NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: tamat
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Kirana terbangun.

Napasnya memburu. Ruangan gelap, dan suara detik jam terasa sangat pelan.

Cermin kecilnya kini retak lebih parah.

Dan di permukaannya, bukan pantulan dirinya. Tapi gadis itu. Masih Kirana, tapi... bukan Kirana.

---

Hari berikutnya, Kirana menyusun semua petunjuk. Ia mendatangi sahabat-sahabatnya. Kali ini bukan untuk mencari arwah luar—tapi untuk menceritakan rahasia terdalamnya.

“Aku selama ini... selalu ingin terlihat kuat di depan kalian,” ujarnya dengan mata basah. “Padahal aku sering takut. Takut kehilangan. Takut sendirian. Takut... gak dianggap.”

Kezia menatapnya. “Kir, kita semua punya rasa takut. Tapi kamu gak perlu hadapi semua itu sendirian.”

“Bener,” sambung Diriya. “Bahkan yang kamu sebut bayangan... bisa hilang kalau kita terangin bareng-bareng.”

Kirana mengangguk. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa tidak perlu menyembunyikan sisi rapuhnya.

---

Malam terakhir.

Di kamar, Kirana duduk di depan cermin. Kali ini ia tidak takut. Ia menyalakan lilin, dan bicara langsung pada bayangan yang muncul di sana.

“Kalau kamu memang bagian dari aku... maka kamu juga bisa sembuh bersamaku.”

Bayangan itu diam. Mata hitamnya berkedip.

“Kita tidak perlu saling menggantikan. Kita bisa menyatu. Tapi dengan kebaikan, bukan ketakutan.”

Dan perlahan… bayangan itu tersenyum.

Tidak mengerikan. Tapi tenang.

Ia melangkah ke depan cermin… dan menghilang.

Retakan cermin lenyap.

Dan malam terasa seperti malam biasa.

Sudah seminggu sejak malam Kirana menghadapi cerminnya sendiri.

Sejak saat itu, semuanya terasa berbeda.

Ia bisa tidur lebih tenang. Tidak lagi diganggu bisikan, bayangan, atau mimpi aneh.

Tapi di balik ketenangan itu, Kirana tahu:

Semua ini bukan berakhir, hanya diam sementara.

Dan ia perlu tahu—kenapa semua ini terjadi pada dirinya.

---

Suatu siang, Kirana kembali ke toko antik.

Pak Wiryo menyambut dengan tatapan yang tidak seperti biasanya. Ada kegelisahan. Ada keraguan.

“Kirana... aku tahu kamu akan datang.”

“Aku ingin tahu, Pak. Semuanya. Kenapa aku bisa melihat arwah. Kenapa sejak kecil aku... selalu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang lain.”

Pak Wiryo tidak langsung menjawab. Ia mengambil sebuah kotak kayu kecil dari bawah meja.

Ia buka perlahan.

Di dalamnya ada foto lama—hitam putih. Seorang perempuan muda berdiri di depan rumah joglo kuno. Ia mengenakan kebaya, rambut disanggul rapi. Di lengannya... ada bayi perempuan mungil.

“Siapa ini?” tanya Kirana sambil menatap bayi di foto.

Pak Wiryo menarik napas. “Itu ibumu... dan kamu.”

---

Kirana membeku.

“Tapi... kenapa foto ini seperti dari zaman dulu?”

Pak Wiryo duduk di bangku kayu tua.

“Ibumu, Sari, bukan perempuan biasa. Ia cucu dari penjaga gerbang spiritual di wilayah Gunung Surohaji. Ia mewarisi kemampuan yang... tak semua orang sanggup menanggungnya. Dan saat ia melahirkanmu, kami tahu... kekuatan itu berpindah.”

Kirana menunduk. “Tapi kenapa aku tidak tahu? Kenapa Mama tidak pernah bilang?”

“Ibumu melarikanmu dari lingkungan itu karena ingin kamu tumbuh normal. Ia tahu dunia ini takkan memahami anak kecil yang bisa melihat makhluk tak kasatmata. Tapi... kekuatan tidak bisa dibuang. Ia akan terus tumbuh... dan menarik roh-roh yang ‘mengenal’ darah itu.”

---

Kirana gemetar.

“Jadi... sejak awal, semua ini karena aku memang... berbeda?”

Pak Wiryo mengangguk.

“Kau adalah perantara. Bukan hanya bisa melihat, tapi bisa membuka... dan menutup jalan antara dunia ini dan yang lain.”

“Tapi kenapa baru sekarang terasa kuat?”

“Karena kamu sudah melewati cukup rasa takut dan kehilangan. Rasa-rasa itu seperti pintu. Ketika terbuka... kekuatanmu juga ikut terbuka.”

---

Malam harinya, Kirana merenung di kamar.

Ia memegang foto lama itu. Sosok ibunya terlihat tenang dan kuat.

Tapi Kirana tahu... hidup ibunya pasti berat.

Dan kini, warisan itu ada di tangannya.

Di luar kamar, angin tiba-tiba bertiup kencang.

Jendela terbuka sendiri.

Kirana berdiri, menutupnya.

Tapi saat ia menoleh...

Ada seorang perempuan berdiri di dekat ranjang.

“Ma...ma?” bisik Kirana.

Sosok itu tidak menjawab. Tapi dari matanya yang berkaca, Kirana tahu...

Itu adalah arwah ibunya.

---

“Sudah waktunya kamu tahu semua, Kirana,” kata arwah itu dengan suara lembut.

“Aku hanya ingin kamu punya hidup normal. Tapi dunia sudah memilihmu.”

“Aku takut, Ma...” bisik Kirana, air matanya jatuh.

“Tak apa takut. Tapi jangan lari.”

Dan pelan-pelan... arwah itu menghilang dalam pelukan cahaya.

---

Esok harinya, Kirana memutuskan satu hal.

Ia akan melatih kemampuannya. Bukan hanya menunggu dan bertahan, tapi belajar memahami dunia roh.

Ia kembali ke toko antik, meminta Pak Wiryo menjadi pembimbing.

“Aku siap, Pak. Kalau ini memang jalanku, aku tidak mau lagi hanya jadi penonton ketakutan.”

Pak Wiryo tersenyum.

“Kalau begitu, kita mulai dari dasar. Tapi ingat... melihat bukan berarti harus selalu ikut campur. Tugasmu adalah menjaga keseimbangan.”

---

Dan sejak hari itu…

Kirana bukan hanya gadis yang melihat hantu.

Tapi seorang penjaga.

Penengah.

Perantara dua dunia.

Tapi ia belum tahu…

Ujian berikutnya akan datang lebih cepat dari yang ia kira.

bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 👍👍👍👏👏👏😍😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒌𝒂𝒏 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒈 𝒕𝒓𝒖𝒔😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒆𝒛𝒊𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒃𝒊𝒔𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒌𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒂𝒈𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒉 𝒈𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒂 🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒔𝒉 𝒅𝒊 𝒖𝒋𝒊
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓" 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒍𝒖𝒍𝒖𝒔 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒍𝒃𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒈 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂" 𝒚𝒈 𝒕𝒍𝒉 𝒕𝒊𝒂𝒅𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒍𝒎 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒈𝒊𝒕𝒖 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 👏👏👍👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂𝒎 𝒕𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒕𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒅𝒆𝒕𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒉𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒏𝒈𝒏 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂 🤔🤔🤦‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!