Warnin!!!
Akan jadi baper bacanya ya..😊😊
Ethan Albert Wijaya adalah laki-laki berwajah tampan dan dingin. Riana Dwi Puspita seorang sekretaris yang di pekerjakan jadi asisten pribadi Ehtan, anak bosnya Wijaya Kusuma.
Di samping untuk meneruskan perusahaannya, pak Wijaya juga menyelidiki pacar Ethan dan sahabatnya yang di duga punya hubungan khusus di belakang Ethan.
Mampukah Riana menaklukkan bosnya itu? Bagaimana bisa Riana menyebut Ethan adalah dispenser berjalan? Apakah mereka akan saling jatuh cinta?
Cuuus, kepoin ceritanya ya ....😉😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Meminta Cuti
"Halo?"
"Riana! Kenapa kamu tidak menjawab pesan ibu?!"
Ethan menjauhkan ponselnya dari telinganya. Dia melihat layar ponsel Riana, ternyata nama ibunya dia tulis nyonya galak. Ethan tertawa kecil dengan nama yang di berikan ibunya di ponselnya.
Sambungan telepon masih tersambung, Ethan hanya mendengarkan ocehan ibunya Riana. Dan tak lama sambungan telepon putus. Dia ingin tahu nama apa yang di berikan Riana pada nomor ponselnya.
BOSS GALAK
"Apa?! Dia menamai kontakku dengan nama itu? kurang ajar sejali dia." ucap Ethan.
Dia lalu meletakkan ponselnya di dasbor mobil. Rasa kesal pada Riana karena menamai nomor kontaknya dengan nama bos galak. Dia lalu mengambil ponselnya lagi dan mengganti nama kontaknya dengan sebutan BOS TAMPAN.
Setelah selesai mengganti nama kontaknya, Ethan menghentikan mobilnya. Masuk ke dalam garasi mobil di rumah kedua orang tuanya. Dengan langkah santai dia menuju tangga dan segera mengistirahatkan tubuhnya.
Sementara itu di rumah Riana, dia benar-benar kesal sekali pada bosnya. Sampai dia lupa pulang tidak membawa ponsel yang masih di sita oleh Ethan.
"Dia kenapa sih, kenapa juga ponselku di bawa sama dia. Apa pentingnya coba? Ibu pasti marah-marah sama aku di rumah." kata Riana mengoceh sendiri.
Melepas bajunya dan segera berganti baju, dia tidak mandi lebih dulu karena sudah malam. Jadi hanya mencuci muka saja, kemudian mencuci kaki. Pikirannya benar-benar kesal karena Ethan.
Tapi beruntungnya dia tidak melanjutkan membalas pesan ibunya. Kalau tidak, dia bingung sendiri apa yang harus di lakukannya. Karena ibunya memaksa untuk segera menikah, kalau tidak dia akan di jodohkan dengan pilihan ibunya di kampung.
Tentu saja Riana tidak mau, dia mengancam ibunya jika memaksan menjodohkannya dengan laki-laki pilihan ibunya. Maka, dia mengancam tidak akan mengiriminya uang lagi.
Dengan membalas ancaman itu malah justru Ethan mengambil ponselnya, dia tidak tahu kalau ibunya menelepon.
_
Pagi ini, Riana berangkat lebih cepat. Menunggu bosnya dan meminta ponselnya di kembalikan. Hingga pukul delapan Ethan belum juga datang ke kantor, mau menghubungi susah karena ponselnya saja tidak ada.
Akhirnya dia mau menghubungi rumah pak wijaya dengan telepon kantor. Menunggu Riana telepon di angkat.
"Halo?"
Suara perempuan yang menjawab, kalau bukan pembantu pak wijaya berarti nyonya Hana. Tapi Riana hafal suara nyonya Hana, istri pak Wijaya itu.
"Halo bu, apa pak Ethan sudah berangkat kerja?" tanya Riana.
"Oh, ini dari kantor ya?"
"Iya bu, saya Riana."
"Emm, Riana. Ethan sudah berangkat ke kantor sejak pagi tuh, memang ada apa? Apa dia belum sampai di kantor?" tanya nyonya Hana.
"Belum bu."
"Telepon saja ke ponselnya." usul nyonya Hana.
"Oh, iya bu. Kalau begitu, saya tutup dulu teleponnya. Selamat pagi."
"Ya, Riana."
Klik!
Riana meletakkan gagang telepon, duduk lagi. Tak lama Ethan pun datang dengan menatap Riana yang sedang duduk kebingungan karena ponselnya masih ada padanya.
"Pak Ethan, ponselku mana?" tanya Riana.
Ethan meletakkan ponsel Riana di mejanya, kemudian dia langsung masuk tanpa melirik lagi pada gadis itu. Riana tersenyum senang, dia mengambil ponselnya tanpa melihat pada Ethan yang masuk ke dalam kantor dengan kesal.
Riana memeriksa semua pesan dan panggilan telepon. Terlihat banyak sekali panggilan dari ibunya, salah satunya panggilan itu di jawab oleh Ethan. Dan pesannua ada puluhan dari ibunya. Dia membaca satu persatu pesan itu.
'*Kamu tidak jawab pesan ibu!
'Cepat kamu menikah, cari laki-laki kaya dan bawa kemari!'
'Atau ibu akan jodohkan kamu dengan laki-laki pilihan ibu'
'Cepat pulang Riana!'
Bla bla bla*
Begitu rentetan pesan dari ibunya, untungnya tidak di buka oleh Ethan, hanya sekali menjawab telepon dari ibunya. Riana meletakkan lagi ponselnya, menghela nafas panjang.
Dia bingung harus bagaimana, memang sudah hampir enam bulan tidak pulang. Biasanya di hari libur tanggal merah yang dekat dengan hari Minggu itu dia pulang. Tapi dia tidak pulang-pulang karena malas saja harus di ceramahi masalah pacar atau cepat menikah.
"Huh! Ibu selalu saja begitu. Memang kenapa sih anaknya melajang? Lagi pula kan uang terus aku kirim kesana. Demi ibu diam tidak ribut masalah jodoh, aku rela tidak beli motor atau mobil untuk kendaraanku pergi bekerja." ucap Riana.
Tapi dia berpikir lagi, apa sebaiknya mengambil cuti selama tiga hari saja untuk pulang. Lagi pula memang sudah lama tidak mengambil cuti. Riana pun melihat jadwal untuk satu minggu ke depan dan minggu depannya lagi.
Dia memikirkan kapan meminta cuti, dan ada tanggal merah dekat dengan hari Minggu. Jadi dia pun akan meminta cuti untuk pulang ke kampungnya.
"Riana masuk!"
Panggilan Ethan dari mirkofon yang tersambung di meja Riana. Riana menjawabnya dan dia bersiap untuk menghadap bosnya, lalu akan meminta cuti empat hari untuk pulang kampung.
Dia masuk ke dalam ruangan Ethan, membawa berkas dan tab berisi jadwal harian Ethan. Riana melangkah menuju meja kerja Ethan, dia melihat bosnya sedang duduk menatapnya dingin. Dia heran kenapa bosnya menatap seperti itu padanya.
"Ini pak berkasnya yang harus di tanda tangani." kata Riana meletakkan berkas di meja Ethan.
"Apa jadwalku hari ini?" tanya Ethan.
Riana membuka tabnya, dia melihat dan membacakan jadwal Ethan selama tiga hari ke depan.
"Jadi hari ini bapak akan makan siang dengan ibu Natasya, pemilik hotel di Bali yang akan kerja sama membicarakan tentang pembangunan hotel di pulau pak. Anda juga akan datang ke tempat lokasi pembangunan hotel setelah makan siang itu." kata Riana menjelaskan jadwal Ethan hari ini.
"Oke. Siapkan semua berkas kerja samanya. Dan apa saja aturan dalam kesepakatan." kata Ethan.
"Baik pak, dan nanti jadwal selanjutnya sudah aku buat pak untuk dua minggu ke depan." kata Riana.
"Kenapa cepat sekali membuat jadwal untukku?" tanya Ethan.
"Karena saya mau izin minta cuti pak." kata Riana.
"Cuti? Ada apa? Kamu mau pulang kampung dan di jodohkan dengan pilihan ibumu?" tanya Ethan menyindir Riana.
"Ck, memang kenapa kalau pulang kampung lalu di jodohkan sama ibuku?" tanya Riana ketus.
"Hahah! Tidak mau pacaran karena ribet, tapi mau saja di jodohkan dengan orang yang tidak di kenal. Apa jadinya nanti jika menikah, akan banyak sekali kejutan dari sifat burul calon suamimu. Aku saja yang sudah kenal, tapi tetap saja dia busuk dan berhianat." kata Ethan.
"Kalau mau curhat, jangan di tempat kerja. Mencampur adukkan masalah pekerjaan dengan pribadi itu bisa kacau." kata Riana balik menyindir bosnya.
"Ck, jangan menyindirku. Kapan kamu akan cuti?" tanyq Ethan.
"Minggu depan, hari Jum'at saya cuti dua hari. Karena hari Senin depannya libur tanggal merah. Selasa saya kembali kerja lagi." jawab Riana.
Ethan tampak diam, dia menatap Riana dan beralih ke laptonya.
"Kirim jadwal hari di mana kamu cuti. Aku ingin memeriksanya apakah jadwal itu banyak sekali pertemuan penting atau tidak." kata Ethan.
Riana pun membuka tab dan mengirim jadwal melalui email. Dia mengirim jadwal dalam satu minggu itu.
"Sudah saya kirim pak."
"Baik, selesaikan pekerjaanmu. Jam sebelas kita harus berangkat menekui Natasya di restoran."
"Baik pak."
Riana pun pamit keluar untuk mengejrakan seduai perintah Ethan. Menyiapkan berkas untuk pertemuan dengan Natasya, pemilik hotel di Bali yang akan bekerja sama dengan perusahaan Ethan.
_
_
***********************
makasih Thor 🙏
terus berkarya 👌
semangat 👌