Nathan menjadi duda setelah menikah untuk ke dua puluh kalinya. Semuanya berakhir di saat malam pertamanya. Dia tak bisa melakukan kewajibannya pada istrinya hingga membuatnya mendadak untuk kesekian kalinya.
Jovita seorang gadis yang menikah dengan Deon karena suatu perjodohan dan tanpa ikatan cinta di antara mereka. Di malam pertamanya setelah menikah, Deon bersama wanita lain untuk menghabiskan malamnya.
Karena sering diabaikan oleh Deon, Jovita akhirnya mencari kesenangan sendiri. Secara tak sengaja dia bertemu dengan Nathan.
Awalnya hubungan mereka hanya teman biasa. Namun Nathan menaruh rasa pada Jovita yang mempunyai paras mirip seperti Cinta Pertamanya yang telah meninggal.
Bagaimanakah kelanjutan kisah cinta mereka? Apakah mereka bisa bersatu atau hanya sekedar menjadi teman saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ruby kejora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 24 Mengikuti Jovi
Keesokan paginya Nathan bangun pagi seperti biasanya. Ia pun bersiap untuk berangkat ke kantor. Entah kenapa pria itu kali ini terlihat sedikit bersemangat tidak seperti biasanya yang terlihat malas berangkat ke kantor.
“Qiana aku akan menemui mu nanti.” ucapnya memasang dasi sambil memikirkan kembali sosok Jovi tanpa senyum dan juga tanpa ekspresi, datar seperti biasanya.
Tak lama kemudian Nathan keluar dari rumah dan segera masuk ke mobilnya kemudian menuju ke kantor tempatnya bekerja.
“huft...” Nathan menghirup nafas panjang setibanya di kantor bersiap untuk jadwal meeting hari ini yang padat sekali.
“Hey... lama tidak bertemu denganmu. Bagaimana dengan mu ?” di tengah jalan, Nathan semenjak bertemu dengan Alvin yang barusan keluar dari ruangan.
“Ya Alvin...hari ini aku sibuk. Kabar ku baik, bagaimana dengan pernikahan mu ?” Nathan balas bertanya pada temanya itu yang kini sudah menikah, tepatnya enam bulan yang lalu dengan seorang wanita yang di kenalnya saat acara reuni kampus. Dan wanita yang di nikahi Alvin adalah senior tiga klik di bawahnya.
“Hey... aku dan istri ku baik-baik saja.” Alvin menepuk bahu Nathan dengan tersenyum kecil. “Aku merasa bahagia setelah menikah karena ada yang mengurusi ku setiap harinya dan ada yang menemani ku tidur setiap malamnya.” bercerita panjang lebar mengenai kehidupannya setelah menikah yang membahagiakan.
“Nathan... kapan kau akan menikah ? Apa kau mau aku mengenalkan seorang wanita pada mu ?” bisiknya lirih mencoba menyemangati temannya itu.
“pfft...” Nathan tersenyum kecil menanggapi Alvin. “Kau tak perlu sampai mengenalkan aku pada beberapa wanita seperti itu. Aku sudah menemukan wanita ku.” Nathan menatap Alvin dan terlihat berseri-seri. “Baiklah aku akan menunggu kabar bagus itu dari mu.” ucap Alvin lagi sebelum mereka berpisah di depan kantor Nathan.
“Ya, tentu saja.” Nathan kemudian masuk ke ruangannya setelah berpisah dengan Alvin.
Di dalam ruangan terlihat dokumen yang menumpuk di meja setinggi satu meter.
“Astaga.” Nathan segera duduk di kursinya dan dokumen yang ada di meja.
Dalam waktu dua jam ia berhasil membubuhkan tanda tangannya di semua dokumen tadi.
“Oh akhirnya selesai juga.” Nathan menyandarkan sebentar bahunya ke kursi.
“tok... tok...” baru saja ia menyandarkan bahunya lima menit sudah ada seseorang yang mengetuk pintu ruangannya.
“Ya masuk.” ucap Nathan menatap ke arah pintu. “Chris, ada apa ?” Nathan langsung bertanya saat mengetahui ternyata sekretarisnya yang masuk.
“Tuan lima menit lagi ada jadwal meeting dengan client dari Vietnam.” Chris memberitahukan sekaligus mengingatkan jika saja tuannya itu lupa pada jadwal meeting kali ini. “Baiklah kita keluar sekarang.” Nathan segera berdiri dari tempat duduknya dan meraih blazer yang ia lepas kemudian mengenakannya kembali.
Nathan masuk ke ruang meeting bersama dengan Chris. Hingga siang hari meeting itu barulah selesai. Namun setelah jam istirahat pria itu kembali melakukan meeting dengan klien lain yang berasal dari Pakistan.
“Aku lelah...” Nathan melihat jam yang tergantung di dinding dan ia merasakan penat. “Chris gantikan aku meeting kali ini. Aku ingin pulang dan beristirahat.” Nathan berbisik lirih pada sekretarisnya yang duduk di sampingnya. “Baik tuan, serahkan saja semuanya padaku.”
Nathan kemudian berdiri dan keluar dari ruangan meeting. Ia segera masuk ke mobilnya. Namun pria itu ternyata tidak mengemudikan mobilnya menuju ke rumahnya dan malah mengajukan mobilnya menuju ke Villa Cempaka tempat semalam sebenarnya ia menurunkan Jovi di sana.
“Aku akan menunggunya di sini.”?Nathan berhenti tak jauh dari kawasan Villa Cempaka lalu duduk diam mengamati dan menunggu Jovi keluar dari sana.
Di dalam villa terlihat Jovi yang kesal setelah mengintip di ruangan lain yang pintunya terbuka.
“Dasar kau pria paling menjijikan yang pernah kulihat !” Jovi mengumpat saat melihat Deon sedang tidur pulas bersama seorang gadis lain yang berbeda dari gadis di malam sebelumnya. Dan tentu saja mereka berdua dalam keadaan bugil, berpelukan erat dengan baju yang berserakan di lantai.
Ia pun kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk keluar saja dari villa itu sekedar untuk mencari udara segar.
“Klak.” Jovi menutup pagar setelah tiba di luar villa. Ia pun menunggu taksi yang lewat di depannya.
“Itu dia Qiana.” Nathan melihat Jovi keluar dan menunggu taksi. Ia pun bermaksud mengikuti gadis itu.