Nanda Afrilya adalah seorang gadis yang berusia 21 tahun yang dibesarkan di sebuah panti asuhan. Ia terpaksa menikah dengan seorang pria yang tak dikenalnya sebagai bayaran pada orang kaya yang telah memberikan hunian baru pada warga panti karena panti asuhan tempatnya dibesarkan telah digusur.
Ia pikir dengan menikah, ia akan meraih kebahagiaan, namun yang terjadi justru sebaliknya. Hidupnya yang sejak kecil sudah rumit, malah makin rumit sebab ternyata ia merupakan istri kedua dari laki-laki yang telah menikahinya tersebut.
Lalu bagaimanakah ia menjalani kehidupan rumah tangganya sedangkan ia hanyalah seorang istri yang tak diinginkan?
Mampukah ia bertahan?
Atau ia memilih melepaskan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch24 Dekapan hangat
Kini Nanda, Gathan, dan Afi telah berdiri di depan pintu masuk bioskop. Gathan menarik tangan Nanda menuju loket pembelian tiket tanpa mempedulikan Alfi yang wajahnya sudah sangat masam.
"Mau nonton apa?" tanya Gathan seraya melihat daftar film yang ditayangkan hari itu.
"Kayaknya yang bergenre horor asik tuh, mas." ucap Nanda antusias. Sudah sejak lama ia ingin merasakan sensasi menonton film horor di bioskop yang katanya bisa meningkatkan adrenalin berkali lipat dibanding nonton di tv. Apalagi di tv sering terjeda iklan membuat sensasi menonton tidak mengasikan. Sedangkan di bioskop, bisa nonton tanpa terjeda iklan. Belum lagi layarnya super gede dengan soundsystem yang mumpuni membuat penonton seakan masuk ke dunia yang ada di film itu.
"Serius? Yakin nggak bakalan takut?" tanya Gathan dengan mata memicing.
Nanda menggigit bibirnya ragu. Sebenarnya ia bukan penakut, tapi kadang saat menonton film horor ia suka terkejut apalagi saat hantunya mendadak muncul, itu bisa tiba-tiba menjerit.
Gathan yang melihat Nanda terdiam sambil menggigit bibir tentu dapat menebak kalau sebenarnya gadis yang telah menjadi istrinya itu agak ragu. Ia menyeringai tipis dan tanpa bertanya lagi ia langsung memesan 2 tiket.
"Bang, nggak beliin sekalian gue?" tanya Alfi berdecak kesal saat melihat Gathan hanya membeli 2 tiket.
Gathan melirik Alfi sekilas, "Beli sendiri." tukasnya datar membuat bibir Alfi mengerut rasanya ingin mengumpat.
"Yang ajak Nanda nonton itu gue bang, bukan Abang. Kenapa Abang yang sok dominan di sini." kesal Alfi.
"Karena aku suaminya." jawabannya acuh nan datar. Tak peduli Alfi sudah berdecak kesal hingga berkali-kali.
Lalu Alfi pun segera membeli tiket untuk dirinya. Alfi pun melihat tiket milik Nanda dan ia tersenyum lebar saat tau tempat duduknya bersebelahan.
"Nda, beli popcorn yuk!" ajak Alfi.
"Ah, iya kak! Ayo! Sama minumnya juga ya." balas Nanda antusias yang diangguki Alfi. Alfi tersenyum menang ke arah Gathan. Kini giliran Gathan yang berdecak kesal.
Melihat Nanda dan Alfi mengantri membeli popcorn sambil berbincang hingga tertawa renyah membuat urat-urat di lehernya menegang. Ia pun segera beranjak dan berdiri diantara kedua orang itu dan melingkarkan tangannya di pinggang Nanda sambil tersenyum miring ke arah Alfi. Tanpa Gathan sadari, tindakannya itu membuat tubuh Nanda menegang kaku.
'Nih tangan makin usil aja. Seenaknya aja main rangkul-rangkul. . Astaga ... jantung ... jantung aku kenapa? Jangan bilang ini gejala penyakit jantung. Aku belum mau mati, ya Tuhan.' rutuk Nanda dalam hati karena jantungnya yang memompa makin kencang dan bertalu-talu
Akhirnya kini giliran Nanda, Gathan, dan Alfi untuk masuk ke bioskop. Seakan takut Alfi merebut Nanda dari tangannya, Gathan terus merangkul Nanda sampai ke dalam bioskop. Nanda dan Alfi pun telah mendapatkan kursi mereka. Namun, Gathan mengerutkan keningnya saat melihat posisi tempat duduk mereka. Ternyata Nanda duduk di tengah-tengah diantara dirinya dan Alfi, sedangkan kursinya terletak di pojokan alias bersampingan dengan dinding. Tak rela Nanda berdekatan dengan Alfi, tanpa aba-aba Gathan mengangkat Nanda dan memindahkannya ke kursi miliknya sehingga kini dirinya lah yang berada di tengah. Sedangkan Nanda hanya bersampingan dengan dirinya.
"Mas ... " Nanda menjengit kaget saat Gathan mengangkatnya tiba-tiba lalu mendudukannya di kursi miliknya. Lalu Gathan duduk di kursi Nanda membuat mata Alfi melotot tajam.
"Loe, apa-apaan sih, bang!" geram Alfi sebab Gathan menghalangi dirinya berdekatan dengan Nanda.
"Apa?"
"Itu ... Nanda .... " Alfi berdecak kesal, sedangkan Gathan memasang wajah acuh tak acuh.
"Kenapa? Nggak suka? Suka-suka gue dong. Istri-istri gue. Makanya, buruan nikah jadi nggak iri liat orang lain punya istri." sahut Gathan acuh tanpa mempedulikan perasaan Alfi yang seakan meletup-letup karena kesal.
"Mas, kok dipindahin sih?" protes Nanda dengan wajah memerah seperti kepiting saos Padang.
Lalu Gathan mendekatkan wajahnya ke wajah Nanda.
"Kenapa? Nggak suka dipindahin? Pingin dekat-dekat Alfi?" berondong Gathan dengan mata memicing.
"Bu-bukan gitu, mas." Takut Gathan salah paham membuat Nanda memberanikan diri menyentuh tangan Gathan. "Kalau mau nyuruh Nanda pindah kan bisa bilang baik-baik, nggak perlu digendong gitu. Nanda ... Nanda kan malu diliatin orang." cicit Nanda dengan wajah menunduk.
Gathan yang mendengar cicitan Nanda pura-pura acuh, padahal dalam hati merasa senang karena merasa menang. Apalagi saat ia melirik tangan Nanda masih berada di atas tangannya. Matanya juga melirik ke arah Alfi yang terus menatapnya jengah.
Film pun mulai di putar, awalnya masih tampak biasa. Tapi lama kelamaan, tangan Nanda yang tadinya hanya berada di atas tangan Gathan berubah jadi sebuah genggaman. Lalu saat hantu mulai menampakkan diri dengan cara tiba-tiba, membuat genggaman menjadi rangkulan. Semakin sering hantu menampakkan diri semakin intense juga Nanda mendekatkan dirinya ke tubuh Gathan. Bahkan kini Nanda sudah bersembunyi di balik punggung Gathan dengan tangan sebelah kiri melingkari pinggangnya. Bisa dibayangkan bagaimana bila Nanda tetap duduk di kursi awalnya. Bisa-bisa Alfi kegirangan karena Nanda memeluk dirinya. Dalam hati, Gathan memuji dirinya sendiri karena merasa pintar. Oh, dia juag sepertinya harus berterima kasih kepada mamanya karena memberitahukan dirinya keberadaan Nanda. Bila tidak, bisa-bisa kedua orang itu justru semakin dekat.
Lalu Gathan melepaskan tangan Nanda yang melingkari pinggangnya. Nanda kira Gathan merasa tidak nyaman saat dirinya memeluk suaminya itu. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Gathan justru mendekap erat tubuh Nanda dan kepalanya disandarkannya ke dadanya membuat wajah Nanda seketika merona. Dalam hati ia menjerit girang, ternyata dada Gathan sungguh nyaman dan hangat. Apalagi dengan posisi itu, ia bisa menghirup aroma tubuh Gathan yang bercampur parfum. Sungguh menenangkan, pikirnya.
Sudah lama ia merindukan dekapan seperti ini. Sekian tahun ia berharap sekali saja ayahnya memeluk dirinya, tapi jangankan memeluk, berkata lembut saja tidak pernah. Hanya ada bentakan dan kata-kata kasar yang ia dengar dari ayahnya dulu. Bila sebelumnya ada Ilham dan Risa yang membelanya saat ayahnya berkata kasar, tapi semenjak kedua kakek dan neneknya tiada, tinggal Radika saja yang membelanya. Dan semua kehangatan itu benar-benar hilang saat om dokternya menikah. Om dokter kesayangannya memang pernah berniat mengajaknya ikut dengannya, tapi ayahnya menentang keras,
Dan hari ini, untuk pertama kalinya setelah sekian tahun lamanya, ia merasa sangat bahagia. Seandainya ia bisa menikmati dada itu setiap hari, pasti akan sangat menyenangkan. Apalagi bila ia bisa tidur di dada itu setiap malam. Akh, itu mungkin hanyalah mimpi bagi Nanda. Ia yakin, Freya pasti takkan mengizinkan ia tidur berdua dengan Gathan walau hanya satu malam. Ia pun memaklumi itu. Mana ada seorang istri yang merelakan suaminya tidur dengan perempuan lain. Apalagi ia mengakui, Freya itu sungguh cantik, tinggi semampai, seksi, dan modis. Pasti Gathan akan lebih memilih tidur dengan Freya, bukan dirinya.
Nanda merasa kalah telak dari Freya, bahkan cara memakai make up simple saja ia tidak paham. Ia hanya tau cara mengulas lipstik dan memakai bedak, yang lain tidak. Apalagi cara mengaplikasikan contouring, highlighting, strobing, drapping, Nanda benar-benar tak memahaminya. Ia merasa benar-benar kalah dari Freya. Ia yakin, Gathan pasti sangat mencintai Freya sehingga membuatnya berani menikahi Freya tanpa restu Lavina dan Ganindra.
Nanda kehilangan fokusnya menonton. Ia justru memejamkan matanya menikmati momen berada dalam dekapan Gathan. Dalam hati Nanda berdoa, semoga ia memiliki kesempatan lain untuk kembali menikmati hangatnya dekapan itu.
Tak jauh berbeda dengan Nanda, Gathan pun tanpa Nanda sadari menikmati keintiman itu. Ia sendiri bingung, mengapa ia bisa begitu nyaman memeluk gadis itu. Freya sering memeluknya. Bahkan sangat sering, tapi perasaan seperti ini baru ia alami dengan Nanda. Hatinya yang biasanya hampa terasa begitu hangat dan nyaman. Hingga tanpa sadar, Gathan pun tersenyum lebar membuat Alfi yang duduk di sebelahnya sampai mendelik tak percaya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...