Disclaimer : Novel ini hanya pure karangan dari imajinasi author saja, tak ada kaitannya dengan sejarah manapun. Nama- nama dan tempat ini juga hanya fiktif belaka, tak berniat menyinggung sejarah aslinya, semoga kalian suka🙏
****
Jihan Athala adalah seorang aktris muda yang terkenal, kepiawaiannya dalam berakting sudah tak perlu di ragukan lagi, tapi satu hal yang tidak di ketahui semua orang, dia merasa terkekang, hatinya kosong. Jihan merasa bosan dengan kehidupan glamor yang monoton. Hingga suatu hari sebuah kecelakaan merenggut nyawanya tapi bukannya pergi ke alam baka, jiwanya malah ber transmigrasi melintasi ruang dan waktu, saat membuka matanya Jihan menyadari dirinya bukan lagi seorang aktris yang hidup dalam dunia glamor yang membosankan namun terbangun sebagai Sekar wulan, seorang istri dari adipati kerajaan lampu yang terkenal bengis dan selalu berwajah angker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jeju Oranye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian : 14
Sementara di kediaman Adipati, pagi hari yang terasa sejuk, suasana sedikit lembab dan dingin semenjak bumi di timpa hujan semalam, menimbulkan bercak- bercak air di atas dedaunan pohon yang rimbun.
Sekar wulan masih betah bergelung selimut di dalam kelambu atas kasurnya. Ia sedikit menggeliat lalu membuka mata setelah terbangun dan menyadari jika hari ini masih ada rutinitas ritualnya di kuil untuk berpuasa. Lantas, gadis berambut panjang sepinggul yang berwarna legam itu bangkit dari ranjangnya, Sekar wulan sedikit mengucek- ngucek matanya, entah bagaimana tapi sekarang dia sudah mulai nyaman dengan kehidupan di zaman yang jauh dari teknologi ini. Dia sudah benar-benar menyukai perannya sebagai seorang istri adipati di zaman sejarah kuno ini.
Gadis itu kemudian keluar dari kelambu dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. "Muti, Tyra! "Ia memanggil dua emban yang selalu di andalkan nya untuk membantu nya bersiap- siap setiap pagi. Namun kali ini, baik Muti maupun Tyra tak menunjukkan batang hidungnya meskipun sudah ia panggil.
" Kemana mereka? " Pikir Sekar wulan, bingung. Tak ada waktu untuk menunggu keduanya, Sekar wulan memutuskan untuk bersiap sendiri. Ia lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang. Seketika lantai berukiran kayu jati yang dingin langsung menyergap telapak kakinya, namun ia menyukai pagi ini. Sejak dulu, dia memang selalu menyukai hujan. Karena baginya hujan membawa kenangan yang tak akan pernah ia lupakan karena hujan akan selalu datang tak peduli apakah ia menunggunya atau tidak.
Sekar wulan lalu menggelung rambut panjang nya yang kemudian di ikat dengan tusuk konde. Ia memakai kemben biasa dan bersiap untuk mandi. Sebenarnya kaki sebelah kanannya yang kemarin terluka masih terasa sakit untuk di ajak melangkah namun pelan- pelan ia tetap memaksakan diri. Tiba-tiba ia teringat kembali akan perhatian raden Erlangga yang merawat luka nya kemarin membuat rasa yang membuncah itu kembali hadir, hingga wajahnya memanas dan kedua bilah pipinya memerah sebab tersipu. Dalam hati ia bertekad untuk semakin mempererat hubungan di antara mereka, ia ingin menebus sikapnya yang dulu dan mencoba menjadi istri yang baik.
Namun, baru beberapa langkah ia ambil, dalam keheningan tiba-tiba terdengar langkah kaki dari luar kamar. Sekar wulan segera menyembunyikan perasaan dan tersenyum kecil saat pintu di buka perlahan. Lalu muncul lah Muti yang tersenyum ramah, diikuti Tyra yang membawa baki berisi air hangat dan kain bersih.
"Selamat pagi ndoro putri. " sapa keduanya dengan hangat, "Maafkan kami yang telat ini ndoro putri, tadi kami harus mengurus sesuatu di dapur. "
Sekar wulan mengangguk, selama tinggal di sini, ia memang paling dekat dengan kedua emban itu dan menganggap mereka seperti sahabatnya sendiri. "Tak apa, aku juga baru bangun. "
"Kalau begitu saya akan mengisi bak mandi anda dengan air hangat, " kata Tyra dengan semangat.
Sekar wulan mengangguk lagi, senyumnya lantas terkembang sempurna. "Baiklah, terimakasih ya. "
Lalu istri sang adipati itu pun memulai ritual paginya. Khusus hari ini, Sekar wulan meminta rambut nya di kepang satu dan di biarkan menjuntai ke samping. Membuat parasnya semakin elok saja terlihat, ia memakai pewarna merah alami di bibir dan kedua pipinya, tak lupa di poleskan juga ke kedua kelopak matanya tipis-tipis.
"Ndoro putri, setiap hari memang selalu cantik tapi entah kenapa hari ini aura ndoro putri semakin terpancar, " seru Muti lalu di angguki oleh Tyra.
"Benar. Biasanya wanita akan semakin terlihat cantik saat dia sedang jatuh cinta. Apakah ndoro putri sedang jatuh cinta? " Goda Tyra dengan tersenyum lebar lantas Muti menyenggol lengannya.
"Kau ini bagaimana sih? tentu saja ndoro putri kita sedang jatuh cinta dengan raden kanjeng adipati kita sekarang, apalagi setelah adegan romantis di pendopo kemarin. Benarkan ndoro putri? " Muti yang memang emban pribadi sekar wulan, tak sungkan lagi mengatakan itu, sehingga membuat sekar wulan tertawa dan menunduk sambil tersenyum malu- malu.
"Kalian ini! " tegur nya tapi sambil tersenyum malu- malu membuat Muti dan Tyra kemudian tergelak. Yang membuat seisi kamar menjadi hangat dan penuh kecerian karena tingkah mereka.
Setelah selesai berdandan, Sekar wulan pun bersiap pergi ke kuil dengan membawa piring persembahan. Namun baru saja ia melangkah keluar dari kamar nya, tiba-tiba saja ia melihat Raden erlangga sudah berada di depan kamarnya yang sontak membuat nya terhenyak kaget saat laki-laki yang awalnya memunggunginya itu kini berbalik menghadap nya.
"Raden.... " panggil nya dengan suara pelan. Lalu ia buru- buru menguasai diri dan menarik sudut bibir. "Ada keperluan apa Raden kesini? "
Raden Erlangga tak langsung menjawab, namun dari gelagatnya entah kenapa Sekar wulan merasa pria itu sedang salah tingkah. "Ekhem, tidak apa- apa, hanya kebetulan lewat saja. "
Sekar wulan kontan mengangguk, percaya saja namun seperkian detik kemudian tatapan pria berbadan kekar itu jatuh ke bawah, lebih tepat nya mengarah ke kedua kakinya yang bertelanjang tanpa alas, sontak membuat Sekar wulan merasa bingung sementara yang di tatap bingung sangat fokus menatap kakinya.
"Ada apa Raden? "
"Kaki mu... apakah sudah tidak apa- apa? "
Sekar wulan lantas akhirnya mengerti apa yang sedang pria itu coba periksa, menjawab pertanyaan pria itu, ia sontak mengangguk. "Sudah tidak apa- apa Raden. Berkat obat yang kau berikan kemarin, sekarang sudah membaik. "
"Syukur lah, " kata Raden Erlangga, menanggapi singkat. Lalu keheningan mulai menyapa mereka. Kedua nya hanya saling menatap lalu membuang muka dan terlihat salah tingkah, begitu saja terus sampai akhir nya Sekar wulan memutuskan untuk pergi.
"Raden, aku masih harus ke kuil untuk pemujaan, jika tidak ada lagi yang perlu di bicarakan, aku pergi dulu. "
Tapi belum sempat Sekar wulan melangkah, tangan besar Raden Erlangga segera menahan lengannya. "Tunggu! "
Sekar wulan sontak melirik ke arah pria itu. "Ada apa Raden? "
Lalu tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Raden Erlangga mengeluarkan sesuatu yang ia bawa dari balik punggung nya. Sepasang alas kaki yang begitu menawan dengan hiasan di sekitar talinya.
"Pakailah, " kata Raden Erlangga, lalu sedikit membuang muka sambil mengusap lehernya.
Dari pengalaman di kehidupan sebelum nya sebagai aktris terkenal, ia sudah peka jika pria di hadapannya ini sejak tadi menyembunyikan sikap salah tingkah nya tapi tak menduga jika di balik sikap itu ternyata dia ingin memberikannya hadiah.
"Lucu sekali dia salting. " batin Sekar wulan yang merasa gemas dengan tingkah pria itu yang terlihat gengsi.
"Cantik sekali adipati. Tapi kan aku sedang di hukum untuk tidak memakai alas kaki selama sebulan? "
"Dengan kaki mu yang luka seperti itu? ck, sudahlah aku sudah mencabut hukuman yang satu itu. "
"Benarkah? " wajah Sekar wulan berseri- seri.
Raden Erlangga mengangguk. "Ya, jadi pakailah. "
Sekar wulan merasa sangat senang lalu dia memakai alas kaki itu yang ternyata sangat pas di kakinya. "Terimakasih raden, ini cantik sekali, " katanya memuji sekali lagi sepasang sendal berhiaskan kembang melati itu.
Raden Erlangga hanya mengangguk samar, meski sekuat tenaga tak ingin menunjukkan ekspresi apapun untuk saat ini, tapi dari dalam hati nya ia merasa sangat senang karena Sekar wulan menyukai hadiah nya.
Benar-benar tsundere adipati satu ini :v
Keduanya masih terhanyut dengan momen hangat itu sampai tiba-tiba salah seorang prajurit menghadap kepada mereka.
"Lapor Kanjeng. "
"Ada apa? " tanya Raden Erlangga pada prajurit penjaga itu.
"Kanjeng, di ruang aula Raden Ayu Agni rara sedang menunggu anda, beliau bilang ingin bertemu dengan anda. "
Dahi Raden Erlangga lantas mengkerut. "Nyimas Agni rara datang sepagi ini? ada apa?"
*****
lanjut Thor semangat 💪👍 trimakasih 🙏
ayo Thor lanjut up semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjutkan Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
ayo lanjut Thor semangat 💪👍❤️🙂🙏
lanjut Thor semangat 💪 salam sehat selalu 🤲🙂❤️🙏
maturnuwun Thor lanjut critanya ...
ibu suka crita transmigrasi semoga sukses, salam sehat selalu ya Thor 💪👍❤️ lanjut 🙏