Mencintai seseorang merupakan suatu fitrah yang berasal dari diri sendiri. Bentuk ungkapan kasih sayang terhadap lingkungan, benda maupun antar manusia. Tidak ada yang melarang jika kita mencintai orang lain, namun apa jadinya jika perasaan itu bersemi dan melabuhkan hati kepada seseorang yang sudah memiliki pasangan?
Ameera Chantika, seorang mahasiswa semester akhir berusia 21 tahun harus terjebak cinta segitiga dimana ia menjadi orang ketiga dalam sebuah hubungan rumah tangga. Ia mencintai seorang pria bernama Mark Pieter.
Akibat sebuah kecelakaan, memaksa gadis itu menerima pertanggung jawaban dari Mark seorang pria yang sudah merenggut kesuciannya. Hingga suatu hari Ameera mendapati sebuah kenyataan pahit yang membuatnya harus ikhlas menjadi istri kedua tanpa dicintai suami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKU BAIK-BAIK SAJA
Stevanie dan Mark kembali ke kursi tunggu berwarna hitam yang diletakan di depan poli kandungan. Di sana sudah ada sekitar enam pasang suami-istri yang mengantri untuk melakukan konsultasi dengan Dokter Maria. Ada yang tengah hamil tua, diperkirakan usai kandungan tujuh bulan bahkan ada juga pasangan muda yang sepertinya berencana melakukan program hamil.
Bola mata Mark menatap sosok pasangan suami istri sedang menunggu di kursi antrian tak jauh darinya. Si istri diperkirakan sedang hamil, usia dua puluh minggu dan tiba-tiba saja Mark teringat Ameera.
"Bukankah kemarin malam aku berencana mendiskusikan nasib Ameera, mengapa bisa lupa!" Mark menepuk keningnya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Stevanie.
"Tidak apa-apa, aku hanya melupakan sesuatu."
"Melupakan apa?"
Melupakan Ameera, aku berencana mendiskusikannya bersamamu Vanie, namun semalam kamu malah mengajakku bercinta hingga membuatku melupakan Ameera.
Ingin rasanya Mark mengucapkan semua kalimat di atas tapi ia urungkan karena waktunya kurang pas apalagi mereka berada di tempat umum, mungkin akan ada pertengkaran jika Stevanie tidak mampu mengontrol emosi.
"Pekerjaan," jawab Mark singkat.
"Kamu selalu memikirkan pekerjaan, untuk hari ini lupakan semua urusan pekerjaan fokuslah dengan rencana kita memiliki anak," Stevanie bergelayut manja di lengan Mark.
Seolah-olah ia ingin memamerkan kemesraan kepada semua orang bahwa pria tampan setengah bule ini adalah suaminya dan tak boleh ada seorangpun mendekati miliknya.
"Baik," ucap Mark seraya mengelus lembut rambut Stevanie.
"Nyonya Stevanie Pieter!" terdengar seorang perawat berseragam merah jambu memanggil nama Stevanie dari ambang pintu ruang pemeriksaan.
Stevanie dan Mark menoleh bersamaan ke sumber suara. Wanita itu berdiri dibantu suaminya dan berjalan masuk ke ruang pemeriksaan.
"Selamat pagi dokter!" sapa Mark ramah.
"Selamat pagi Nyonya dan Tuan Mark," Dokter Maria membalas sapaan Mark dengan tersenyum.
Mark menutup kembali pintu ruangan dan berjalan duduk di kursi yang sudah disediakan. Mark dan Stevanie duduk bersisiran.
"Baru pertama kali mengikuti program hamil?"
"Benar dokter, saya ingin cepat hamil. Bagaimana caranya?" tanya Stevanie tanpa basa basi.
"Ternyata sikap Nyonya Muda Pieter sungguh arogan," ucap Dokter Maria dalam hati.
"Vanie!" Mark mencoba memperingatkan istrinya.
"Ada apa? Memang aku salah mengatakan bahwa ingin cepat punya anak?" tanya Stevanie tanpa rasa bersalah.
Melihat sepasang suami istri saling menatap tajam, Dokter Maria segera melerai dengan menanyakan informasi awal sebagai acuan dalam memberikan treatment untuk Stevanie.
"Nyonya Stevanie, kalian sudah berapa lama menikah?"
"Tiga tahun."
"Siklus haid teratur?"
"Teratur."
"Selama ini jika Anda berhubungan menggunakan pengaman?"
"Iya dokter, suami saya biasanya menggunakan pengaman yang terbuat dari karet terkadang mengeluarkannya di luar."
"Nyonya pernah mengkonsumsi pil kontrasepsi?"
"Tidak!" jawab Stevanie singkat.
"Sering melakukan hubungan badan setelah siklus haid selesai?"
"Jarang karena saya sibuk pemotretan."
Dokter Maria mencatat semua informasi yang di dapat ke dalam sebuah buku catatan medis.
"Ya sudah, mari kita USG dulu."
"Semua pakaian dari bagian pinggang kebawah tolong dilepas kemudian jika sudah, segera berbaring disini." Seorang asisten dokter memberikan arahan kepada Stevanie.
Setelah melakukan semua arahan dari asisten dokter, kini Stevanie berbaring diatas bed khusus dengan kedua kaki ditekuk sehingga kaki terbuka lebar (mengangkang). Kemudian Dokter Maria memasukan sebuah alat transduser sepanjang 2-3 inci ke dalam daerah kewanitaan Stevanie yang telah diolesi pelumas sebelumnya.
"Sejauh ini semuanya normal. Daerah kewanitaan, rahim, saluran telur, indung telur dan leher rahim dalam kondisi baik." Dokter Maria terlihat serius memperhatikan layar monitor sesekali merubah arah transduser sehingga seluruh organ dalam pasien diamati dan tidak ada yang terlewatkan.
"Baik nyonya, pemeriksaannya sudah selesai." Dokter Maria meninggalkan Stevanie dan segera menuju kursinya semula.
Di kursi sudah ada Mark yang sedang menunggu dengan harap-harap cemas.
Sementara Stevanie merapikan kembali pakaiannya.
"Bagaimana dokter?"
"Semuanya dalam keadaan normal, tuan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Syukurlah," Mark menghela napas lega.
"Saran saya, sebaiknya Anda juga melakukan pemeriksaan cek spe*ma bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas spe*ma yang keluar saat ejaku*lasi."
Untuk apa aku melakukan pemeriksaan tersebut, jika aku tidak sehat mana mungkin Ameera hamil padahal kami baru sekali melakukannya dan itupun dalam keadaan pengaruh obat perang*ang tapi istri keduaku langsung hamil. Itu artinya aku pria sehat. (Mark).
"Nyonya dan Tuan jika ingin segera memiliki keturunan sebaiknya melakukan hubungan intim saat terjadi ovulasi atau ketika masa subur, perbanyak makan buah dan sayur, hindari stress dan saya akan membuatkan resep untuk membantu mengoptimalkan program hamil yang Anda lakukan."
Mark dan Stevanie saling melirik, rona kebahagaiaan terpancar dari wajah keduanya. Harapan untuk segera memiliki keturunan akhirnya di depan mata.
Mark sangat bersyukur akhirnya Stevanie mengabulkan keinginannya untuk memiliki anak, buah cinta mereka. Selama tiga tahun menikah, pria itu sering bermimpi menimang seorang bayi kecil, mungil dan memiliki wajah mirip dengannya dan kini mimpinya akan menjadi kenyataan.
Raut wajah pria itu seketika berubah saat membayangkan sebentar lagi akan ada malaikat kecil dalam rahim Stevanie. Ia teringat Ameera dan bayinya.
"Bagaimana nasib Ameera dan bayinya jika Stevanie hamil?"
"Aku tidak bisa menelantarkan mereka berdua, bagaimanapun bayi itu adalah darah dagingku. Ia hadir ke dunia akibat kesalahanku," gumamnya.
"Secepatnya aku harus mengambil keputusan. Ya, aku harus segera berdiskusi dengan Stevanie!"
***
|| PT Indah Sentosa ||
"Ameera," panggil Joe saat ia melihat Ameera membawa tumpukan berkas dari dalam lemari arsip.
"Ya Tuan, Anda membutuhkan sesuatu?" jawab Ameera. Kedua tangannya masih membawa tumpukan berkas.
Joe melihat Ameera kesusahan tak tega akhirnya mengambil alih pekerjaan gadis itu dan meletakannya di atas meja.
"Kamu sedang hamil muda, tidak boleh terlalu lelah."
"Tapi Tuan...."
"Tidak ada tapi-tapi!"
"Oh ya, kamu temani saya bertemu klien dan berkas ini biarkan Naomi yang mengurusnya."
"Tuan, bukannya Anda dan Tuan Mark yang akan menemui Pak Suryo mengapa saya harus ikut?"
"Karena Tuan Mark cuti hari ini."
"Cuti!"
"Dia ke rumah sakit."
"Keadaan Tuan Ibrahim semakin memburuk? Atau Tuan Mark sakit? Saya harus segera ke ruma sakit, Tuan Mark pasti membutuhkan seseorang untuk menemaninya!" nampak Ameera mencemaskan keadaan mertua dan suaminya.
"Stop Meera!"
Joe menyentuh bahu Ameera dan kini posisi keduanya berhadapan.
"Tuan Ibrahim dan Tuan Mark baik-baik saja."
"Tapi...."
"Tapi apa Tuan?"
Joe mengumpulkan kekuatan untuk menyampaikan kabar sesungguhnya pada Ameera, ia yakin kabar ini pasti akan menyakiti perasaan gadis itu.
"Mark mengantarkan Stevanie ke dokter kandungan dan mereka berencana mengikuti program hamil."
Ameera nampak terkejut mendengar kabar itu, kini ia sudah mengetahui keputusan apa yang akan diambil oleh Mark. Harapan gadis itu untuk mendapatkan pengakuan dari suaminya pupus sudah.
"Meera, apa kamu baik-baik saja? Perlu saya antar ke dokter?" tanya Joe saat melihat wajah Ameera pucat bagaikan mayat.
"Saya baik-baik saja Tuan," Ameera tersenyum getir.
Gadis itu berlalu, meninggalkan Joe sendirian di dalam ruangan, ia berjalan mengikuti langkah kaki tanpa memperhatikan tatapan aneh orang-orang yang menatapnya. Ia berjalan hingga sampai di depan pintu toilet wanita, meraih handle pintu, menguncinya rapat dan menumpahkan isi hatinya lewat tangisan.
"Nak, mulai detik ini kamu hanya akan memiliki mama!" ucap Ameera seraya mengangkat tangan dan mengelus perutnya.
Jangan lupa likenya ya Kak. ❣
Untuk hari ini author update 1 episode, insya Allah besok double update seperti biasa. 😊
"Selamat Menikmati"