Karena takut dipenjara dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, Kaisar Mahaputra terpaksa menikahi seorang gadis belia yang menjadi buta karena ulahnya.
Sabia Raysha ialah gadis yang percaya pada cerita-cerita Disney dan yakin bila pangeran negeri dongeng akan datang untuk mempersuntingnya, dia sangat bahagia saat mengetahui bila yang menabraknya adalah lelaki tampan dan calon CEO di perusahaan properti Mahaputra Group.
Menikah dengan gadis ababil yang asing sementara ia sudah memiliki kekasih seorang supermodel membuat Kaisar tersiksa. Dia mengacuhkan Sabia dan membuat hidup gadis itu seperti di neraka. Namun siapa sangka, perhatian dari adik iparnya membuat Sabia semakin betah tinggal bersama keluarga Mahaputra.
“Menikahimu adalah bencana terbesar dalam hidupku, Bia!” -Kaisar-
“Ternyata kamu bukanlah pangeran negeri dongeng yang selama ini aku impikan, kamu hanyalah penyihir jahat yang tidak bisa menghargai cinta dan ketulusan.” -Sabia-
**********
Hai, Bestie! Jangan lupa klik ❤️ dan like agar author semakin semangat update dan berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpuruk
Sejak tiba di kos-kosan Memey, Sabia tak bisa lagi menahan tangisnya. Ia menumpahkan semua rasa kesal dan kecewanya pada Kaisar melalui air mata yang terus saja mengucur deras. Sungguh, Sabia merasa seperti orang bodoh yang bisa dengan mudah dimanfaatkan oleh Kaisar.
Seandainya Bia tahu dari awal bila lelaki yang sudah berstatus sebagai suaminya itu telah memiliki kekasih, tentu Sabia tak akan mau menikah dengannya. Sungguh, ia menyesali semuanya.
"Bia, Bi ... udah dong nangisnya!" keluh Memey bingung. Ini sudah hampir satu jam dan Sabia tak sekalipun menghentikan tangisannya yang memilukan.
"Gue salah apa, Mey? Kenapa harus gue yang menerima hukuman ini."
"Lu nggak salah, Bi. Kaisar itu yang mesti dicincang! Lu sama sekali nggak bersalah!" hibur Memey.
Sabia menyeka air matanya dengan jengkel. "Tapi dia bahkan bertingkah seolah ini semua adalah salah gue! Kaisar sama sekali nggak merasa berdosa sudah melakukan ini di belakang gue!"
"Gue akan temui dia besok. Dia harus bertanggung jawab karena sudah bikin lu nangis!!"
Sabia meraba sekitarnya untuk mencari tangan Memey. "Jangan, Mey. Jangan lakukan apapun. Dia kaya raya, keluarganya bisa melakukan apa saja. Jangan kotori tangan lu."
"Terus gue harus diem aja ngeliat lu disakiti kaya gini? Enak aja! Dia harus merasakan sakit yang sama, Bia! Gue nggak terima sahabat baik gue disia-siakan kek begini!"
Sabia menggeleng frustasi. Ia hafal betul kebiasaan sahabatnya itu bila sedang emosi. Memey bisa melakukan hal nekat di luar nalar manusia.
"Kalo lu masih ingin lihat gue hidup, jangan lakukan apapun, Mey. Please."
"Bia."
"Please, Mey. Gue mohon. Biar gue yang akan membalas semua rasa sakit hati ini ke Kaisar!"
Memey tak sanggup lagi berkata-kata. Ini adalah kali kedua ia melihat Sabia dalam keadaan hancur dan terpuruk. Yang pertama saat ia divonis buta, dan yang kedua saat Kaisar menghancurkan hatinya. Bila bukan karena ancaman dari Sabia, bisa dipastikan besok Kaisar akan babak belur dan tak lagi tampan rupawan.
"Tadinya gue pikir, pernikahan ini adalah jawaban dari Tuhan atas segala doa-doa yang selalu gue panjatkan. Gue pikir, Kaisar adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuk mewujudkan mimpi gue menikah dengan pangeran. Gue pikir, seiring berjalannya waktu Kaisar akan pelan-pelan sayang sama gue. Tapi ternyata gue terlalu naif, gue terlalu percaya diri," gumam Sabia setelah tangisnya mereda.
"Jangan bilang gitu, Bia. Itu sama aja dengan lu menyalahkan Tuhan."
"Tuhan memang jahat banget sama gue, Mey. Gue dibuat buta, dipaksa tinggal dengan orang baru setelah seumur hidup gue bahkan cuma mengenal orang tua gue dan lu aja. Dan sekarang, kenyataan bahwa suami gue punya wanita lain semakin membuat gue merasa ini nggak adil!"
Memey merengkuh bahu Sabia dan memeluknya dengan hangat. Ia tidak tahu cara lain untuk menghibur sahabatnya ini, hanya pelukan yang bisa Memey berikan.
Setelah lelah menangis dan merutuki nasibnya, Sabia tertidur di ranjang sempit milik Memey. Suasana sudah mulai gelap di luar, Sabia bahkan menolak untuk makan siang. Memey memperhatikan arloji yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam 7 malam, itu berarti Sabia sudah tertidur sejak 3 jam yang lalu.
Memey meraih tas slingbag Sabia yang tergeletak di meja di dekat ranjang. Ia mengeluarkan ponsel sahabatnya itu, namun ternyata ponsel itu mati karena kehabisan daya baterai. Memey memperhatikan lubang charger di bagian bawah ponsel lantas mendesah lega, beruntung model chargernya sama dengan ponsel milik Memey. Lekas ia mengisi daya baterainya dan berebah di samping sahabatnya.
Sejak mengenal Sabia, hidup Memey yang suram karena ditinggal oleh ayahnya berubah menjadi lebih berwarna. Orang tua Bia memperlakukannya dengan sangat baik selayaknya anak sendiri. Itulah mengapa Memey sangat bersyukur bisa bersahabat dengannya, karena selain menemukan teman berbagi, Memey juga menemukan orang tua.
"Terima kasih, Bia," lirih Memey sebelum akhirnya ikut memejamkan mata.
Entah berapa lama Memey tertidur, suara getaran ponsel Sabia membuatnya terbangun. Ponsel itu sudah terisi daya dan otomatis menyala. Memey mendekat ke meja dan memperhatikan nama yang muncul di layar.
Hari memanggil ...
Memey mengernyit, Hari? Adik Kaisar??
"Halo," sapa Memey ragu seraya menarik ponsel Sabia agar terlepas dari charger dan beringsut keluar dari kamar.
"Halo, Bia. Kamu di mana?"
"Maaf, saya bukan Sabia. Saya Memey."
Tak terdengar suara cukup lama.
"Halo?" sapa Memey kebingungan.
"Ini ponsel milik Sabia, kan?"
"Iya, ini ponsel milik Sabia. Saya sahabatnya, nama saya Memey. Anda bisa jemput Sabia kemari bila memang mengkhawatirkannya."
"Di mana alamatmu? Tolong sharelok sekarang juga!"
..
..
..
"Biaa, ya Tuhan syukurlah akhirnya kamu pulang!" Mira memeluk Sabia dengan erat begitu melihat menantunya turun dari mobil Hari.
Sejak tadi ia menunggu kedatangan Bia hingga kehilangan selera makan. Setelah Hari bisa menelefon nomor Sabia dan mengetahui keberadaannya, Mira bahagia bukan kepalang. Beruntung Syailendra dan Kaisar belum pulang hingga larut malam, jadi mereka tak perlu tahu drama menegangkan seharian ini.
"Ma, biar Kak Bia istirahat dulu." Hari memberi kode pada Mira agar tak terlalu banyak bicara pada Sabia.
Mira mengangguk paham, melihat ekspresi Sabia yang murung saat turun tadi, Mira sudah bisa menebak pasti terjadi sesuatu pada menantunya itu.
"Yuk, Mama anter ke kamarmu. Kaisar sebentar lagi pasti dateng."
Sabia menghentikan langkahnya saat nama Kaisar disebut. Sebilah pisau kembali menghujam ke dalam jantung dan hatinya.
Mira yang tak paham pada masalah Sabia hanya bisa terdiam bingung.
"Bia, ada apa?"
Sabia menggeleng sebagai respon. "Kalo Kaisar datang, jangan bilang tentang kejadian hari ini, Ma."
"Iya, Sayang. Tenang saja, kamu bisa mempercayakan hal itu pada Mama!"
Dengan bergandengan, Mira membawa Sabia masuk ke dalam kamar. Wangi vanilla dan strawberry yang merupakan parfum favorit Sabia sontak menusuk indra saat ia tiba. Bahkan belum 24 jam namun Sabia sudah sangat merindukan kamar ini.
"Istirahatlah. Mama akan menutup pintunya."
Sabia mengangguk dari atas ranjang super king bed-nya. Mira lantas menutup pintu kamar dengan perlahan. Hari sudah menunggu di samping pintu dengan pandangan kosong.
"Ada apa sebenarnya, Hari? Apa yang sudah terjadi pada Sabia?"
***************
Bestie, jangan lupa goyang jempolnya 🥳🥳
coba klo ga sakit apa mau di puk puk
cuma taunya marah kan bang koi bang koi pulang" mlh sakit 🤣🤣🤣
Kai ini cari mslh aja ada yg halal
tp cinta mo lawan kah😍