Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Jejak Bayangan di Lorong Sunyi
Malam mulai larut, tetapi di sudut perpustakaan yang sepi, Keisha, Ryan, Anita, dan Danu masih sibuk menyusun potongan-potongan teka-teki yang semakin membingungkan mereka. Mereka duduk mengitari meja kayu tua yang dipenuhi buku-buku dan catatan. Cahaya lampu meja yang redup menciptakan bayangan di wajah mereka, menambah kesan serius pada diskusi yang sedang berlangsung.
“Kita harus berpikir logis,” ujar Keisha, matanya menelusuri tulisan yang baru saja ia buat di buku catatannya. “Siapapun yang melakukan ini pasti punya motif kuat.”
Ryan menyilangkan tangan di dadanya, ekspresinya masih menyimpan jejak kemarahan. “Gue nggak habis pikir, siapa yang tega melakukan ini? Apalagi ngadu domba kita berdua.”
Danu mengangguk. “Iya, jelas banget mereka pengen lo dan Keisha ribut, Ry. Kalau kita bisa tahu siapa yang paling diuntungkan kalau kalian berantem, mungkin kita bisa nemu pelakunya.”
Anita menopang dagunya, berpikir keras. “Dari semua orang yang kita kenal, siapa yang paling merasa terancam dengan kalian?”
Keisha terdiam sejenak, mengingat kembali momen-momen sebelum semua ini terjadi. “Kalau soal debat, kita tahu ada beberapa orang yang kecewa nggak masuk tim inti. Tapi kalau ini lebih dari sekadar itu… bisa jadi ada sesuatu yang lebih besar.”
Ryan mengangguk pelan. “Kita nggak bisa asal nuduh. Tapi gue nggak akan diam aja.”
Tiba-tiba, suara dentingan terdengar dari sudut ruangan. Mereka semua menoleh ke arah rak-rak buku yang menjulang tinggi. Tidak ada siapa pun di sana, tetapi suara itu terdengar cukup jelas.
“Lo denger itu?” bisik Anita, matanya membesar.
Keisha menahan napas. Jantungnya berdebar kencang. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Danu berdiri perlahan, berjalan mendekati rak-rak buku. “Halo?” panggilnya. Tidak ada jawaban.
Namun, saat Danu hendak berbalik, tiba-tiba sebuah buku jatuh dari salah satu rak dengan suara keras. Semua orang tersentak.
“Gila! Ini mulai nggak masuk akal,” gumam Ryan, melangkah mundur.
Keisha menelan ludah, lalu dengan ragu-ragu mengambil buku yang jatuh itu. Sampulnya berwarna cokelat tua, terlihat usang. Namun, yang lebih mengejutkan adalah sesuatu yang terselip di dalamnya—selembar kertas kecil, sama seperti yang ia temukan di dalam lokernya.
Dengan tangan sedikit gemetar, Keisha membuka kertas itu.
"Berhenti mencari. Semakin dalam kalian menggali, semakin berbahaya."
Hening menyelimuti mereka.
“Ini… udah keterlaluan,” bisik Anita.
Danu menghela napas berat. “Oke. Ini bukan kebetulan. Kita benar-benar sedang diawasi.”
Keisha menatap sekeliling perpustakaan yang sunyi. Ada sesuatu yang mengintai mereka dari dalam kegelapan, dan itu bukan sekadar ancaman kosong.
~
Jejak Misterius di Tengah Malam
Setelah insiden di perpustakaan, Keisha tidak bisa tidur. Pikirannya terus dipenuhi pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban.
Ia memutuskan untuk pergi ke balkon asrama, mencari udara segar. Namun, saat ia membuka pintu kamarnya, langkah kakinya terhenti.
Seseorang telah menyelipkan sebuah amplop di bawah pintunya.
Jantungnya berdegup kencang. Dengan hati-hati, ia mengambil amplop itu dan membukanya.
Di dalamnya hanya ada satu foto—foto dirinya sedang berjalan di lorong sekolah, diambil dari sudut yang tidak ia ketahui.
Di bagian bawah foto itu, ada tulisan tangan kecil: "Kamu terlalu menonjol. Jangan membuat kesalahan."
Keisha menutup mulutnya, menahan napas.
Seseorang benar-benar mengawasinya.
Ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Anita. Tidak butuh waktu lama sebelum sahabatnya itu mengangkat telepon dengan suara mengantuk.
“Kei? Ada apa?”
“Anita… gue baru aja dapet sesuatu. Lo bisa ke balkon sekarang?”
Tidak lama kemudian, Anita sudah berdiri di sebelahnya. Keisha menyerahkan foto itu dengan tangan gemetar.
Mata Anita membesar saat melihatnya. “Ini udah nggak main-main lagi, Kei. Kita harus lapor.”
Keisha menggigit bibirnya. “Tapi ke siapa? Kalau ini berhubungan sama orang-orang yang punya kekuasaan di sekolah, kita malah bisa dalam bahaya.”
Anita menghela napas, mengusap wajahnya. “Lo bener sih… tapi kita nggak bisa diem aja.”
Keisha menatap langit malam. Bintang-bintang masih berkelap-kelip di atas sana, seolah tak peduli dengan apa yang sedang terjadi di dunia di bawahnya.
Ia tahu satu hal—ini belum selesai.
~
Mencari Jawaban
Keesokan harinya, Keisha dan Ryan sepakat untuk mencari tahu lebih jauh. Mereka mulai bertanya-tanya pada beberapa siswa lain, mencoba mengumpulkan informasi tentang siapa saja yang mungkin memiliki dendam atau alasan untuk mengganggu mereka.
Di sela-sela penyelidikan kecil mereka, Ryan mendekati Keisha dan berbisik, “Ada satu orang yang mencurigakan.”
Keisha menoleh. “Siapa?”
Ryan mengarahkan pandangannya ke arah sudut ruangan, tempat seorang siswa bernama Adrian duduk sendirian.
“Adrian?” Keisha mengernyit.
Ryan mengangguk. “Dia termasuk salah satu kandidat kuat yang gagal masuk tim inti. Tapi ada yang lebih aneh—gue dengar dia sering ngobrol sama salah satu senior yang punya banyak koneksi.”
Keisha mengingat-ingat. Adrian memang jarang berbicara dengan mereka, tetapi ia selalu tampak mengamati dari kejauhan.
“Lo pikir dia ada hubungannya sama ini?” tanya Keisha.
“Belum pasti, tapi kita bisa cari tahu,” jawab Ryan.
Danu, yang ikut mendengar percakapan mereka, menyela, “Gue bisa coba cari tahu dari anak-anak lain. Mungkin ada yang tahu sesuatu.”
Keisha mengangguk. “Oke. Kita harus tetap hati-hati.”
Saat itu juga, bel berbunyi, menandakan jam pelajaran akan dimulai. Namun, saat mereka beranjak menuju kelas masing-masing, Keisha merasa ada sesuatu yang mengawasinya lagi.
Ia menoleh sekilas ke belakang.
Di ujung koridor yang sepi, seseorang berdiri. Sosok itu memakai hoodie hitam dan tampaknya sengaja menyembunyikan wajahnya.
Keisha menahan napas.
Saat ia berkedip, sosok itu sudah menghilang.
Namun, perasaan mencekam itu tetap ada.
~
Kesimpulan Sementara
Malam itu, Keisha menuliskan semua yang telah mereka temukan di sebuah jurnal kecil. Ia merasa bahwa ia, Ryan, Anita, dan Danu sudah semakin dekat dengan kebenaran.
Tapi di sisi lain, ancaman semakin nyata.
Seseorang mengawasi mereka.
Seseorang tidak ingin mereka menemukan jawaban.
Namun, Keisha tahu satu hal:
Ia tidak akan mundur.
Tidak sekarang.
Tidak setelah semua yang telah terjadi.
Dan siapa pun yang bermain dalam bayangan, cepat atau lambat, akan terungkap.