Berbagi Cinta : Istri Kedua Tuan Muda

Suara dessahan dan erangan memenuhi seluruh ruang kamar di apartemen mewah itu. Tampak sepasang sejoli sedang menikmati malam panas mereka. Kini sang perempuan yang berada di atas tubuh si laki-laki.

"Lebih cepat sayang ..." Pria itu merancau tak karuan.

Perempuan itu menurut saja dengan mempercepat permainannya. Sampai akhirnya keduanya melenguh secara bersamaan saat kepuasan sudah mereka raih.

"Permainan yang bagus, Sayang," puji pria itu mengecup kening si perempuan.

Maharani langsung merebahkan tubuhnya di samping sang kekasih. Mereka tampak kelelahan dengan tubuh yang dipenuhi oleh keringat sisa-sisa pecintaan panas mereka.

Setelah beberapa saat mengumpulkan tenaganya kembali. Maharani mendekat dan masuk ke dalam pelukan Kenzo, kekasihnya. Dan Kenzo pun mendekap hangat Maharani.

"Sayang ... kira-kira apakah rencanaku kali ini akan berhasil?" tanya Maharani membuka obrolan setelah bercinta.

"Aku yakin kali ini kita akan berhasil." Kenzo mengusap-usap puncak kepala Maharani.

Tampak Maharani mengerucutkan bibir saat mengingat Delina. "Tetapi dia selalu beruntung," keluhnya.

"Dengan bantuan dokter itu, semua orang akan percaya kepadamu. Dan perhatian semua orang akan beralih kepadamu," ucap Kenzo menyemangati sang kekasih.

"Ah ... semoga saja." Maharani kembali mendekati Kenzo, memeluk, dan menciumnya. Setalah itu mereka melanjutkan kegiatan mereka yang seperti belum tuntas untuk malam ini.

***

Delina kembali dibuat tercengang dengan ketampanan suaminya. Begitupun Mahesa yang tampak takjub saat Delina mengenakan gaun pesta. Segera Mahesa mengalihkannya pandangannya agar tidak ketahuan kalau mengagumi Delina.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" bentak Mahesa saat mendapati Delina yang curi-curi pandang kepadanya.

"Sudah aku bilang aku memang tampan!"

Sontak Delina menundukkan kepalanya selama di perjalanan menuju lokasi pesta. Sambil sesekali tetap melirik pria yang duduk di sampingnya. Dan segera mengalihkan pandangannya saat Mahesa menoleh dengan tatapan tajamnya.

"Selamat datang," sambut Thomas berdampingan dengan istrinya.

"Terima kasih, Pak," balas Mahesa menjabat tangan rekan kerjanya itu.

"Ini adalah pesta perayaan ulang tahunku sekaligus merayakan keberhasilan proyek kerjasama kita," lanjut Thomas.

Acara dimulai dengan makan malam bersama. Dilanjutkan dengan acara hiburan dari bintang tamu. Semua hadirin bernyanyi, berdansa, dan bersenang-senang bersama. Tak lupa ada acara games yang melibatkan beberapa tamu undangan.

"Terima kasih atas jamuan makan malam dan serangkaian acara yang seru ini, Pak." Mehesa menghampiri tuan rumah sebelum berpamitan.

"Sama-sama. Terima kasih atas kedatangannya," balas Thomas merasa senang.

Mahesa melenggang keluar dari lokasi pesta. Entah kenapa pria yang biasanya dingin itu terus menahan tawanya. Bahkan sampai pria itu masuk ke dalam mobil.

"Kenapa kalian melihatku seperti itu?" gertak Mahesa tak terima dengan tatapan aneh Delina dan Ferdi kepadanya.

Dua orang itu langsung mengalihkan pandangannya seolah tak menatap Mahesa. Dan tuan muda itu kembali menahan tawanya.

"Fer ... sepertinya kita punya mainan baru yaitu badut pesta," ledek Mahesa.

"Lain kali kalau ada pesta tak perlu sewa badut ya," lanjutnya.

Ferdi yang duduk disamping sopir hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Mahesa. Sementara perempuan yang duduk berdampingan dengan Mahesa sudah mengerucutkan bibirnya kesal. Dia sadar saat ini menjadi bulan-bulanan suaminya.

"Tuan jangan meledekku. Kan Anda yang membuatku terlihat seperti badut," protes Delina untuk pertama kalinya berani mengingatkan Mahesa.

"Diam. Kau berani melawanku?" sembur Mahesa yang membuat Delina kembali tertunduk.

Sedetik kemudian tuan muda itu kembali tertawa terpingkal-pingkal. Bayangan saat Delina menjadi korban games di acara tadi masih terngiang-ngiang. Tema games-nya adalah mendandani pasangan. Namun, jatuhnya Delina malah seperti badut dengan bibir tebal.

"Badut ... badut ..." rancaunya disela-sela tawa.

Dilain sisi Delina tersenyum senang. Ini adalah kali pertama Mahesa bisa tertawa puas dihadapannya. Apalagi dia sendiri yang membuat tuan muda dingin itu tertawa.

"Tambah tampan saja Tuan Mahesa kalau tertawa seperti ini," gumam Delina dalam hati sembari terus curi-curi pandang.

"Andaikan wajahmu setiap hari seperti ini dan tidak dingin kepadaku. Pasti hidupku akan bahagia," doa Delina dalam hati yang lelah melihat tatapan dingin dan tajam yang selalu Mahesa tunjukkan kepadanya.

Lama kelamaan Delina tersipu malu dengan Mahesa yang terus menertawakannya sepanjang perjalanan. Dalam hati Delina bertanya, "Apakah dia sudah mulai menerimaku?"

Memang Delina terlalu percaya diri saat itu. Tetapi tidak menutup kemungkinan dugaan Delina benar adanya. Buktinya pria berwatak seperti es batu itu lama kelamaan mulai cair, walaupun sedikit demi sedikit.

"Tuan ... kenapa Anda menarik tangan saya?" tanya Delina saat mobil tiba di depan rumah mewah Keluarga Mahesa.

"Tuan ... apa salah saya?" Delina meronta karena lengannya yang dicengkeram kuat oleh Mahesa.

###

Btw Delina mau diapakan? Kok Mahesa serem habis senyum-senyum langsung kasar.

Kalau tebakan pembaca gimana? Apakah memang Mahesa sudah mulai membuka dirinya untuk Delina? Atau hanya perasaan Delina saja yang terlalu ke-PD-an? Coba komen dong.

🌱Jangan lupa klik favorit, like dan komentar. Sehat dan sukses selalu.