" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Ana menarik nafas dalam-dalam,lalu menghembuskan nafasnya perlahan sebelum tangannya meraih handle pintu kamarnya. Sudah, dia tidak boleh terus teringat dengan segala ucapan Soraya yang akan membuatnya tertekan dan kacau. Sudah sejauh ini mana boleh rencananya gagal? Segera setelah dia bisa memperbaiki mimik wajah dan suasana hatinya, Ana segera meraih handle pintu dan membukanya dengan satu tangan, sementara satu tangan yang lain ia gunakan untuk membawa nampan berisi makanan untuk Jordan.
" Kau sudah selesai? " Tanya Ana untuk bisa basi saja karena kalau Jordan sudah berada di luar kamar dan sudah memakai baju untuk tidur, seharusnya sudah jelas sekali kan?
" Iya. " Jawab Jordan.
" Ini makan malam untukmu, tapi agak pedas, kau mau memakannya atau tidak? Kalau kau tidak suka makan pedas, makan dengan Ayam goreng saja ya? Aku juga bawa tomat saus. "
Jordan tak menjawab, tapi dia menerima makanan dari tangan Ana.
" Aku tidak terbiasa makan makanan pedas, jadi aku makan ayam goreng saja. " Ujar Jordan.
" Sesekali makan pedas juga tidak masalah kok, nanti aku beritahu caranya supaya kau bisa makan pedas. " Ana mengajak Jordan untuk duduk di sofa yang dulu pernah Jordan gunakan untuk tidur, dan sempat Ana singkirkan, tapi karena mereka sudah terbiasa tidur di ranjang yang sama belakangan ini, Ana jadi membawa lagi masuk sofanya.
" Caranya begini. " Ana mengambil daging ayam yang di cincang kecil-kecil, lalu dimasak agak pedas, setelah itu dia mencampurkan sedikit daging ayam pedas dengan nasi yang agak banyak agar rasa pedasnya tidak terlalu berasa.
" Coba ini! " Ana menyodorkan makanan yang sudah dia campur tadi kepada Jordan. Sebenarnya Jordan benar-benar tidak berani memakannya, itu karena lidahnya sangat menolak keras rasa pedas, perutnya juga tidak menerima sama sekali.
" Coba ya? Dulu aku aku juga tidak suka pedas kok, tapi lama-lama aku mulai menerima rasa pedas, dan akhirnya aku kecanduan. "
Jordan membuka mulutnya meski ragu, dengan wajah seperti ketakutan dia mulai mengunyah makanan, dan pada akhirnya dia merasa baik-baik saja meski agak terasa pedas nyatanya lidahnya masih bisa menahannya dengan mudah.
" Bagaimana? " Tanya Ana lalu tersenyum setelahnya.
" Iya, aku bisa memakannya. " Jordan tersenyum tipis, aneh sekali memang. Padahal dia sangat senang melihat sahabatnya yang suka sekali memakan makanan pedas, tapi sayangnya dia sama sekali tidak bisa memakannya karena keadaan fisiknya yang menolak. Sekarang dia bisa memakannya, jadi dia benar-benar merasa bahagia karena tahu bahwa rasa pedas itu tidak sememgerikan seperti yang dia tahu dan rasakan selama ini.
" Saat aku makan makanan yang pedas, biasanya aku fokus dengan rasa lainnya. Seperti rasa gurih, asin, dan ada manis juga. Jangan terlalu memikirkan dan fokus dengan rasa pedas, pasti kau bisa memakan sebanyak apa yang kau inginkan. "
Begitu juga jika kau ingin melupakan Soraya, ah! Lebih tepatnya aku harus membuatmu fokus dengan yang lain, maka kau akan keluar perlahan dari nama Soraya yang membelenggu mu selama ini.
Setelah makan malam Jordan selesai, Ana kembali ke dapur dan meletakkan piring kotornya ke wastafel. Samar-samar dia mendengar suara lenguhan Ayah serta Ibu tirinya yang tak lain adalah, Soraya. Di dalam hati Ana berkata, apakah begitu mudahnya bagi seseorang bisa melakukan itu selain dari pasangannya? Padahal kalau dari suaranya, Soraya seperti begitu menikmati, lalu kenapa harus repot-repot juga melakukan dengan yang lain? Cintakah? Atau dia merasa kalau melakukan hubungan badan dengan dua pria bergantian adalah hal yang menantang?
Ana menghela nafasnya, dia masuk ke dalam kamar dan mendapati Jordan sedang sibuk dengan laptop nya. Dia mencoba sebaik mungkin untuk tersenyum, bersikap seperti seorang istri yang perhatian kepada suaminya.
" Ini sudah malam Jordan, bagaimana kalau kau istirahat sekarang? "
" Tinggal sedikit lagi, kau tidur saja duluan. " Jawab Jordan, tali matanya sama sekali tak teralihkan oleh laptop di hadapannya.
" Aku tunggu kau selesai saja. "
Jordan mengeryit, ini sudah malam memang, meskipun sebenarnya dia mengantuk, tapi mana boleh dia membuatkan Ana ikut terjaga karena itu adalah pekerjaannya.
" Tidurlah Ana, aku akan menyusul setelah ini selesai nanti. "
Ana tersenyum, bukannya menuruti apa yang di katakan Jordan, Ana justru berjalan mendekati Jordan dan duduk di sampingnya.
" Seharian aku sudah banyak tidur kok, aku tunggu kau saja. Silahkan lanjutkan kegiatan mu. " Ucap Ana, lalu kembali tersenyum kepada Jordan.
" Terserah kau saja. " Ucap Jordan lalu kembali melanjutkan kegiatannya.
Ana, gadis itu kehilangan senyumnya begitu Jordan kembali fokus kepada laptopnya. Bukan kecewa, tapi dia sudah lelah berpura-pura menjadi amanat perhatian dan lembut. Dia ingin membuat pria itu bertekuk lutut padanya, tapi dia begitu bosan harus berpura-pura.
Ana meletakkan kepalanya di punggung Jordan. Dia tak berekspresi, bahkan sampai tangannya memeluk Jordan.
" Ana, aku sedang butuh konsentrasi, jadi jangan begini. "
Tak mau mendengar apa yang dikatakan Jordan, Ana justru semakin erat memeluk Jordan. Iya, untuk apa menjaga diri? Dimana harga diri itu berada juga tidak perlu dipertanyakan lagi, dia sudah pernah di sentuh Jordan meski dengan brutal, jadi untuk apa menahan diri lagi? Ini adalah pengorbanan Ana agar Jordan menoleh ke arahnya, bertahan untuk terus menatapnya.
" Jordan, aku kan istrimu, jadi ini bukan kesalahan kan? "
Jordan tadinya ingin menjauhkan tangan Ana, tali begitu Ana mengatakan itu, Jordan tak bisa lagi melanjutkan apa yang ingin tangannya lakukan. Dia diam mematung memikirkan apa yang dikatakan Ana, benar jika dia sama sekali tak memiliki perasaan untuk Ana. Bukan karena fisik Ana yang tidak bisa di bandingkan dengan Soraya yang amat cantik, tapi perasaan Jordan seperti tertahan oleh sesuatu yang terus mengingatkan dirinya akan batasan-batasan padahal jelas Ana adalah istrinya terlepas adanya cinta atau tidak di hatinya.
" Ana, kau ingat beberapa waktu lalu saat aku melakukan hal itu padamu kan? Kau tahu betapa menyakitkannya untukmu bukan? Jadi jangan mencoba untuk menggodaku. "
" Karena aku yakin kau tidak akan menyakitiku seperti waktu itu, melakukan hal yang lebih dari pada ini aku juga tidak akan ragu. "
" Ana, kau seharunya "
Jordan terdiam tak bisa melanjutkan ucapannya saat Ana tiba-tiba bangkit dan berpindah ke hadapannya. Dia menggeser jauh laptop Jordan, duduk di pangkuannya, lalu melingkarkan lengannya di leher Jordan.
" Kau adalah milikku, jadi aku tidak akan membiarkan milikku di gunakan oleh orang lain. " Ana sudah melajukan wajahnya ingin mencium bibir Jordan.
" Ana! "
" Apa? " Ana membelai wajah Jordan dengan posisi wajah semakin dekat.
" Jangan begini, aku tidak- "
Jordan tak bisa melanjutkan ucapannya karena Ana sudah lebih dulu membenamkan bibirnya di sana.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget