NovelToon NovelToon
Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Dijual Untuk Hamil Anak Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang
Popularitas:11k
Nilai: 5
Nama Author: Mira j

Liana Antika , seorang gadis biasa, yang di jual ibu tiri nya . Ia harus bisa hamil dalam waktu satu bulan. Ia akhirnya menikah secara rahasia dengan Kenzo Wiratama—pewaris keluarga konglomerat yang dingin dan ambisius. Tujuannya satu, melahirkan seorang anak yang akan menjadi pewaris kekayaan Wiratama. agar Kenzo bisa memenuhi syarat warisan dari sang kakek. Di balik pernikahan kontrak itu, tersembunyi tekanan dari ibu tiri Liana, intrik keluarga besar Wiratama, dan rahasia masa lalu yang mengguncang.

Saat hubungan Liana dan Kenzo mulai meluruhkan tembok di antara mereka, waktu terus berjalan... Akankah Liana berhasil hamil dalam 30 hari? Ataukah justru cinta yang tumbuh di antara mereka menjadi taruhan terbesar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mira j, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27

Di kediaman Rinto, malam itu terasa berbeda. Udara tenang namun penuh ketegangan terselubung. Di ruang kerjanya yang remang, Rinto duduk di kursi kulit sambil menyesap kopi hangat. Wajahnya memancarkan kepuasan.

Di hadapannya, map biru berisi salinan dokumen saham milik Nara terbuka lebar. Ia memandangi dokumen itu dengan sorot mata penuh kemenangan.

“Akhirnya… langkah pertama selesai,” gumamnya lirih namun penuh kebanggaan.

Ia menyandarkan tubuh ke kursi, lalu melirik foto keluarga Wiratama yang terpasang di dinding seberang.

“Kau lihat itu, Arman? Sekarang anak yang kau anggap anakmu … justru akan menghancurkanmu perlahan.”

Senyum dingin menghiasi wajahnya. Ia bangkit dari kursi dan berjalan ke arah jendela, menatap langit malam yang gelap.

“Nara sudah mendapatkan kepercayaan kakek tua itu. Sekarang ia sudah mendapatkan bagian saham sudah diberikan kakek tua itu, tinggal satu hal lagi, hancurkan kepercayaan kakek tua itu pada Arman .”

Ia menoleh ke arah pintu, memastikan tak ada yang menguping.

“Setelah Arman dianggap tidak layak lagi, Nara akan masuk dan mengatikan Arman. Dan aku… aku akan berdiri di belakangnya, mengendalikan segalanya.”

Ia menyesap kopi untuk terakhir kali, lalu meletakkannya pelan.

“Lalu… Kenzo.” katanya penuh penekanan.

“Anak itu masih jadi batu sandungan. Tapi semua orang pasti punya kelemahan. Aku hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk membongkarnya.”

Ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Halo. Lakukan seperti yang sudah kita bicarakan. Aku ingin semua informasi tentang Kenzo, keuangan, relasi, masa lalu, bahkan yang paling tersembunyi. Kita cari retaknya.”

Setelah menutup telepon, Rinto kembali duduk dengan wajah puas.

“Ini baru awal. Keluarga Wiratama… bersiaplah. Aku akan ambil semua yang pernah kalian banggakan.”

Pagi itu di perusahaan Wiratama Corp.

Cahaya matahari pagi menembus jendela ruang kerja Arman, memantulkan cahaya hangat ke lantai marmer putih. Di balik meja kerja, Arman duduk tenang, menatap seorang pemuda gagah di hadapannya—Nara, putranya, yang selama ini tumbuh tanpa kehadirannya.

“Terima kasih sudah datang ke sini, Nara…” ucap Arman membuka percakapan.

Suara itu terdengar dalam dan sedikit berat, seolah ada sesuatu yang telah lama tertahan.

Nara mengangguk, duduk tegak di kursinya.

“Tidak masalah. Aku pikir sudah saatnya kita bicara… sebagai ayah dan anak.”

Arman menarik napas panjang.

“Aku tahu… aku bukan ayah yang baik. Aku bahkan tak tahu kamu ada sampai semua ini terbongkar. Tapi aku ingin memperbaiki segalanya, walau terlambat.”

Nara menunduk sebentar sebelum menjawab, suaranya tenang tapi tegas.

“Aku besar tanpa tahu siapa ayahku. Dan saat tahu… rasanya aneh. Tapi… Kakek Wiryo sudah menganggapku keluarga sendiri. Itu cukup menguatkanku.”

Arman menatap pemuda itu penuh haru.

“Kau cerdas, tangguh… dan punya hati yang kuat. Aku bangga padamu, Nara. Bolehkah… aku juga jadi seseorang yang bisa kau andalkan? Bukan hanya Kakekmu.”

Nara sempat diam. Kemudian ia tersenyum kecil.

“Kita bisa mulai dari awal, Pa. Tapi bukan sebagai atasan dan bawahan… tapi sebagai ayah dan anak.”

Arman berdiri dan meraih bahu Nara, menepuknya perlahan.

“Aku ingin kamu duduk di ruang rapat nanti, lihat bagaimana perusahaan ini dijalankan. Kau pemilik nama besar Wiratama juga sekarang.”

Nara mengangguk mantap.

“Baik, Pa. Aku akan datang.”

Mereka saling pandang sejenak. Untuk pertama kalinya, mereka berdiri bukan di hadapan satu sama lain sebagai orang asing—tapi sebagai darah yang sama.

Langkah kaki Nara baru saja meninggalkan ruangan Arman saat suara berat yang sangat dikenalnya terdengar dari ujung lorong.

“Nara, ikut Paman sebentar, ya.”

Nara menoleh dan mendapati sosok Rinto berdiri dengan senyum hangat yang selama ini selalu membuatnya merasa aman. Tanpa berpikir panjang, Nara mengangguk.

“Baik, Paman.”

Keduanya berjalan berdampingan menuju ruang kerja pribadi Rinto. Tak ada kata-kata berarti selama perjalanan, hanya keheningan yang nyaman—atau paling tidak, bagi Nara, terasa seperti itu.

Setelah pintu tertutup, Rinto mempersilakan Nara duduk di kursi panjang dekat jendela. Ia sendiri duduk di kursi seberangnya sambil menuangkan dua cangkir teh.

“Minum dulu, Nak,” ucapnya ramah.

Nara tersenyum kecil sambil menerima teh itu. “Terima kasih, Paman.”

“Aku dengar dari staf bahwa kau sudah mulai masuk lebih dalam ke perusahaan. Itu bagus. Sudah saatnya kau menunjukkan siapa dirimu.” Rinto menatap Nara dengan sorot penuh kebanggaan.

Nara mengangguk pelan. “Saya juga merasa sudah waktunya belajar lebih banyak. Terutama dari Paman. Karena Paman yang paling berjasa dalam hidup saya.”

Rinto tersenyum. Senyuman lembut, penuh pengendalian. “Kau anak yang baik, Nara. Aku bersyukur kau ada di keluargaku. Kalau bukan karena kau, aku mungkin tidak bisa berdiri sekuat ini di keluarga Wiratama.”

Nara terdiam, merasa hatinya menghangat. Ia menganggap Rinto bukan sekadar ayah angkat, tapi juga sosok pelindung dan pembimbing yang sudah menyelamatkannya sejak kecil. Selama ini, tak pernah sekalipun ia meragukan niat baik pria itu.

“Paman yakin kamu akan jadi penerus yang hebat,” lanjut Rinto, suaranya tenang namun mengandung ambisi tersembunyi. “Dan ingat, tak perlu merasa bersalah karena kau bukan darah asli keluarga ini. Dunia bisnis tidak memandang darah, Nara. Yang penting adalah loyalitas… dan kecerdasan.”

Nara menatap Rinto dengan kagum. “Saya tidak akan mengecewakan Paman.”

Rinto mengangguk, matanya menatap penuh perhitungan. “Aku tahu. Karena kau adalah anak yang kupilih sendiri. Dan aku akan selalu mendukungmu, apapun yang terjadi.”

Nara bangkit, menunduk sopan. “Saya permisi dulu, Paman. Terima kasih atas nasihatnya.”

Saat Nara meninggalkan ruangan, tak sedikitpun keraguan terlintas di wajahnya. Ia masih percaya, masih menganggap Rinto sebagai satu-satunya orang yang tulus dalam hidupnya selain Arman.

Di dalam ruangan, Rinto menatap pintu yang sudah tertutup. Senyum lembut di wajahnya berubah perlahan menjadi senyum licik. Ia bersandar di kursi, memutar cangkir teh di tangan.

“Bagus… teruslah percaya padaku, Nara. Karena semakin tinggi kau terbang, semakin sakit saat aku menjatuhkanmu…”

*

*

*

Di kediaman megah keluarga Wiratama, suasana pagi terasa hening namun penuh tekanan. Di ruang kerja yang luas dengan jendela tinggi berlapis tirai beludru, Kakek Wiryo duduk tegak di balik meja kerjanya yang besar dan penuh dokumen. Sorot matanya tajam menatap layar laptop yang terbuka, sementara seorang pria paruh baya berdiri tak jauh dari tempatnya—Tio, asisten pribadi yang setia sekaligus orang kepercayaannya.

“Bagaimana laporan tentang Rinto?” tanya Kakek Wiryo, suaranya tenang namun penuh wibawa.

Tio segera menyerahkan map berwarna hitam yang dipegangnya sejak tadi. Di dalamnya, berisi laporan rahasia tentang pergerakan Rinto, anak angkat yang dulu begitu ia percayai.

“Semua masih seperti dugaan kita, Tuan. Rinto belum melakukan pergerakan terang-terangan. Tapi pola aktivitasnya menunjukkan bahwa ia tengah menyusun langkah besar. Ia... ingin mengambil alih kendali penuh atas aset keluarga Wiratama,” ujar Tio hati-hati.

Kakek Wiryo membuka map itu perlahan. Matanya menatap satu per satu dokumen dan foto yang tersusun rapi di dalamnya. Sorot matanya berubah tajam, rahangnya mengeras.

“Dia pikir bisa menghancurkan keluarga ini setelah semua yang aku lakukan padanya?” gumamnya lirih, tapi terdengar penuh amarah.

Tio mengangguk pelan. “Dan satu hal lagi, Tuan. Nara. Sejauh ini, dia benar-benar tidak tahu apa-apa. Dia percaya penuh pada Rinto.”

“Biarkan begitu,” jawab Kakek Wiryo datar. “Selama Nara ada di sisinya, aku bisa melihat sejauh mana Rinto berani melangkah.”

Tio memandang tuannya, mencoba menangkap maksud di balik kata-kata itu.

“Dia bukan hanya mencoba merebut kekuasaan, Tio. Dia mencoba menghapus darahku sendiri dari keluarga ini. Tapi dia lupa satu hal…” ucap Kakek Wiryo, kemudian berdiri dan menatap lukisan besar leluhur keluarga di balik kursinya. “Aku belum mati.”

“Apakah saya perlu menggerakkan tim pengawas lapangan, Tuan?”

“Belum sekarang. Biarkan dia merasa aman. Tapi pastikan tiap langkahnya tercatat. Aku ingin tahu siapa saja yang jadi sekutunya, dan siapa yang mulai goyah.”

“Baik, Tuan. Akan saya laksanakan.”

“Dan satu lagi,” ujar Kakek Wiryo sembari menatap Tio dalam-dalam. “Jika dia menyentuh satu saja anggota keluargaku… kita buat dia menyesal pernah memakai nama Wiratama.”

Tio menunduk hormat. “Perintah diterima.”

Ruang kerja itu kembali sunyi, tapi dalam senyapnya, rencana besar sudah mulai dijalankan. Perang dalam bayang-bayang keluarga telah dimulai. Dan Rinto, meski belum menyadari, sedang berjalan di atas bara api.

1
Blu Lovfres
Next episode
Blu Lovfres
Next thor
Blu Lovfres
berati kenzo. ceo. ben**ng dn bodoh
masah ga tau dn ga curiga dgn istrinya, keluar masuk luar negri, dgn bebas🤣😅🤭😁😂
Blu Lovfres
nara,orang baik thor jangan seret dia,ke jalan rinto yg jahat
Blu Lovfres
novel yg sangat bagus
Blu Lovfres
,good novel 👍❤️❤️❤️
Adinda
semoga liana lebih pintar menyembunyikan anaknya dan lari menyelamatkan anaknya
partini
cantik tapi murahan macam pelacur cihhhh ,,dia tau Kenzo tuh bego makanya dia PD bangtt
partini
helelh paling kamu mau pakai jurus obat perangsang kaya yg lainnya
kalau yg lain beruntung sih so lihat apakah kamu akan sama yg lain Vika
Adinda
ternyata istri tercintamu hanya mengincar harta mu kenzo
watashi tantides
Nyesel ya pak gara gara nikah lagi😔 Kasian nasib Liana anak kandungnu pak😭
watashi tantides
Sakit banget💔😭 Liana 🫂
watashi tantides
Semoga Kenzo jatuh cinta ke Liana🥰 maaf Claudia istri sah itu semua karna kamu yang mepersatukan Kenzo dan Liana dan yang terlalu tega ke mereka😔
watashi tantides
Sakit banget💔😭
watashi tantides
Please ini mengandung bawang😭
watashi tantides
Mulai tumbuh benih sayang Kenzo ke Liana🥹🤍
Mira j: trimakasih KK dah singgah 🙏🏻💞
total 1 replies
watashi tantides
Liana😭❤️‍🩹
watashi tantides
Liana😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!