Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penawaran
"Saya tidak pernah merubah keputusan Nyonya. Sebaiknya andalah yang merubah niat anda. Jika anda mencoba mencelakai Anastasya, maka anda akan berhadapan dengan saya." Ancam Austin.
Sekarang Austin sudah bisa menebak jika perempuan yang ada di hadapannya akan melakukan apa pun untuk mendapatkan keinginannya, termasuk menyerahkan tubuhnya.
Kanaya tidak membalas ucapan Austin. Ia segera mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan yang membuatnya jengah.
Saat di depan lift, ia bertemu dengan Jack yang kebetulan akan ke lobby.
"Bagaimana Nyonya? Sudah bicara dengan Tuan Austin?" Tanya Jack melihat wajah kesal Kanaya.
"Katakan pada bos kamu yang sombong itu. Aku juga tidak mau bekerja sama dengannya." Kesal Kanaya.
Lift terbuka kemudian mereka berdua masuk.
"Hehehe, Memang susah bekerja sama dengan Tuan Austin jika bukan dia sendiri yang menginginkannya." Kekeh Jack.
"Heh, Dia pikir dia itu sangat hebat! menolak penawaran ku!" Kanaya mencibir.
"Emangnya kerjasama yang seperti apa yang anda tawarkan padanya?" Tanya Jack.
"Hanya memisahkan Anastasya dengan suamiku Damian." Ungkap Kanaya.
"Hahaha, Tuan Austin tidak akan melakukan hal rendahan seperti itu. Jika dia menginginkan sesuatu, dia akan mendapatkannya dengan caranya sendiri, tanpa harus merendahkan harga dirinya." Jelas Jack mengejek.
Kanaya mendengus kesal, baru kali ini bertemu dengan pegawai yang hampir sama sombongnya dengan bosnya.
"Sampai Jumpa Nyonya Damian."
Jack segera melangkah meninggalkan Kanaya yang masih tertegun di dalam lift.
"Brengsek!"
Ia segera keluar sebelum lift kembali tertutup lalu berjalan menuju mobilnya.
"Baiklah, kalian akan liat apa yang gw bisa lakukan ke Tasya." Monolog Kanaya di dalam mobil sambil mengepalkan kedua tangannya di setir mobil.
..............
Anastasya bangun dari tidurnya, cacing di perutnya mulai berdemo minta di isi, ia segera beranjak dari tempat tidur. Niat awalnya hanya pura-pura tidur agar Damian tidak melampiaskan nafsunya. Malah dia tertidur dengan pulas.
Ia berbalik melihat wajah Damian yang sedang memeluk pinggang rampingnya. Ditatapnya wajah Damian dengan lekat, tangannya menelisik setiap inci wajah Damian dengan lembut, tiba-tiba saja wajah Austin yang ia lihat, 'Gila! kenapa aku mengingatnya?' Umpatnya dalam hati. Anastasya segera menarik tangannya, dengan perlahan membuka selimut dan meringsut turun dari tempat tidur.
"Mbok, aku sangat lapar... masih ada makanan nggak?" Tanya Anastasya.
"Nyonya tunggu aja di kursi, Mbok akan buatkan nasi goreng spesial untuk menyambut kedatangan Nyonya." Semangat Mbok Siti yang sangat senang karena Anastasya ternyata masih hidup.
"Makasih mbok." Anastasya mengambil buah Appel di kulkas lalu duduk di kursi. Ia langsung memakannya sambil menunggu Mbok Siti membuat nasi goreng untuknya.
"Mbok, selama nggak ada aku apa aja yang terjadi di rumah ini?" Tanya Anastasya.
Mbok Siti diam ia takut bicara karena ada Weni di dalam kamarnya.
"Nggak usah jawab Mbok, aku ngerti." Ujar Anastasya.
Tidak lama kemudian nasi goreng buatan Mbok Siti selesai. Ia meletakkan di depan Anastasya kemudian Anastasya mencobanya.
"Enak banget Mbok, aku sangat rindu masakan mbok." Ujar Anastasya.
"Kalo gitu di nasi gorengnya di habiskan Nyonya." Mbok Siti paling senang jika ada yang memuji makanan buatannya.
Setelah makan Anastasya kembali ke kamarnya. Ia menghela napas panjang sebelum masuk ke dalam kamar.
Di dalam Damian sudah mandi dan memakai pakaian casual rumahan ala Damian. Celana pendek dan baju kaos warna hitam.
"Kamu dari mana?" Tanya Damian.
"Makan." Singkat Anastasya.
"Kenapa lama?"
"Tunggu Mbok Siti buatin nasi goreng."
Anastasya duduk di sisi tempat tidur. Ia menghela napas panjang sebelum bicara. Ia menatap Damian lekat yang kini duduk di sampingnya.
"Mas kita perlu bicara." Anastasya membuka pembicaraan.
"Bicaralah, aku mendengar mu." Damian tersenyum menatap Anastasya.
"Kenapa mas membohongiku?" Tanya Anastasya.
"Bohong apa?"
"Jangan mengelak lagi mas! aku sudah mengingat semuanya."
Deg!
Damian tersentak dia sempat melupakan masalah yang ia buat karena terlalu senang Anastasya kembali. Ia baru sadar ternyata ingatan Anastasya sudah kembali.
"Andai saja gw nggak datang pada waktu itu, mungkin kamu akan membohongiku seumur hidup."
Air mata Anastasya mulai menetes jatuh tak tertahan. Dengan susah payah ia menahannya namun keluar begitu saja tanpa ia sadari.
"Tidak sayang, tidak seperti itu." Elak Damian.
"Emang seperti itu kenyataannya kan? Kamu menikah dengan wanita lain dan memiliki anak."
"Maafkan aku sayang..! aku melakukannya demi Mama. Mama mengancam akan bunuh diri jika aku tidak menikahi Kanaya saat itu juga." Sesal Damian karena tidak bisa menolak permintaan Mamanya.
"Kenapa kamu nggak menolak? Kan sudah ada aku, istrimu."
"Karena kamu nggak bisa berikan aku keturunan dan cucu untuk Mama. Makanya Mama memaksaku."
Deg!
Anastasya tersentak, Ucapan Damian sangat tajam menyayat Hatinya. Sebagai seorang wanita dia memang tidak sempurna, tapi menurutnya itu butuh proses karena pernikahannya baru beberapa tahun.
"Hikss, hikss, Ucapan mu sangat menyakitkan Mas! Itu di luar kuasaku, Jika Tuhan belum memberi kita anak, mungkin Tuhan sedang menguji kita, Tuhan ingin kita lebih bersabar lagi, tapi... kamu tidak bisa menunggu, hikss, hikss." Tangis Anastasya semakin sendu. Damian tidak tega melihat ia berusaha ingin mendekap Istrinya namun Anastasya segera menepisnya.
"Maafkan aku." Lirih Damian.
"Hikss, hikss, Jika tanganmu sudah tidak bisa menggenggam ku lagi, lepaskan aku mas. Seandainya kamu bilang sebelum menikah dengan Kanaya, mungkin aku tidak sesakit ini. Satu Tahun lebih kamu membohongi ku, hingga Aku sendiri yang mengetahuinya, Rasanya sakit, sakit...!" Anastasya memegang dadanya menunjukkan betapa sakit hatinya di dalam sana.
"Maafkan aku sayang, aku mencintai kamu. Aku janji nggak akan bohong lagi." Damian mencoba menggenggam tangan Anastasya
"Jika kamu mencintaiku kamu nggak akan bohong padaku Mas." Bentak Anastasya dengan sorot mata tajam.
"Maafkan aku sayang..! aku melakukan ini karena aku sayang padamu, aku nggak sanggup melihatmu menangis, aku nggak mau kehilangan kamu." Bujuk Damian.
"Kamu sudah kehilangan aku saat kamu menikahinya Mas!" Lirih Anastasya.
"Tidak sayang jangan ngomong seperti itu, aku terpaksa menikahinya." Sesal Damian.
"Kalo seperti itu, tinggalkan dia mas, ceraikan Kanaya. Aku nggak mau berbagi suami dengan wanita lain." Ujar Anastasya menghapus air matanya.
"Nggak mungkin Tasya, Aku nggak bisa menceraikannya karena Radit dan Mama." Lirih Damian.
"Kamu sangat egois Mas! Kalo begitu, ya udah aku yang pergi." Anastasya melepaskan genggaman tangan Damian.
"Tidak sayang, tempat mu di sini, di samping ku, aku butuh kamu sebagai istriku. Aku bersama Kanaya hanya demi Radit. Hati dan pikiranku hanya padamu." Damian kembali memegang tangannya.
Anastasya menghela napas, perdebatan ini seolah tak ada ujungnya, "Aku perlu waktu untuk menata hati aku mas." Anastasya meninggalkan Damian.
Ia keluar kamar menuju taman belakang dan duduk di kursi. Ia butuh udara segar untuk menenangkan pikirannya. Jika dulu ia terluka karena Weni yang sering melemparkan kata-kata pedas untuknya, ada Damian yang selalu memeluknya, kini tidak ada lagi tempatnya bersandar.
Mbok Siti yang melihat Anastasya berlari menuju taman sambil menangis, sangat kasihan padanya. Dulu dia paling senang jika Anastasya bermanja pada Damian. Tapi sekarang, mungkin hanya akan ada tangis di rumah itu.
.
.
.
Bersambung....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏