SPIN OFF PENGANTINKU, LUAR BIASA!
Tiger Sebastian, Ketua Mafia yang kejam, ambisius, pekerja keras dan pantang menyerah. Ia selalu bisa mendapatkan apa pun keinginannya dengan cara apa pun. Satu prinsipnya, nyawa harus dibayar dengan nyawa.
Status Cassanovanya harus berakhir karena dipaksa keluarganya menikahi Jihan, wanita yang hamil karena pernah dilecehkannya.
Tiger marah, kecewa namun tak bisa mengelak. Dia sama sekali tidak percaya bahwa itu adalah darah dagingnya. Jihan sudah kehilangan mahkotanya saat Tiger melakukannya.
Sesal membuncah ketika Tiger mengetahui kebenarannya. Namun terlambat, Jihan sudah pergi meninggalkannya. Yang mana, sudah mulai tumbuh benih-benih cinta di hatinya. Dia terus berusaha keras untuk menemukan istrinya.
Di tengah pencarian, Tiger juga mendapat serangan-serangan dari para musuhnya. Hingga tragedi besar terjadi.
Mungkinkah Tiger dan Jihan bisa bersatu kembali menjadi satu keluarga yang utuh? Yuk intip kisah mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24. KETAHUAN
Suara tembakan sekaligus pecahan lampu menggelegar dalam ruangan yang begitu luas itu. Serpihan lampu berhamburan ke lantai setelah dilesakkan satu peluru mengarah ke atas. Tiger bahkan tidak melihat saat menembaknya, namun tembakannya tepat sasaran.
Semua bawahan Tiger hanya memejamkan mata dengan napas tertahan, tanpa ada yang berani bergerak sediki pun. Matanya menatap nyalang. Kini ia mendudukkan tubuhnya di meja. Satu tangannya berkacak pinggang, tangan lainnya masih menggenggam pistolnya.
"Keluar dari barisan sekarang juga!" pekik Tiger menghunuskan tatapan elangnya.
Semua orang yang berpakaian serba hitam itu saling pandang. Karena tidak mengerti dengan maksud ucapan sang boss. Meski bibir mereka mengatup rapat, namun sorot matanya terlihat saling melempar tanya.
"Mau keluar sendiri atau saya paksa?" Tiger menunduk. Ia mengangkat kaki kanannya, ditumpangkan pada paha kiri. Lalu merah sebuah pisau lipat yang selalu ia simpan di balik celananya.
Sebuah pisau kecil, runcing dan terlihat tajam kini dimainkan oleh Tiger dengan tangannya. Manik matanya beralih ke atas. Menatap dua orang yang dia yakini adalah penyusup dari klan musuh. Mereka tampak berusaha menetralkan wajahnya yang terlihat tegang. Tapi hal itu tak lepas dari mata tajam Tiger. Semua terlihat jelas dalam pandangannya.
Dengan gerakan cepat, pisau di tangan Tiger dilempar lurus dengan arah pandangnya. Seketika semua menyingkir. Dan nyaris sekali mengenai pipi salah satu pria yang berdiri di barisan paling belakang. Pria itu sudah memejamkan matanya kuat, ketika mendapat serangan tak terduga. Ia menelan ludahnya dengan berat.
Tiger tersenyum miring, tatapan nyalang masih dia kobarkan pada dua pria yang berdiri bersebalahan. Sontak saja tubuh keduanya menegang. Hampir saja jantungnya lepas dari sarang.
"Kalian berdua!" tunjuk Tiger dengan jari telunjuknya. "Kemari!" lanjutnya melambaikan tangan.
Semua orang lalu mengarahkan pandangan pada dua pria yang masih berdiri membentuk barisan. Padahal yang lain sudah bergeser ke sisi kiri dan kanan. Mereka sudah hafal, jika Tiger melesatkan pisaunya, sudah dipastikan menemukan target buruan atau musuh.
Karenanya semua mata tertuju pada dua orang yang masih berdiri di tengah-tengah. Sehingga bisa ditarik kesimpulan, bahwa keduanya bukan anggota Blackstone.
"Ayolah, saya tidak suka mengulang-ulang perkataan!" ucap Tiger menyugar rambutnya yang sedikit berantakan.
Justru gerakan santai pria itu membuat kedua penyusup semakin meremang walapun masih menegakkan punggung kokoh mereka. Tidak tahu hukuman apa yang akan mereka terima.
Tiger beranjak dari duduknya. Kedua tangan masuk ke saku celana. Langkahnya tenang dan panjang, mengikis jarak dengan dua penyusup itu.
Kepalanya menunduk, melihat ujung kaki yang gemetar. Lalu kembali ke atas dengan tatapan yang siap mengiris-iris mangsanya. Tiger melempar deagle nya, mengangkat kedua tangan, dengan kepala sedikit miring.
"Kalian lihat? Saya sudah membuang senjata. Sekarang, katakan. Apa kalian berasal dari klan Black Blood?" tanya Tiger dengan suara pelan, namun mampu membuat mereka bergidik ngeri. Suara yang keluar dari tenggorokan pria itu terdengar sangat dingin dan mengintimidasi.
Dua orang itu masih mengatupkan bibirnya dengan rapat. Kepalanya menunduk semakin dalam dengan detak jantung yang bergelombang. Seolah mereka adalah tawanan eksekusi mati.
Tidak ada yang menyangka, hanya dipancing sedikit saja, sang boss bisa mengetahuinya. Padahal keduanya sudah bergerak dengan sangat hati-hati tanpa ada satu orang pun yang curiga.
"Apa yang kalian takutkan?" Tiger semakin menggerakkan kepalanya hingga tepat pada mata dua penyusup itu. Tampak sekali sorot ketakutan mereka, Tiger hanya tersenyum miring lalu kembali menegakkan tubuhnya.
"Diamnya kalian sudah menjawab semuanya. Saya tawarkan dua pilihan. Pikirkan baik-baik!" Tiger mengangkat dua jarinya.
Keduanya mengangkat pandangan sedikit, memperhatikan Ketua Blackstone yang berdiri dengan gagah dan tampak menyeramkan di hadapan mereka.
Bersambung~