NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Sang CEO

Takdir Cinta Sang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Wanita Karir / Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: relisya

Aruna Nareswari, seorang wanita cantik yang hidup sebatang kara, karena seluruh keluarganya telah meninggal dunia. Ia menikah dengan seorang CEO muda bernama Narendra Mahardika, atau lebih sering dipanggil Naren.
Keduanya bertemu ketika tengah berada di tempat pemakaman umum yang sama. Lalu seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah.
Mereka berharap jika rumah tangganya akan harmonis tanpa gangguan dari orang lain. Namun semua itu hanyalah angan-angan semata. Pasalnya setiap pernikahan pasti akan ada rintangannya tersendiri, seperti pernikahan mereka yang tidak mendapatkan restu dari ibu tiri Naren yang bernama Maya.

Akankah Aruna mampu bertahan dengan semua sikap dari Maya? Atau ia akhirnya memilih menyerah dan meninggalkan Narendra?

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca ya, terima kasih...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon relisya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 8

"Apa?! Kenapa kamu nggak atur jadwal saya dengan benar Elena?!"

Pagi-pagi begini tenaga Narendra sudah dikuras habis-habisan. Dia tidak marah karena banyak pekerjaan, melainkan ia marah karena harus bolak balik ke kota yang berbeda dalam waktu satu hari. Bayangkan saja, pasti sangat melelahkan dan mungkin dirinya akan pulang larut malam.

Bagaimana dengan Aruna jika ia pulang malam hari? Pasti istrinya akan marah kalau dia tidak menjemputnya.

Elena yang ketakutan pun menundukkan kepalanya, "Maafkan saya pak Naren, mereka semua menginginkan hari ini juga untuk meeting. Saya sudah mencoba menolaknya, tapi mereka nggak mau pak,"

"Ck! Cepat siapkan berkasnya, kita jalan saat ini juga!"

"Saya sudah menyiapkan semuanya pak, kita tinggal berangkat saja."

Tanpa menjawabnya lagi, Narendra langsung berdiri dari duduknya, lalu mengambil dompet, ponsel dan juga kunci mobilnya yang ada di atas meja. Setelah itu, dirinya berjalan terlebih dahulu meninggalkan Elena yang masih menunggunya di depan meja kerjanya.

Elena yang melihat kepergian Narendra diam-diam tersenyum smirk. Lalu dirinya bergegas menyusul Narendra, agar laki-laki tersebut tidak meninggalkannya dan memarahinya lagi.

"Maaf Ren, bukannya aku tidak bisa mengatur jadwal meeting kamu. Tapi aku sengaja melakukannya, aku nggak bisa lihat kamu berduaan sama istri kamu. Hatiku sakit Ren! sangat sakit!" batin Elena yang kini sudah berjalan tepat di belakang Narendra.

"Aruna, suatu saat nanti pasti gue akan berhasil rebut Narendra dari lo." Batin Elena lagi.

.

Kembali lagi ke kediaman keluarga Narendra. Setelah mencari terlalu lama, akhirnya Maya dan Diandra sudah menemukan kucing milik Aruna.

Ya, saat ini Bi Ainur sedang memandikan kucing tersebut di dalam kamar mandi yang berada di dapur. Sesuai dengan apa yang diminta oleh Aruna tadi pagi.

"Emm... Bi," panggil Diandra dari ambang pintu kamar mandi.

Bi Ainur yang mendengar suara dari anak majikannya itu pun segera menoleh, sembari memegang Lily yang masih diselimuti banyak busa sabun, "Iya non, ada yang non inginkan?"

"Meong..."

"Tolong belikan kue untuk keponakan saya, sekarang juga!" pinta Maya yang berdiri di samping sang putri.

"Tapi nyonya, saat ini saya sedang memandikan kucing non Aruna. Nanti setelah selesai saya akan langsung belikan," tolak Bi Ainur dengan sopan.

"Nggak ada tapi-tapian! Pokoknya bibi harus belikan sekarang juga! Lagi pula yang menggaji kamu itu saya, bukan Aruna!" Maya menekankan perkataannya, agar pembantunya itu tidak berani membantahnya lagi.

"Tapi, kucing non Aruna bagaimana nyonya? Saya belum selesai memandikannya," Bi Ainur terlihat cemas ketika menatap Lily yang saat ini sedang mengeong karena terkena air.

Diandra yang ingin menjalankan aksinya pun langsung mengambil alih Lily dari tangan Bi Ainur, "Bibi tenang aja, kucing ini biar aku sama mama yang urus. Sekarang lebih baik bibi pergi beliin kue untung kak Haikal!"

"Tapi kan non Diandra nggak terbiasa memandikan kucing, nanti kalo non dicakar gimana?" lontar Bi Ainur yang mengkhawatirkan anak dari majikannya itu.

Maya yang malas menanggapi Bi Ainur pun langsung menarik tangannya dan membawanya keluar dari dalam kamar mandi, "Udah! Bibi nggak usah banyak protes lagi! Sekarang lebih baik cepat pergi belikan kue!"

Bi Ainur menghela napasnya panjang, "Baik nya, saya akan membelinya,"

"Nih uangnya, untuk kuenya pilih yang paling mahal aja," ujar Maya sembari menyodorkan beberapa lembar uang seratusan ke hadapan Bi Ainur.

"Baik nyonya." Jawab Bi Ainur seraya mengambil uang dari tangan Maya.

Bi Ainur pun bergegas pergi, karena toko kue langganan mereka berada cukup jauh dari sana. Sebenarnya di dekat sana juga ada, namun Maya tidak menyukainya karena rasanya yang kurang enak.

Setelah memastikan kepergian Bi Ainur, Maya segera menyusul Diandra yang saat ini masih memegangi Lily di dalam kamar mandi.

.

"Meong... Meong... Meong..."

Lily terus mengeong, seolah-olah ia merasakan apa yang akan terjadi kepadanya. Tadi ia memang mengeong juga, namun tak separah saat ini.

"Ini gimana ma?" rengkek Diandra setelah melihat kedatangan Maya, sembari menjauhkan Lily dari tubuhnya. Ekspresi wajahnya juga menunjukkan dirinya jijik memegang kucing imut itu.

"Kita tenggelamkan saja di air, nanti pasti dia akan mati sendiri," jawab Maya sembari menghampiri sang putri.

"Oke ma."

"Meong... Meong... Meong..."

Lily seperti mengerti jika kedua wanita itu orang yang jahat, ia mencakar, memberontak dan ingin berusaha lari dari sana, namun gagal karena kalah dengan kedua manusia kejam itu.

Maya dan Diandra langsung menenggelamkan kepala Lily ke dalam bak mandi yang sudah terisi oleh air. Mereka terus memegang tubuh Lily, sampai pada akhirnya kucing tersebut sudah tidak bergerak lagi dan barulah mereka melepasnya begitu saja ke dalam bak mandi.

"Akhirnya kuman ini mati juga!" perkataan Maya terdengar sangat angkuh.

"Iya ma. Ayo kita pergi dari sini, keburu Bi Ainur sampai," ajak Diandra yang tidak betah berlama-lama di sana.

"Iya ayo."

Sebelum pergi mereka terlebih dahulu mencuci tangan yang penuh dengan sabun sampai bersih, lalu barulah mereka meninggalkan tempat tersebut. Membiarkan tubuh Lily mengambang begitu saja di dalam bak mandi.

.

Hari sudah hampir pukul sebelas pagi, dan Kania baru saja sampai di butik. Tampilannya juga cukup acak-acakan, dengan mata panda yang menghiasi wajahnya.

"Bu Kania, tadi bu Aruna suruh ibu menemui beliau di ruangannya," ucap Alin yang tidak sengaja melihat kedatangan Kania.

"Iya Lin, terima kasih,"

"Sama-sama bu."

Alin langsung melanjutkan pekerjaannya, karena suasana butik yang cukup ramai. Sedangkan Kania segera pergi ke ruangan Aruna, setelah meletakkan tasnya di meja kasir.

Ceklek...

Kania langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan Aruna. Di sana ia melihat sahabatnya itu sedang sibuk sendiri di depan layar laptop miliknya.

"Ada apa lo suruh gue ke sini?"

Ketika mendengar suara dari Kania, Aruna yang tadinya sibuk dengan laptopnya pun langsung mengangkat wajahnya, "Bu bos siang gini baru datang," cibirnya.

Kania langsung menutup pintu ruangan tersebut, lalu berjalan cepat ke hadapan Aruna. Setelah itu, ia langsung menghempaskan bobot tubuhnya ke kursi yang ada di hadapan sahabatnya itu.

"Gue masih ngantuk banget Na! Tolong dong ngertiin gue," ucap Kania yang kini sudah menutup matanya, dengan kepala yang ia sandarkan ke atas meja di hadapannya.

"Gue juga ngantuk Ni, tapi gue masih bisa bangun pagi karena gue masih punya tanggung jawab di sini. Jangan karena lo sahabat gue lo jadi seenaknya, kasihan sama Alin dan Keisha kalo sikap lo kayak gitu," tutur Aruna yang tidak mau membedakan pegawai di butiknya.

Kania kembali membuka matanya, lalu menghela napas dalam, "Iya deh gue yang salah. Sorry hari ini gue datang terlambat,"

"Oke nggak masalah, tapi lain kali lo nggak boleh ulangi lagi!"

"Iya Aruna! Gue nggak akan ulangi lagi,"

"Hmm... Bagus kalo gitu," jawab Aruna sembari kembali fokus melihat ke layar laptopnya.

"Lo suruh gue datang ke sini cuma buat ini dong Na?"

"Iya, sekarang lo bantuin tuh Alin sama Keisha. Kasihan banyak pelanggan yang datang. Gue masih ada kerjaan di sini, jadinya nggak bisa bantuin mereka," jawab Aruna panjang lebar.

"Yaudah deh gue pergi dulu,"

"Iya."

Akhirnya Kania pun keluar dari ruangan tersebut dengan wajahnya yang malas. Mau tidak masuk pun pasti Aruna akan memarahinya, masuk terlambat juga dimarahi. Serba salah emang jadi dirinya.

.

Ketika Bi Ainur sudah sampai di rumah, ia langsung memasukkan kue yang ia beli ke dalam kulkas, lalu bergegas mencari keberadaan Maya dan Diandra.

"Non Diandra, nyonya Maya, Lily ada di mana ya?"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!