Karena mempunyai kelainan aneh, Keylin dibeli dan dijadikan Ibu Susu. Gadis perawan itu ditugaskan hanya untuk mengurus Samuel, calon pewaris Mafia SKYPEA. Pesona cantik Ibu Susu Samuel itupun perlahan membuat Edgar jatuh hati sehingga diam - diam pria itu memendam hasrat cinta padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asti Amanda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Melarikan Diri
Keylin langsung saja masuk dan terus menuju ke arah kamarnya. Knop pintu yang diputarnya itu membuatnya terkejut dan bingung. Pintu itu harusnya terkunci tetapi entah kenapa terbuka.
"Apa ada yang masuk tadi? Tapi seingatku pintunya aku kunci deh," gumamnya ragu. Tapi karena Samuel menggeliat padanya, Keylin pun membukanya. Perlahan dengan langkah waspada, Keylin menaruh Samuel di tempat tidurnya. Membuka gorden jendela supaya hawa panas di kamar itu tidak mengganggu bayi itu. Tak lupa Keylin menyalakan ac juga.
Keylin pergi membasuh muka sebentar. Setelah itu, berdandan sedikit. Selesai merapikan diri, ia melihat foto pernikahannya. Keylin mengambil bingkai itu dan menyapu kacanya pelan. Sontak, Keylin merasakan satu goresan di pinggir sudut bingkai itu.
"Lho, kok ada goresan?" Keylin menemukan keganjilan. Bingkai yang tidak pernah jatuh itu entah kenapa ada satu gores kecil di sana. Seketika Keylin melompat kaget tatkala bahu kirinya ditarik dari belakang.
"Akhh, Mona! Bikin orang jantungan saja!" celetuk Keylin mengelus dada dan menyimpan bingkai itu di atas meja.
"Hei, aku tadi panggil kau, tapi malah bengong di sini, lagi mikir apaan sih?"
"Mikir Bianca, dari tadi aku tidak mendengar suaranya, dia kemana ya?" Keylin berdiri di dekat pintu, mencari - cari sosok pembantu itu. Mona pun menjawab kalau Bianca tidak ada.
"Tidak ada? Kok kau bilang gitu?" tanya Keylin. Mona menghirup udara banyak - banyak lalu mengatakan ia sudah mengelilingi sekitar rumah dan tetap saja tidak melihat Bianca.
"Keylin, aku mau bicara sesuatu padamu." Mona mengeluarkan hapenya.
"Bicara apa?" tanya gadis itu.
"Key, sepertinya Bianca melarikan diri."
"Hah? Melarikan diri? Maksudnya dia kabur dari rumah ini?" Keylin bertanya - tanya.
"Ya, dia lari setelah mengirim pesan ini padaku. Dia berniat mengajakku untuk menghabisimu."
Deg. Keylin mundur. Syok mendengar ucapan Mona dan melihat riwayat pesan Bianca. Membuatnya pun takut dekat - dekat pada Mona.
"Hei, aku menolak niatnya itu! Kau jangan ketakutan begitu dong." Mona menepuk lengan Keylin.
"Aku awalnya memang tidak suka padamu, tapi aku juga tidak segila itu menghilangkan nyawa orang." Mona menenangkan Keylin.
"Jadi kau tidak akan jahat padaku, kan?" tanya Keylin masih ragu mempercayai Mona.
"Selagi kau tidak menyebalkan, aku bisa tahan." Mona tersenyum.
"Ck, mendengar itu, kau semakin membuatku takut, Mona!" sentak Keylin.
"Sudahlah, jangan dipikirkan. Aku dan Bianca itu tidak berkomplotan. Sekarang ini waktunya Tuan Edgar mengurus dia," ucap Mona mau menghubungi Gerry.
"Jangan, Mona!" tahan Keylin.
"Kenapa mencegahku?" tanya Mona tak jadi menelpon.
"Kalau Tuan Edgar tahu niat Bianca, dia akan menghukumnya."
"Hahaha, kau ini polos atau bodoh sih? Dia jelas - jelas mau membunuhmu, tapi kau masih saja mengasihaninya. Ck, meresahkan." Mona tertawa dan mendecak.
"Mona, aku masih ragu. Siapa tahu Bianca keluar membeli sesuatu," cakap Keylin.
"Hadeh, kau sudah lama berada di rumah ini tapi melihatmu begini, kau terlihat belum mengenal sifatnya itu. Bianca dari dulu tidak pernah seperti ini, Keylin. Lihatlah di luar sana. Sudah sore hari dan ini waktunya dia mandi lalu masak. Tapi sampai sekarang belum pulang juga. Ini sudah membuktikan dia melarikan diri," jelas Mona panjang lebar.
"Tapi, bisa saja di luar sana dia singgah mandi di rumah orang," ucap Keylin. Mona menggigit hapenya. Melihat Keylin yang lugu di depannya, ingin sekali dia melahap hidup - hidup istri majikannya itu.
'Sudah kubilang, jangan bertingkah menyebalkan tapi dia masih saja membuatku sebal.' Mona menggerutu dalam hati.
"Sudahlah, pokoknya aku mau dia ditangkap. Bianca sekarang berbahaya, dia kapan saja bisa melukai aku juga." Mona mau pergi.
"Ehh, mau kemana?" Keylin menahan lengan Mona.
"Mau ke kantor polisi." Mona kembali jalan tetapi Keylin berdiri di hadapannya.
"Hei, Keylin. Jangan halangi aku dong!" ujar Mona.
"Mona, lebih baik kita tunggu saja Bianca pulang. Kau tidak usah ke kantor polisi sekarang." Keylin memohon dengan mata berkaca - kaca.
"Hadeh, kau di sini saja dan tidak perlu takut. Di luar sana ada lima bodyguard yang berjaga - jaga. Sekarang kembali ke kamar dan urus Tuan Samuel."
Berapa pun usaha yang dilakukan Keylin menahan Mona, tetap saja wanita itu meninggalkannya. Keylin pun mendekati jendela dan mengamati lima bodyguard di luar sana.
"Hmm, kuharap Bianca cuma bercanda saja. Sekarang aku turun masak dulu, siapa tahu Tuan Edgar pulang lebih awal nanti."
Keylin membawa Samuel ke bawah. Bayi itu berada di dalam kereta tidurnya. Gadis itupun memulai dengan memasak air untuk membuat sayur asem dan lauk yang lainnya.
Sambil menunggu air mendidih, Keylin memotong sayurannya dan melirik sekali - kali Samuel. Tiba - tiba potongan jagung manisnya jatuh.
"Duh, aku kurang hati - hati." Keylin membungkuk dan memungutnya. Sontak memekik terkejut saat dua bokongnya dipegang oleh seseorang.
"Akhh, maling!" Sudah kedua kalinya gadis itu dibuat kaget. Edgar pun mundur cepat ketika ditodong pisau dari Keylin.
"Astaga, maaf, Tuan." Keylin menurunkan pisaunya dan menunduk takut. 'Syukur deh, untung aku sadar cepat. Kalau tidak, pasti bokongku bakal dipukul seperti di film - film.' Keylin membantin merasa lega.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Edgar.
"Itu, saya buat makan malam untuk, Tuan," jawab Keylin menunjuk pancinya.
"Kenapa kau lakukan itu? Kemana Bianca dan Mona?" Edgar bertanya sinis. Keylin tunduk - tunduk dan memainkan dua jarinya.
"Itu, Bianca lagi keluar, kalau Mona kembali ke rumah sakit, lukanya tadi terbuka, Tuan." Keylin terpaksa bohong. Tak tahu mau jawab apa. Setelah itu, Keylin pun kembali mengerjakan tugasnya.
Edgar berdiri di belakangnya membuat Keylin sedikit merasa tidak nyaman. Pasalnya, nafas Edgar menghembus ke lehernya. Semakin dekat dan semakin terasa panas. Tanganya pun juga memegang - megang tali kalung milik Keylin di lehernya itu.
"Aku mau naik mandi dulu, kau cepatlah selesaikan tugasmu."
"Baik, Tuan." Tangan Edgar yang meraba perutnya itupun berhenti, namun pria itu tak lupa menjilat daun telinga Keylin. Kemudian ia pergi mandi.
"Huuh, selamat." Keylin bagaikan karyawan yang habis terlepas dari gombalan maut atasannya. Namun sontak, suara pisau mengejutkannya lagi.
"Ya ampun, Tuan Gerry. Tolong jangan bikin saya mati muda. Kayak pocong saja yang datang tanpa suara dan maling yang masuk tanpa ketukan." Keylin tadi berpikir ada psikopat, namun rupanya adalah Gerry.
"Hehe, maaf. Aku jadi ikutan membantumu." Gerry tersenyum dan lanjut memotong labu. Keylin bergeser sedikit, ia kembali takut berada di tempat yang dikelilingi orang - orang berbahaya.
"Oh ya, Tuan Edgar dari mana tadi?" tanya Keylin pada Gerry yang kini berlutut di depan Samuel, mengajak bayi itu bicara. Sedangkan dirinya menyiapkan hidangan di atas meja.
Gerry pun berkata jika mereka habis melihat arah petunjuk soal Tania tetapi hasilnya mengecewakan. Petunjuk itu membawa mereka ke tempat kosong. Keylin pun duduk di kursi dan melihat Gerry.
"Tuan Gerry,"
"Hmm, apa? Kau ingin naik melihat Tuan Edgar dan menyuruhku jaga Tuan Samuel di sini?" Gerry berdiri.
"Bukan, saya mau bicara sesuatu," ucap Keylin.
"Apa itu?" Gerry duduk di kursi lain. Keylin pun jujur kalau dirinya dan Regina melakukan sebuah kesepakatan. Gerry membatin, ia paham sekarang bahwa Keylin menikah dengan Edgar supaya pria itu melupakan Tania dan menyembuhkan kelainannya itu.
"Jadi, kau tidak mencintai Tuan Edgar?" Tanya Gerry penasaran.
"Dari awal aku memang terpesona pada Tuan Edgar, tapi sekarang aku belum bisa mengartikan perasaanku ini, Tuan Gerry." Keylin menatap Gerry yang berpikir.
"Mmm, tidak usah dipikirkan dan tidak usah mencintai Tuan Edgar. Kau lakukan saja tugasmu mencari cara bagaimana Tuan Edgar terlepas dari kenangan masa lalunya." Gerry tersenyum simpul. Keylin menghembus nafas ringan. Ia merasa Gerry itu orangnya simpel. Kalau tidak cocok, maka tinggalkan saja.
Asik berbincang - bincang, Edgar masuk ke dapur dengan kaos abu - abu dan celana pendek hitamnya itu.
"Hei, Gerry! Kenapa kau ada di sini? Bukankah sudah aku suruh kau pulang? Pulang sana!" bentak Edgar tapi Gerry duduk di kursinya.
"Sorry, Tuan Edgar. Aku sudah sangat lapar dan tidak bisa menyetir mobil dengan perut kosong. Biarkan saya makan sebentar di sini." Gerry lebih dulu menyantap hidangan di depannya dan diam - diam melirik Keylin.
"Ck, menyusahkan juga dirimu ini." Edgar duduk di sebelahnya dan ikut makan. Keylin pun juga makan bersama mereka. Selesai menghabiskan makanan mereka, Gerry pamit pergi. Meninggalkan Edgar dan Keylin di dapur.
"Tuan," ucap Keylin memecah keheningan.
"Hmm, apa?" tanya Edgar menyapu sudut bibirnya pakai tissu.
"Apa saya boleh ikut casting?" Edgar menatapnya tajam diberi pertanyaan itu.
"Apa maksudmu ini?" tanya Edgar berdiri dari kursinya. Keylin pun menunduk takut. 'Aduh, aku kayaknya sudah salah bicara nih.' Dalam benaknya, Keylin sangat gelisah sudah mengatakan keinginannya itu. Dia kira akan dipukul, namun ternyata diberi sebuah kejutan kecil. Edgar duduk lalu menarik Keylin duduk di atas pangkuannya. Pria itu dari belakang memeluk Keylin dengan mesra. Tapi raut wajahnya kelihatan kecewa pada diri sendiri yang gagal mendapat keberadaan jasad Tania. Pelukannya semakin dieratkan sampai kedua pipi Keylin memerah seperti tomat matang.
'Duuh, kenapa jantungku tambah deg - degan begini?' pikir Keylin takut pada Edgar yang lepas kendali.