Demi membiayai operasi ayahnya yang terkena serangan stroke, Cleantha terpaksa meminjam uang pada rentenir. Ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan untuk membayar hutangnya itu. Namun kenyataan berkata lain. Cleantha gagal mendapatkan pekerjaan dan malah bertemu dengan seorang lelaki misterius dalam sebuah kecelakaan. Lelaki itu memaksanya untuk menjadi isteri kedua sebagai ganti rugi atas kerusakan mobilnya.
Karena ketakutan, Cleantha menolak permintaan lelaki itu dan melarikan diri. Tapi takdir membawanya kembali bertemu dengan lelaki itu, melalui sebuah ajang kompetisi wanita untuk memenangkan hadiah seratus juta.
Cleantha yang keluar sebagai pemenang, dipaksa menjadi isteri kedua Raja Adhiyaksa di atas sebuah perjanjian. Akankah Cleantha mampu menjalani hidup sebagai isteri bayaran, yang hanya dijadikan alat pembalasan dendam oleh Raja atas pengkhianatan isteri pertamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 Jebakan Zevira (Part 1)
"Terima kasih, Tuan," ucap Cleantha sangat bahagia.
Cleantha masih belum percaya jika Raja berbaik hati memberikan pekerjaan padanya. Rasanya ia bagai mendapat durian runtuh dalam waktu semalam.
"Sembuhkan dulu kakimu. Setelah itu kamu baru bisa bekerja. Nanti di kantor jangan mengatakan kepada siapapun kalau aku adalah suamimu. Rahasiakan hubungan kita."
"Apa saya harus berpura-pura tidak mengenal Tuan?"
"Iya, itu lebih baik. Bersikaplah profesional di kantor. Aku tidak suka memiliki karyawan yang mencampurkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Jangan sia-siakan kesempatan yang aku berikan padamu."
"Saya berjanji tidak akan mengecewakan Tuan. Saya pasti bekerja dengan giat."
Setelah berkata demikian, Raja berlalu untuk membersihkan dirinya.
Sementara Cleantha membaringkan dirinya di atas kasur yang empuk.
Malam ini adalah pertama kali ia tidur di kasur Raja dan meninggalkan sofa yang biasa menjadi tempat tidurnya.
Saat mengistirahatkan diri, Cleantha baru merasakan letih di tubuhnya. Namun, ia tidak mempedulikan rasa lelahnya karena perasaannya sedang berbunga-bunga.
Tidak lama lagi impiannya untuk bekerja di perusahaan leasing akan terwujud. Dan semua itu bisa terjadi berkat bantuan Raja.
" *Akhir-akhir i*ni Tuan Raja sangat baik padaku. Aku tidak boleh mengganggunya lagi dengan kelakuan konyolku. Aku masih bisa memakai cara lain untuk menjauh darinya,"
gumam Cleantha.
Sebelum Raja selesai mandi, Cleantha menyusun bantal di bagian tengah untuk menghindari kontak fisik dengan Raja. Ia juga memakai baju tidur lengan panjang dan celana semata kaki, agar tidak ada bagian tubuhnya yang terekspos.
Saat Raja membuka pintu kamar mandi, Cleantha buru-buru menarik selimutnya. Ia memiringkan tubuh menghadap ke dinding. Berharap Raja tidak akan menghiraukan keberadaannya.
Dalam hati Cleantha bersyukur karena kamar itu menggunakan pendingin ruangan. Jika tidak, ia pasti akan berkeringat karena memakai baju lengan panjang ditambah selimut yang tebal.
Di bagian kasur yang lain, Cleantha merasakan gerakan Raja yang membaringkan tubuhnya. Nampaknya pria itu ingin segera tidur dan tidak berminat untuk memperhatikannya.
"Kenapa kamu tidak makan snack atau bermain ponsel sebelum tidur? Apa kamu melupakan hobi burukmu itu?" tanya Raja tiba-tiba.
"Saya sudah ngantuk, jadi tidak ingin makan lagi. Maaf saya tidur duluan, Tuan," ucap Cleantha tetap memalingkan wajahnya.
Raja tidak melanjutkan pertanyaannya. Ia menatap susunan bantal yang dibuat Cleantha untuk memisahkan mereka. Seulas senyum terbentuk di bibir Raja. Ia tahu istri mudanya itu masih trauma atas kejadian di bulan madu mereka.
"Dia masih takut aku akan berbuat macam-macam padanya. Aku tidak memahami karakter gadis ini. Kadang dia tampak pemberani, bersikap sembarangan dan suka memberontak. Tapi kadang dia berubah lembut, rapuh dan penakut. Apa dia memiliki kepribadian ganda?"
gumam Raja sembari memejamkan matanya.
...****************...
Keesokan paginya, Cleantha bangun lebih awal dari Raja. Namun ia tidak berani mandi duluan karena takut Raja akan marah padanya.
Cleantha hanya duduk di tepi tempat tidur, menunggu hingga Raja terbangun.
"Clea, kamu sudah bangun dari tadi?"
"Iya, Tuan."
"Kenapa tidak membangunkan aku dan malah melamun seperti itu? Kelakuanmu memang seperti anak kecil," gerutu Raja turun dari tempat tidur.
"Mana berani aku membangunkanmu. Kamu bisa menelanku hidup-hidup,"
batin Cleantha di dalam hati.
"Daripada kamu tidak punya pekerjaan, lebih baik siapkan baju kerja untukku."
Perintah dadakan dari Raja membuat Cleantha tercengang.
"Saya menyiapkan baju untuk Tuan?"
"Iya, kalau bukan kamu siapa lagi? Pilihlah dengan benar," ujar Raja melewati Cleantha.
Selepas Raja pergi, Cleantha bergerak menuju ke lemari baju suaminya.
Ia membuka isi lemari dan melihat sederet setelan kerja yang tergantung di dalamnya. Semua bagus-bagus dan terlihat mahal.
"Baju mana yang harus kupilih? Aku tidak tahu selera berpakaian Tuan Raja. Tapi seharusnya yang ada di lemari ini semua baju kesukaannya."
Cleantha coba mengingat-ingat baju apa yang dipakai Raja kemarin.
"Kalau tidak salah Tuan Raja kemarin memakai jas biru tua, mungkin dia lebih menyukai warna-warna gelap."
Sambil memilah baju-baju itu, Cleantha menjadi bimbang.
Tugas yang diberikan Raja pagi ini sama saja dengan tugas seorang istri kepada suaminya. Entah karena terbawa suasana, Cleantha merasa berperan sebagai istri sungguhan. Dan tentu saja hal ini harus dihindarinya.
Sambil berpikir, Cleantha mencari cara agar Raja tidak menyuruhnya lagi di kemudian hari.
Tiba-tiba saja tatapan Cleantha terpaut pada sebuah setelan yang lebih mencolok daripada yang lain. Jas berwarna biru langit.
Setelah menimang-nimang, Cleantha memutuskan untuk memilih jas itu.
"*I*ni warnanya paling terang. Mungkin saja Tuan Raja kurang menyukainya. Jika aku mengambilkan jas ini, dia pasti menganggapku bodoh dan tidak akan menyuruhku lagi,"
pikir Cleantha puas dengan ide cemerlangnya.
"Clea, antar bajuku kesini," teriak Raja sambil membuka setengah pintu.
"Iya, Tuan."
Cleantha buru-buru menyerahkan baju pilihannya ke tangan Raja, tanpa memandang ke arah dalam.
Selang beberapa menit, pria itu keluar dengan ekspresi ganjil.
"Kenapa kamu memilihkan warna ini untukku? Aku sudah lama tidak memakainya," tanya Raja tampak tidak nyaman.
Harus diakui penampilan Raja memang sangat berbeda. Namun dengan mengenakan warna yang cerah, pria itu terlihat lebih muda dan segar.
"Maaf, jika Tuan tidak suka saya akan mengambilkan baju yang lain."
Raja menatap sejenak pantulan dirinya di cermin.
"Tidak usah. Akan membuang waktu jika aku harus berganti baju," ucap Raja berjalan ke arah pintu.
Melihat reaksi Raja yang biasa saja, Cleantha merasa kecewa. Ide briliannya ternyata tidak berjalan lancar sama sekali.
Sebelum pergi, Raja berbalik sebentar untuk memperingatkan Cleantha.
"Jangan melakukan tindakan yang sama seperti kemarin. Aku akan mengawasimu," tegas Raja.
...****************...
Zevira menunggu hingga Raja berangkat ke kantor. Ia menghampiri Cleantha yang duduk sendirian di meja makan.
"Clea, apa sarapanmu sudah selesai?"
"Sudah, Kak," jawab Cleantha menghabiskan sisa jusnya.
"Ini daftar menu makanan yang aku sukai. Hari ini kamu bisa mulai memasak untukku," ucap Zevira meletakkan secarik kertas di atas meja.
"Maaf, saya...tidak bisa memasak lagi untuk Kak Vira," jawab Cleantha merasa tidak enak hati.
"Kenapa? Kamu dilarang oleh Raja?"
"I..iya Kak."
"Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Raja. Seharusnya dia berterimakasih padaku. Setidaknya keberadaanmu disini ada gunanya, daripada kamu diam dan tidak mengerjakan apapun. Lalu apa yang mau kamu lakukan sekarang, Clea?"
"Tuan Raja menyuruh saya bekerja di perusahaannya Senin depan."
Sorot kedengkian terpancar dari mata Zevira.
"Kamu akan bekerja di bagian mana?"
"Di divisi finance, Kak, sesuai pendidikan saya."
"Kalau begitu aku akan memberikan hadiah untuk merayakan pekerjaan barumu."
"Saya rasa itu tidak perlu, Kak."
"Jangan tolak hadiahku, Clea. Aku turut senang karena kamu mendapatkan pekerjaan. Aku akan mengajakmu berbelanja ke Mall lalu kita makan bersama di kafe.
"Kak, tapi..."
"Tenanglah, Raja tidak akan keberatan jika aku mengajakmu berjalan-jalan. Bersiap-siaplah, Clea. Jam sebelas kita berangkat."
Bi Dewi yang mendengar perkataan Zevira menjadi keheranan.
"Nyonya, kenapa Anda repot-repot mengajak gadis itu berbelanja?" tanya Bi Dewi setelah mengantar Zevira ke kamarnya.
"Karena aku punya sebuah rencana yang bagus untuk Cleantha. Aku tidak menyangka gadis itu mampu menarik perhatian Raja. Buktinya Raja begitu melindunginya bahkan memberikan pekerjaan untuknya. Jadi, aku harus bertindak cepat sebelum Raja semakin terpikat pada istri mudanya."
"Rencana apa yang mau Anda lakukan, Nyonya?"
"Aku akan membuat image Cleantha buruk di mata Raja, sekaligus memberikan sedikit pelajaran pada gadis itu. Nanti aku memerlukan bantuan darimu, Bi Dewi."
"Bantuan apa, Nyonya?"
Zevira membisikkan sesuatu ke telinga pelayan setianya itu.
"Apa kamu mengerti, Bi Dewi?"
"Iya, Nyonya. Akan saya lakukan sesuai perintah Anda."