Apa jadinya jika seorang gadis kabur dari perjodohan orang tuanya dan berencana terlibat dalam permainan pernikahan gila dengan sahabatnya, tapi malah salah sasaran dan berakhir menikahi Paman dari sahabatnya.
"Kau sudah sah menjadi istriku, mulai sekarang bagaimanapun aku memperlakukanmu itu adalah hak-ku!" ujar Max Xavier, lalu memaksakan miliknya masuk ke dalam milik istrinya.
Lyra mulai menyesali ide gila dari sahabatnya, tapi sudah terlambat. Kini dirinya harus melayani nafsu gila dari suami salah sasarannya.
Akankah pernikahan itu bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Mike dan Lyra.
Esoknya Lyra berkeliling mencari sekolah yang bagus untuk kedua anaknya, sekolah yang nyaman untuk mereka. Setelah 2 jam berkeliling dan melihat - lihat keadaan beberapa sekolah akhirnya ia menemukan 1 sekolah yang sangat asri juga banyak pepohonan membuat suasana sekolah terlihat segar. Ketika kedua anaknya juga menyukai sekolah itu, Lyra segera mendaftar.
Setelah pulang dan menitipkan kedua anaknya pada Ibunya, ia segera pergi lagi karena ada pertemuan antara para kru dan para pemain beserta produser tentu ia juga harus hadir sebagai Sutradara.
Lyra berjalan masuk diikuti asistennya Shella ke dalam sebuah bangunan besar, seorang kru menjemputnya di depan pintu ballroom. Ia mengikuti sang kru berjalan menuju suatu tempat, saat sampai disana ternyata itu adalah sebuah ruangan dengan meja besar dan kursi yang sangat banyak. Saat ia masuk ke dalam sudah banyak orang - orang duduk di ruangan itu, ia mengenali beberapa pemain dan beberapa kru. Mereka menyapanya, ia balas menyapa mereka.
"Tuan, Mike. Silahkan masuk, aku mendengar dari para kru sepertinya Sutradara Jade juga sudah datang." Ucap asisten Produser.
"Hm." Jawab Mike.
Lyra yang mendengar nama Mike, seketika tertegun. Kenapa ada Mike disini? Bukankah dalam daftar nama para pemain tidak ada Mike di dalamnya?
"Ah, itu Sutradara Jade." Ucap asisten Produser seraya mendekati Lyra. " Halo, Sutradara. Saya adalah asisten Produser, dan ini adalah pemeran utama Pria menggantikan Tuan Rocky yang mendadak mengalami kecelakaan dan patah tulang. Kami berhasil meminta Tuan Mike menggantikan peran utama pria, meskipun Tuan Mike tengah disibukkan karena banyak proyek film dan iklan tapi Tuan Mike bersedia berperan dalam film kita." Sang asisten Produser terus saja bicara.
"Halo, aku Mike."
Lyra menarik nafas pelan, ia berbalik badan seketika menatap wajah Mike yang ternyata sudah berubah tambah dewasa. "Halo, saya adalah Sutradara Jade Moira. Senang bekerja sama denganmu."
Mulut Mike menganga lebar, ponsel terjatuh dari genggaman tangannya membuat suara gaduh saat terbentur lantai. Semua mata memandang ke arahnya, "Ly-Lyra!"
Tanpa sadar Mike menarik tubuh Lyra ke dalan pelukannya, ia mengelus - ngelus lembut rambut Lyra. Ia semakin mengeratkan pelukannya, membuat semua mata yang tertuju padanya menarik nafas terkejut.
Lyra mengerti Mike pasti terkejut, tapi ia juga masih mempunyai rasa malu jika ditatap oleh puluhan pasang mata di ruangan itu. "Mike! Lepasin! Ayo kita bicara sebentar, sebelum memulai meeting."
Mike seketika tersadar, ia segera melepaskan pelukannya dari tubuh Lyra. Ia memandang ke sekeliling merasa canggung akan perilakunya sendri. "Maaf, silahkan lanjutkan."
Lyra menarik tangan Mike keluar ruangan, ia mencari ruangan kosong untuk bicara.
"Ayo masuk ke ruangan itu," tunjuk Lyra ke suatu ruangan kosong.
Mike masih menatap Lyra tak percaya, ada air mata disudut matanya. Ia setia mengikuti langkah Lyra masuk ke dalam ruangan.
Setelah mereka di dalam ruangan berdua saja, Mike memeluk Lyra kembali. " Lyra, aku merindukanmu."
Lyra menepuk - nepuk punggung lebar Mike, seperti dulu saat mereka berteman. Ia mendorong pelan Mike, lalu duduk di sebuah kursi.
"Duduklah, sepertinya banyak pertanyaan yang ingin kau tanyakan padaku." Ucap Lyra.
Mike langsung duduk, memang benar banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan pada wanita yang menghilang darinya selama 8 tahun itu, tapi saat kini ia sudah duduk berhadapan dengan Lyra lidahnya terasa kelu, ia tak bisa membuka mulutnya.
"Mike?"
"Aku tak ingin bertanya apapun padamu, aku tau kau mempunyai alasan saat pergi tanpa berpamitan padaku 8 tahun lalu. Aku hanya merasa bahagia kau sudah kembali, Lyra." Jawab Mike seraya tersenyum.
Lyra ikut tersenyum, ia mengenggam tangan sahabatnya itu erat. " Aku juga merindukanmu, sahabatku."
Kata sahabat yang terucap dari bibir wanita yang dicintainya, membuat bibir tersenyum Mike membeku. Ia lupa jika Lyra akan selalu menganggap dirinya seorang sahabat jika ia tidak pernah berterus terang pada Lyra tentang hatinya, apakah dirinya harus mengatakan perasaannya pada Lyra?