekar harus terseok-seok menjalani kehidupannya.
Aku butuh rumah yang sebenarnya. Tapi, saat ini rumahku cuma antidepressant ~ Sekar Nabila Putri.
Akan tetapi sederet cobaan yang mendera hidupnya itu, Sekar akhirnya menemukan jalan masa depannya.
Apakah Sekar mampu meraih impiannya atau justru takdir memberikan mimpi lain yang jauh berbeda dari ekspektasinya?
Simak kisahnya.
Mohon dukungannya.💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 - Sebuah Kehangatan di Pagi Hari
"Apaan ini!" seru Sekar setelah membaca pesan singkat dari Angga. "Gak ada basa-basinya atau minta maaf kek, gara-gara telat hubungi. Eh, langsung main kasih jadwal bertemu!"
Entah mengapa Sekar mendadak kesal dengan Angga. Tapi laki-laki yang membuatnya kesal itu di tempat lain justru sedang tersenyum tidak jelas di kamarnya.
"Dia pasti lagi kesel banget baca pesanku. Biarin!" seru Angga seraya memandangi ponselnya sendiri yang sedang menunggu balasan dari Sekar. Ia tersenyum tipis membayangkan kekesalan Sekar padanya.
"Habisnya kamu bilang gak mau dekat-dekat sama cowok berseragam. Eh, malah dekat sama anak angkatan laut. Bicara sama Eko juga akrab banget. Kalau sama aku, ketus banget!"
Tak lama terdengar suara ponsel Angga berbunyi. Menandakan ada pesan yang masuk.
Tring...
Dengan cepat Angga segera membuka dan membaca pesan tersebut yang berasal dari nomor pribadi Sekar.
Calon Istri
📩 ["Oke, Bapak AKP. Angga Yudho P."]
Ya, nomor pribadi Sekar di kontak ponsel Angga diberi nama oleh lelaki itu yakni calon istri. Mungkin ini yang sering dibilang love at the sight alias cinta pada pandangan pertama.
Angga menyukai Sekar. Namun tentunya suatu hubungan yang sehat tidak terjadi pada satu pihak saja. Dua-duanya harus merasakan hal yang sama.
Untuk memulai itu dengan Sekar Nabila Putri pastinya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Wanita yang sudah jelas-jelas punya rasa antipati dengan pria berbau militer seperti dirinya.
Namun Angga tak menyerah begitu saja. Ia tetap punya cara tersendiri untuk mendekati dan menaklukkan wanita yang namanya telah membuat hatinya tak karuan itu sejak pertama kali bertemu.
☘️☘️
Keesokan paginya sekitar pukul lima pagi, Sekar sudah bersiap untuk berangkat kerja. Ibunya yang sedang berada di dapur, terkejut melihat putri bungsunya itu sudah berpakaian rapi sepagi ini.
"Kamu mau berangkat kerja, Kar?" tanya Bu Nanik.
"Iya, Bu."
"Kok pagi banget? Ini kan masih jam lima pagi,"
"Sekar masuk jam enam pagi, Bu. Jadi ini sudah siap-siap mau berangkat. Kan jarak dari rumah ke kantor juga lumayan,"
"Kerjamu kok aneh begini, Kar? Masuk jam enam pagi. Kok kayak gak normal begitu jam kerjanya,"
"Kan sekarang Sekar kerjanya model shift, Bu. Shift paling pagi justru ada yang jam lima,"
"Apa? Jam lima pagi sudah masuk kerja? Berangkatnya dari rumah jam berapa?" cecar Bu Nanik dengan nada terkejut.
"Ya, berangkatnya habis Subuhan. Walaupun nanti pasti datangnya di kantor agak mepet," jawab Sekar. "Malah denger-denger ada teman Resti itu hobinya masuk jam lima pagi. Jam empat pagi dia sudah berangkat dari rumahnya, terus Salat Subuh di mushola kantor sebelum masuk kerja. Kalau salat di rumah pasti masuk kerjanya telat. Soalnya jarak rumahnya cukup jauh dengan kantor," sambungnya.
"Oh, begitu. Ya sudah kamu berangkat kerja sana. Takutnya terlambat," ucap Bu Nanik yang akhirnya mulai mengerti jam kerja Sekar.
Sebuah senyuman seketika terbit di wajah Sekar. Dikarenakan tumben sekali hari ini sang ibu memberikan sedikit perhatian untuknya. Dominan seringnya sang kakak yang sering diperhatikan sehari-hari.
"Iya, Bu. Ini Sekar juga sudah mau berangkat kok," ucap Sekar seraya menyeruput sisa teh hangat di cangkir miliknya.
"Sudah. Biar ibu yang cuci cangkirnya nanti," tawar Bu Nanik.
"Makasih, Bu."
"Oh ya, kok tumben kamu kerja gak buat bekal?" tanya Bu Nanik yang didera rasa heran.
"Alhamdulillah sekarang Sekar sudah dapat makan gratis dari kantor waktu jam istirahat, Bu. Jadi Sekar gak perlu bawa bekal lagi dari rumah," jawab Sekar apa adanya.
"Wah, keren Kar kantormu. Ya sudah hati-hati di jalan. Kerja yang bener," ucap Bu Nanik seraya menepuk pundak Sekar penuh kelembutan dan tersirat sebuah rasa bangga serta memberi semangat dari seorang ibu pada anaknya.
"Iya, Bu. Doain Sekar ya biar kerjanya lancar di kantor yang baru,"
"Iya, tak doain lancar."
Pak Tresno yang melihat interaksi sang istri dengan Sekar pagi ini yang terasa berbeda dari biasanya, sungguh merasa lega. Sebenarnya kehangatan seperti ini yang Pak Tresno inginkan di rumahnya.
Usai mencium telapak tangan kedua orang tuanya penuh takzim, Sekar pun berangkat kerja.
☘️☘️
Pukul sebelas siang, Sekar masuk waktunya istirahat. Ia memutuskan duduk di kantin setelah mengambil jatah makan siangnya dari kantor.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang yang memanggil namanya.
"Kar,"
Sekar yang awalnya menundukkan kepalanya karena sedang menyantap makan siang, seketika mengangkat pandangannya. Ia melihat Resti dari kejauhan. Sekar pun melambaikan tangan ke arah sahabatnya itu.
Resti bergegas melanjutkan langkahnya, lalu mendaratkan b0kongnya di salah satu kursi yang tepat berada di depan Sekar saat ini.
"Selamat ya, Kar. Akhirnya berhasil juga PKWT," sapa Resti seraya memberikan ucapan selamat pada Sekar dengan tulus.
"Makasih banyak, Res. Semua juga berkat dukungan dan doamu," balas Sekar.
"Apaan sih! Kan aku cuma sekedar kasih info lowongan kerja doang ke kamu. Sisanya tentu dari usahamu sendiri yang gigih dan kuasa Tuhan untukmu," ucap Resti.
Sekar memberikan senyum hangatnya pada sahabatnya itu.
"Oh ya, gimana kabar Si Dhani itu? Apa kalian berdua masih sering kontak?" cecar Resti. Sekar pun langsung menggelengkan kepalanya di depan Resti guna menjawab pertanyaan sahabatnya tersebut.
"Loh, kok bisa? Apa kamu gak suka sama dia?" cecar Resti dengan mimik wajah terkejut.
"Cukup sekali saja deh Res, kamu comblangin aku sama cowok berseragam. Sudah dibilangin kalau aku gak suka sama cowok seperti mereka. Aku merasa gak cocok dengan gaya mereka. Aku mau cari calon suami dari kalangan biasa saja, Res."
"Memangnya Si Dhani itu kenapa?"
Sekar pun bercerita apa adanya pada Resti perihal sikap Dhani yang tidak disukainya ketika bertandang pertama kali ke rumahnya yakni perihal sepatu yang tak dilepas saat masuk ke ruang tamu.
"Setelah hari itu, Dhani juga gak ada kontak ke aku. Padahal kita berdua sudah tukar nomor hp. Masa aku sebagai cewek harus duluan telepon dia sih! Malas banget, Res!" seru Sekar dengan nada tak suka.
"Ya sudah lah, kalau memang sikapnya Dhani begitu. Untung Imran gak gitu orangnya. Kalau Imran begitu, pasti sama Papaku sudah diomelin!" seru Resti di ujung kalimatnya.
"Kamu kan sudah pacaran cukup lama sama Imran sejak awal kuliah bahkan sudah lamaran juga. Rencananya kalian berdua kapan nikahnya?"
Bersambung...
🍁🍁🍁
cintanya emang pollllllllllllllll
Sekar pelan² sajaaaaaaa
dihhh si yuni ga di beliin oleh" ko sewot, dasar ipar ga da ahlak