Gimana perasaan kalian disaat ada seorang wanita, sedang berjuang mencari nafkah keluarga di negeri orang, harus menelan pil pahit mendengar kabar sang anak terlantar, sedangkan sang suami memilih menikah lagi dengan kekasih lama nya .
Penderitaan tak selesai begitu saja, ketika sang mantan suami memilih mengabaikan anak kandungnya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang kepada sang anak tiri, Dia berusaha kuat dan bertahan demi sang buah hati, Di tengah gempuran rasa cemburu yang masih ada di hatinya, melihat kemesraan sang mantan yang dia lihat setiap hari.
Hingga kesedihan berangsur terobati dengan kehadiran sosok dokter, yang menangani sang anak saat itu, Kedekatan Dokter Nino dengan Devan bagikan ayah dan anak, membuat sang ayah kandung cemburu dan menaruh rasa iri dengan kehidupan sang mantan istri.
Next langsung baca bab bab selanjutnya .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ꧁ঔৣ☬Rmls☬ঔৣ꧂, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bersama papa
Pagi hari ini sangat cerah, sang Surya bersinar dengan sangat terangnya, berusaha mengusir hawa dingin akibat hujan semalam.
Di sebuah kamar terlihat seorang pria muda tengah selesai membersihkan diri, pria itu dengan cepat menuju ruang ganti, dimana telah tertata rapi aneka outfit yang akan menunjang penampilan nya.
Pria itu memilih memakai Hoodie putih ditambah celana jens sobek, tak lupa sneaker pabrikan Nike jenis Jordan menambah outfit, dengan arloji Richard Mille menambah kesan mewah.
Setelah beberapa berkaca dan menyemprotkan parfum, pria itu telah selesai dan siap untuk mengawali kegiatan di pagi ini, hal yang menjadi rutinitas nya sekarang iyalah ke kamar utama.
Dimana sang buah hati tengah selesai kegiatan mandinya, dengan di bantu beberapa baby sitter berpengalaman, yang setia dan telaten melayani.
"Morning semua" sapa papa muda itu dengan ceria, membuat fokus para Baby sitter teralihkan sejenak.
"Selamat pagi tuan muda"Balas para baby sitter hampir serentak, mereka sudah tak kaget dengan sikap ramah sang tuan muda, dan juga terbiasa jika tuan muda itu marah menunjukkan sifat aslinya.
"Wah anak Dady lagi minum susu yaa, apa tidak papa sus bayi umur segini tidak minum asi?" Tanya Rama sedikit takut ketika sang buah hati minum susu formula, entahlah dia hanya tau bahwa asi sangat bagus buat pertumbuhan bayi, dan dia ingin yang terbaik untuk putra nya.
"Yang sedang tuan muda Natan minum asi tuan, jadi tuan muda Rama tidak usah khawatir " jelas salah satu suster dengan Rama dan senyum menjawab pertanyaan papa muda itu.
"Hah emang ada yang jual?" tanya Rama dengan kaget, dia baru pertama kali tahu jika asi diperjual belikan.
"Kebetulan di rumah utama ada salah satu asisten rumah tangga yang baru saja melahirkan, jadi kami berinisiatif untuk meminta kelebihan asi untuk tuan muda Natan, kami juga sudah memeriksa kesehatan nya dan hasilnya aman, apa anda keberatan tuan?" Tanya suster dengan perasaan was-was, dia takut jika sang tuan muda murka, ketika sang putra mahkota di beri ASI dari kamu kelas bawah.
"Emm tidak papa, gua cuman pesen jangan sampai orang rumah tau, apa kalian paham ?" Perintah Rama dengan mode tegas, membuat semua orang kembali tegang.
"Paham tuannn"
"Bagus, gue mau keluar mungkin akan pulang sore, gue titip baby Natan kepada kalian, ingat jangan membuat kesalahan sedikitpun karena itu akan mengancam nyawa kalian" Pesan Rama sebelum melangkah pergi, tak lupa satu kecupan dia hadiah kan kepada sang baby.
.
.
.
.
.
Rumah keluarga Risa.
"Mama Ivan nanti beli sepatu boleh?"Tanya bocah itu secara tiba-tiba, di saat semuanya sedang menyelesaikan kegiatan sarapan.
Risa dan bude langsung menoleh ke arah bocah imut itu, seperti biasa Divan mengeluarkan jurus andalan nya, dengan mata puppy eyes, membuat bude dan Risa tertawa.
"Iya boleh setelah pulang sekolah yaa, nanti mama jemput bersama nenek juga yaa, sambil jalan-jalan" Ucap Risa dengan mengelus pelan puncak kepala sang putra.
"Oce mama" Jawab Divan dengan senyum sumringah menghiasi raut wajahnya.
Bude Retno yang melihatnya juga tersenyum, wanita tua itu terharu dengan pencapaian sang anak, dia tahu betul bagaimana keponakan nya itu terpuruk, setelah sang suami dengan tega menduakan nya, namun kini dia bersyukur akibat kejadian itu Risa bisa bangkit, hingga bisa seperti sekarang.
"Bude nanti ikut ngantar Divan yaa, sekalian lihat pembangunan cabang mini market"Ucap Risa dengan menyendok kan makanan ke mulutnya.
"Loh sudah mulai nak, bukan nya baru beberapa hari yang lalu yaa kamu ngomong nya?" tanya bude dengan kaget, pasalnya mereka baru membahasnya beberapa hari yang lalu, dan sekarang sudah mulai di bangun minimarket cabang.
"Hehe, maaf yaa bude Risa lupa kasih tau" ucap Risa dengan memperlihatkan gigi nya, membuat bude Retno tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Mereka melanjutkan sarapan pagi dengan sedikit di percepat, hari terus berjalan hingga menunjukkan hampir pukul 7 pagi, dan Divan harus masuk kelas jam 07.30 yang artinya mereka hanya memiliki waktu 30 menit, untuk sampai di tempat sekolah.
Tak butuh waktu lama, acara sarapan pagi telah selesai, Bude dan Risa dengan cepat membereskan sisa makanan mereka, sedangkan Divan bocah itu nampak membuka pintu hendak menunggu di luar rumah.
"Papaaaaaaa" Teriak Divan dengan girang, membuat Risa dan bude terkejut dengan tamu mereka di pagi hari.
"Hay Divan kangen papa enggak?" ucap Nino merentangkan tangan menyambut Divan kedalam gendongannya.
"Endak tuh kan Ivan baru ketemu kemalen" jawab Divan dengan polos membuat Nino dan yang lain tertawa.
"Ehhh ada nak Nino, masuk dulu nak" ucap bude mempersilahkan tamunya masuk kedalam rumah.
"Terima kasih bude, tapi saya kesini ingin mengantar Divan, kebetulan hari libur dan saya ingin menemani Divan bersekola, apakah boleh?"Tanya Nino dengan senyum manisnya, membuat kedua wanita itu terpesona untuk beberapa saat.
"Apakah tidak merepotkan Nin?"Tanya Risa tak enak hati, sebenarnya dia tak apa jika Divan bersama Nino, dia pun juga kebetulan ada perkejaan, tetapi Risa takut merepotkan pria muda itu.
"Tidak papa, kalian tenang saja aku hanya ingin menemani Divan sepanjang hari, kebetulan hari ini Jumat dan jam pembelajaran sedikit singkat" Jelas Nino membuat Risa mengizinkan sang putra bersama sang papa, ralat calon papa.
Tak butuh waktu lama, kini mobil mewah pabrikan BMW berwarna merah itu telah sampai di sebuah gedung sekolahan, nomor plat N 1 N0 membuat semua orang fokus, apakah benar pengemudi itu salah satu anggota Wijaya group.
Dan benar saja, suasana berubah riuh melihat pengemudi turun dengan menggendong bocah kecil di tangan nya, tebakan mereka benar mobil itu milik Nino Artanegara pemilik sah dari Artanegara group, perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi dan juga induk dari rumah sakit besar di beberapa negara.
"Papa nanti temenin Ivan?"Tanya Divan di tengah gedongan sang papa, bocah itu tak henti-hentinya tersenyum, seolah memamerkan betapa bahagianya dia saat ini.
"Iya dong satu hari full papa akan jagain Divan"Jawab Nino dengan menurunkan sang anak setelah sampai di depan pintu kelas.
"Oke papa tunggu cini ok, Ivan mau sekolah dulu bial pintel" Ucap Divan menunjukkan tempat dimana para orangtuanya biasanya menunggu.
"Oke Divan yang pinter yaa sekolahnya, biar nanti kalo udah besar bisa nerusin papa ok" Nasehat Nino sebelum sang putra memasuki kelas, entahlah atas dasar apa dia mengatakan seperti itu.
Kedekatan Nino dan Divan pun tak luput menjadi pusat perhatian, mereka tak menyangka sang pengusaha muda pemilik perusahaan besar, memiliki anak yang belum pernah di publish oleh keluarga Wijaya maupun Artanegara.
Tak sedikit dari mereka mengabadikan moments itu, dan menaruhnya di sosial mereka masing-masing, dan tak butuh waktu lama berita langsung viral di seluruh media.
bersambung................