Malam itu, suasana rumah Kinan begitu mencekam. Ayah tirinya, Dody, menariknya keluar dari kamar. Kinan meronta memanggil ibunya, berharap wanita itu mau membelanya.
Namun, sang ibu hanya berdiri di sudut ruangan, menatap tanpa ekspresi, seolah tidak ada yang bisa ia lakukan.
"Ibu... tolong, Bu!" Suara Kinan serak memohon, air matanya berderai tanpa henti.
la menatap ibunya dengan tatapan penuh harap, namun ibunya tetap diam, memalingkan wajah.
"Berhenti meronta, Kinan!" bentak ayah tirinya sambil mencengkeram tangan nya lebih keras, menyeretnya keluar menuju mobil tua yang menunggu di halaman...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Dalam kemarahannya, Aryo meraih benda-benda di meja Kinan, menghancurkan segala sesuatu yang bisa di jangkau. Buku-buku berserakan di lantai, vas bunga pecah semua. Ia tidak peduli. Semua rasa marah dan kekecewaannya tercurah dalam tindakan merusak itu.
"Dia pikir bisa melarikan diri dariku? Tidak! Jangan mimpi kinan." serunya, suara membara dengan amarah yang meluap.
Dia merasa tertipu, di khianati oleh seseorang yang seharusnya menurut dan menghargai kesempatan yang telah di berikan kepadanya. Dengan setiap barang yang di hancurkannya, Aryo semakin merasa kehilangan kendali.
Dia menyadari betapa dia berinvestasi dalam Kinan, berharap bahwa gadis itu bisa mengubah hidupnya dengan kehadirannya. Namun, semua harapan itu sekarang terasa sia-sia, dan itu membuatnya semakin marah.
...➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖...
Flashback
Beberapa hari yang lalu, di kamar sempit dan dingin yang penuh pernak-pernik riasan, Kinan terduduk sambil menangis terisak. Wajah nya yang baru saja di dandani tampak berantakan oleh air mata yang tak bisa ia tahan.
"Tolong, Mbak Susi... Aku nggak mau di jual ke laki-laki hidung belang," ucap Kinan sambil memohon.
"Bantu aku kabur dari sini..."
Susi, anak buah Madam Sonia yang terkenal seorang waria yang bertugas make over semua wanita yang akan bekerja dan di jual sebagai wanita bayaran. Meskipun bekerja yang di pandang tidak baik oleh orang luar, tapi hatinya bak malaikat.
Dia sering merasa iba melihat wanita-wanita muda yang polos, di jual oleh Madam Sonia, termasuk Kinan. Rasa kasihan terlihat di wajahnya yang tebal dengan make-up, dan ia pun menarik napas panjang, lalu membelai lembut pundak Kinan.
"Kinan, dengarkan Mbak Susi, ya. Mbak Susi juga pengen nolong kamu, tapi keadaan kita nggak gampang. Anak buah Madam Sonia itu banyak, dan mereka nggak main-main. Kalau kamu tertangkap lagi, hukuman nya bakal lebih parah. Kita bisa sama-sama celaka."
Kinan menunduk, air matanya semakin deras. Susi melanjutkan dengan nada yang
lebih serius.
"Dengerin Mbak, ya. Kamu harus pura-pura patuh dulu. Ikuti kemauan Madam Sonia dan tunjukkan kalau kamu menurut. Begitu kamu di jual ke pembeli nanti, cari kesempatan buat kabur. Di rumah orang itu mungkin kamu bisa menemukan celah buat lari, jauh dari orang-orang Madam Sonia."
Meski merasa takut, Kinan mengangguk pelan. Dalam hati ia tahu rencana ini berisiko, tapi ini mungkin satu-satunya harapan yang di milikinya. Susi menggenggam tangan Kinan erat, menatapnya dengan penuh harapan dan keberanian.
"Jangan putus asa, ya. Kamu masih punya kesempatan. Ingat, cari momen yang pas. Mbak Susi bakal doain kamu supaya bisa lepas dari semua ini.".
Dengan air mata yang belum berhenti mengalir, Kinan mencoba menguatkan dirinya, berjanji dalam hati bahwa ia akan melakukan apa pun yang di perlukan untuk bisa bebas dari cengkeraman Madam Sonia.
Selama ini, Kinan memang sengaja berpura-pura patuh pada Madam Sonia dan Aryo, menunjukkan sikap penurut demi mengelabui mereka. Ia menahan setiap perasaan takut dan benci dalam dirinya, menyembunyikannya di balik senyum tipis dan kepatuhan yang hanya akting belaka.
Dalam hatinya, Kinan tahu bahwa bersikap patuh adalah satu-satunya cara agar tidak di curigai dan bisa menyusun rencana untuk kabur.
Kemarin, ketika Aryo mengizinkannya jalan-jalan ke mall, Kinan memanfaatkan momen itu untuk memikirkan cara keluar dari apartemen yang terasa seperti penjara baginya.
Tak di sangka, saat itulah ia bertemu dengan dua teman nya dari kampung, Fuji dan Sally. Pertemuan tersebut seakan memberi harapan baru bagi Kinan, dan ia segera tahu bahwa ini adalah kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali.
Siang ini, setelah Aryo pergi, Kinan langsung menghubungi Sally dengan penuh harap. Dengan suara yang bergetar dan hati-hati, ia berkata,
"Sally, tolong jemput aku di alamat yang aku kirim tadi. Majikan tempat aku kerja ini jahat sekali, sering marah-marah tanpa alasan. Aku nggak betah, Sal. Aku cuma pengen pergi dari sini"
Sally yang mendengar permintaan Kinan tidak merasa curiga sedikit pun. Dia tidak tahu situasi sebenarnya, namun merasakan ketulusan di balik suara Kinan yang memohon bantuan.
"Iya, Kin. Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu, ya, "jawab Sally dengan cepat, memastikan bahwa Kinan tahu ia akan datang secepat mungkin.
Begitu panggilan berakhir, Kinan merasakan secercah kebebasan sudah berada dalam jangkauan. Ia menunggu dengan hati berdebar, berharap rencananya untuk kabur kali ini benar-benar bisa berhasil.
Setelah sampai di kosan tempat Sally tinggal, Kinan memasuki ruangan dengan perasaan campur aduk. Dia berdiri di sana sejenak, merasakan ketegangan dan ketakutan, sebelum akhirnya mengumpulkan keberanian untuk menceritakan segalanya kepada Sally dan Fuji.
"Sally, Fuji... aku harus memberitahu kalian tentang yang sebenarnya terjadi padaku" ujar Kinan, suaranya bergetar.
"Sebenarnya, aku di jual oleh ayah tiriku kepada seorang mucikari. Aku di lelang dan akhirnya di jual kepada seorang om-om yang sudah berumur 35 tahun lebih. Dia punya istri, dan aku di jadikan istri mudanya. Dia berharap aku bisa hamil karena istri pertamanya tidak mau hamil."
Sally dan Fuji tertegun mendengar pengakuan Kinan. Raut wajah mereka berubah menjadi serius, dan mereka mendekat, memberi support pada Kinan.
"Aku berpura-pura baik pada dia," lanjut Kinan, menahan air mata.
"Semua ini hanya agar aku bisa mendapatkan kesempatan untuk melarikan diri. Aku takut, Sall. Ketika aku bertemu dengan kalian kemarin, itu seperti menemukan harapan untuk kabur dari sana."
Kinan menunduk, merasa bersalah.
"Aku minta maaf, Sally. Aku tidak jujur padamu karena aku takut kalau kamu tidak akan mau membantuku. Tapi sekarang aku sangat membutuhkan bantuan kalian."
Sally mendekati Kinan dan memeluknya erat.
"Jangan minta maaf, Kinan. Kita adalah teman. Kami akan membantu kamu keluar dari situasi ini. Kami tidak akan membiarkanmu menghadapi semua ini sendirian," ujarnya dengan tegas.
Fuji juga ikut bergabung dalam pelukan itu,
"Kita akan mencari cara untuk membantumu kabur. Kita tidak bisa membiarkan orang itu menemukan dan menangkap mu. Kamu berhak untuk bebas dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik."
Kinan merasa lega saat mendengar kata-kata mereka. Dalam pelukan itu, dia merasakan dukungan dan cinta yang tulus, sesuatu yang sangat ia butuhkan di tengah kekacauan yang sedang di hadapinya. Kini, dia tahu bahwa dia tidak sendirian dan memiliki teman yang siap berjuang bersamanya untuk meraih kebebasan.
Sally dan Fuji saling bertukar pandang, lalu Sally bertanya,
"Jadi, Kinan, apa rencana mu setelah ini? Kemana kamu akan pergi?"
tunggu klnjutannya,klw bisa up bnyak ya thor
lanjutkan kk..bgus crtanya ini