Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 ~ CTDKI
"Tebakan Kakak adalah... Mereka akan pulang malam ini."
Bersamaan dengan selesainya kalimat itu, sebuah mobil datang memasuki halaman rumah dengan Liora yang turun lebih dulu dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah dengan langkah terburu-buru serta wajah seperti menahan marah.
"Tuan muda kedua dan istrinya sudah pulang," beritahu seorang pelayan kepada pelayan lainnya dimana mereka langsung datang menyambut.
"Selamat malam, Nona. Apa Nona membutuhkan sesuatu dulu sebelum naik ke kamar?" tanya seorang pelayan begitu melihat Liora hendak menaiki tangga.
"Tidak, terimakasih." jawab Liora sembari menggelengkan kepala pelan.
Langkahnya kembali tertahan saat melihat Audrey masuk bersama dengan Marvin dari arah pintu belakang. Rambut Marvin yang masih basah dengan gerakan tangan sedang mengikat tali bathrobe sempat membuat Liora terpana. Namun tangan Haikal yang tiba-tiba melingkar di pinggangnya membuatnya segera tersadar dari lamunannya.
"Sayang, biar aku minta pelayan untuk membuatkan sesuatu yang hangat untukmu," ucap Haikal.
"Tidak perlu," Liora menurunkan tangan Haikal dari pinggangnya dengan gerakan lembut.
"Aku mau langsung naik dan istirahat." ujarnya, menatap Marvin sebentar sebelum melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Marvin dan Audrey saling menatap, kemudian melangkahkan kakinya mendekat ke arah Haikal yang masih berdiri termenung dibawah tangga dengan tatapan menatap ke arah kepergian Liora.
"Kenapa? Apa ada masalah?" tanya Marvin. "Ini baru jam sebelas, tapi kalian sudah pulang."
Haikal menghela napas panjang, kedua tangannya dia letakkan di pinggang. "Tadi aku mengajak Liora menginap di hotel tapi dia menolak. Aku merasa sikapnya sedikit berbeda malam ini, mungkin karena tadi aku datang terlambat dan membuatnya menunggu lama makanya dia marah padaku."
"Menunggu?" ulang Marvin, seketika raut wajahnya berubah suram. "Jam berapa kamu sampai di kafe?" tekannya.
"Jam sembilan lewat," jawab Haikal.
"Apa saja yang kamu lakukan sampai baru datang jam segitu?!" bentak Marvin, emosinya tiba-tiba naik saat mendengar jawaban santai dari adiknya. "Aku sudah mengantarkan dia dari jam tujuh, jelas saja dia marah karena kamu sudah membuat dia menunggu sendirian disana!"
Marvin mengusap wajahnya kasar, seandainya dia tahu Haikal akan datang terlambat mungkin dia akan menemani Liora menunggu tanpa memikirkan perasaannya sendiri.
"Sudah, Kak." Audrey berusaha menengahi. "Memangnya Kak Haikal darimana saja sampai bisa datang terlambat?" tanyanya pada Haikal.
"Tadi Kakak bertemu teman lama dan ngobrol-ngobrol dulu sebentar, selain itu Kakak juga harus menyiapkan hadiah untuk Kak Liora. Itulah sebabnya Kakak datang terlambat," jawab Haikal, berbohong.
Sayangnya tak semudah itu Marvin percaya dengan alasan yang diberikan oleh adiknya. Sepertinya dugaannya benar jika adiknya ini masih memiliki hubungan dengan wanita yang bernama Casandra. Dan bisa saja alasan Haikal datang terlambat adalah karena wanita itu.
"Itu bukan alasan." tegas Marvin, menatap tajam pada adiknya. "Kamu suaminya, harusnya kamu tahu hari ulang tahunnya dan sudah menyiapkan hadiah itu dari jauh-jauh hari."
Marvin memilih pergi dan masuk ke dalam kamarnya. Mengguyur tubuhnya dibawah guyuran air shower dengan pikiran terus tertuju pada Liora. Apa yang sedang dilakukan oleh adik iparnya itu sekarang?
✳️
✳️
Marvin masih terjaga meskipun jam sudah menunjukkan pukul dua dinihari. Beberapa kali dia keluar dari kamar demi melihat ke arah tangga dan berharap melihat adik iparnya turun dari sana. Namun dia tetap tidak melihat ada tanda-tanda Liora akan turun, padahal dia sangat berharap Liora akan datang menemuinya sehingga dia bisa menanyakan keadaannya.
Marvin sempat melihat Liora memakai kalung pemberian darinya saat wanita itu pulang tadi. Padahal saat mengantarkan Liora ke kafe, dia tidak melihat Liora memakainya. Pasti ada alasan kuat kenapa tiba-tiba Liora memilih untuk memakai kalung pemberiannya.
Tok... Tok... Tok...
Suara ketukan pintu yang terdengar pelan membuat Marvin mengurungkan niatnya yang baru saja ingin merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Dengan rasa penasaran dia berjalan mendekat ke arah pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya dijam segini.
"Liora," lirihnya begitu melihat adik iparnya yang kini sedang berdiri di hadapannya dengan gaun tidur yang membuat penampilan wanita itu terlihat sangat seksi dimatanya.
"Boleh aku masuk?" tanya Liora pelan, mata sembabnya menunjukan bahwa dia sudah menangis sebelum datang kesana.
Marvin membuka pintu kamarnya sedikit lebih lebar, memberikan akses untuk Liora masuk ke dalam kamarnya. Menutup pintunya kembali setelah memastikan tidak ada pelayan yang melihat kedatangan Liora kesana.
Marvin berjalan cepat, menarik lengan Liora dan membalikkan tubuh adik iparnya saat wanita itu sudah berdiri disamping ranjangnya. Satu tangannya melingkar di pinggang wanita itu dengan tatapan menjelajahi mata Liora, menatapnya dengan penuh rasa khawatir.
"Kenapa tidak menelfonku saat tahu dia datang terlambat. Kenapa memilih menunggu sendirian disana?" tanya Marvin dengan suara lembut namun tegas.
Liora tersenyum kecil. Bagaimana Marvin memperhatikan dan mengkhawatirkannya, membuatnya tidak bisa mengabaikan perasaan kakak iparnya ini padanya. Jujur dia merasa nyaman, merasa senang karena ada yang peduli dan mencintainya.
"Dia datang terlambat, itu bukan satu-satunya alasan yang membuat kamu bersikap dingin seperti ini bukan? Katakan, apa yang terjadi?" tanya Marvin masih dengan suara lembutnya, menutupi kekesalan dalam dirinya atas sikap yang diberikan oleh Haikal pada Liora.
"Kamu benar, dia tidak mencintaiku." ungkap Liora dengan suara bergetar. "Adikmu, dia... Dia memiliki wanita lain." matanya terpejam saat air matanya menetes.
Pernyataan itu tak membuat Marvin merasa terkejut, sebelumnya dia sudah menduga jika adiknya memang masih memiliki hubungan dengan Casandra, kekasih masa lalu adiknya. Namun dia tidak menyangka jika Liora akan tahu secepat ini.
"Siapa yang memberitahumu? Apa Haikal sendiri yang mengatakannya?" tanya Marvin dengan siratan emosi yang mulai terlihat diwajahnya.
Liora menggeleng pelan, "Tidak penting aku tahu dari siapa. Aku datang kemari hanya untuk meminta sesuatu padamu."
"Katakan." sahut Marvin cepat.
Liora menatap mata Marvin dalam-dalam, merasa hangat saat tangan Marvin menyentuh wajahnya dan mengusap air mata yang membasahi disana.
"Bolehkah aku..."
🪷
🪷
🪷
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu