Duke Arland.
Seorang Duke yang dingin dan kejam. Selama menikah, dia mengabaikan istrinya yang sangat menyayanginya, hingga sebuah kejadian dimana dirinya harus berpisah dengan istrinya, Violeta.
Setelah kepergian istrinya, dia bertekad akan mencari istrinya, namun hasilnya nihil.
......
Violeta istri yang sangat mencintai suaminya. Selama pernikahannya, ia tidak di anggap ada, hingga sebuah kenyataan yang membuatnya harus pergi dari kediaman Duke.
Kenyataan yang membuatnya hancur berkeping-keping. Violeta yang putus asa pun mencoba bunuh diri, sehingga jiwa asing menemani tubuhnya.
Lima tahun kemudian.
Keduanya di pertemukan kembali dengan kehidupan masing-masing. Dimana keduanya telah memiliki seorang anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan di balik Pintu
"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Duke Aland , wajahnya di liputi oleh rasa khawatir. Dia tidak bisa membayangkan kehidupannya tanpa Aronz.
"Tubuhnya masih lemah, cuaca dingin ini membuatnya demam dan sekarang dia hanya butuh istirahat."
Duke Aland menghembuskan nafas lega, "Kesatria Lio, kamu antar Dokter ini sampai selamat ke rumahnya."
"Baik, Tuan." Kesatria Lio menyanggupi, Dokter laki-laki itu pun keluar di ikuti Kesatria Lio.
Duke Aland menggenggam tangan anaknya, ia mengelus pipinya. "Terima kasih karena sudah bertahan." Matanya melirik ke arah pelayan yang sejak tadi berdiri, pelayan itu lah yang menunjukkan Dokter pribadi kediaman Duchess Violeta, istrinya. Saat ia ingin pergi, pelayan itu menghentikannya dan menyuruhnya menghubungi Dokter yang di khususkan untuk kediaman ini seraya memberikan alamatnya.
"Terima kasih."
"Iya," jawabnya singkat.
Karena sudah melihat Aronz yang selamat, dia pun berniat keluar. Karena tugasnya sudah selesai.
"Tunggu."
Pelayan Mia menghentikan langkahnya, dia berbalik dan menatap Duke Aland yang duduk di tepi ranjang sembari memegang tangan Aronz. "Apa ada perlu sesuatu yang bisa saya bantu?"
Duke Aland beranjak berdiri, langkahnya menghampiri pelayan Mia. Wajahnya begitu serius, kamudian menunduk. Ia ragu untuk menanyakannya sekaligus malu."Bagaimana kabar Violeta di sini?"
Pelayan Mia terkesiap, jika di tanyakan baik-baik saja, tentu majikannya selama ini tidak baik-baik saja. Kadang dia juga sedih mengingat hidup majikannya itu, terlunta-lantang menjalani kerasnya kehidupan. Apalagi saat mengingat saat hamil,wanita itu tidak mengeluh sedikit pun. Kadang ia menangis, biasanya jika ia melihat wanita lain yang hamil di temani oleh suaminya, memberikan perhatiannya, tapi melihat majikannya sendiri. "Dia baik saja," ujarnya dengan suara bergetar dan mata berkaca-kaca.
Duke Aland mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan mata Mia. Wanita itu pun menunduk dan meremas roknya. "Syu-syukurlah, aku senang."
Pelayan Mia memutar kembali tubuhnya sampai di ambang pintu, dia menoleh. "Jika tuan menanyakan Duchess baik-baik saja, dia sangat baik, tapi luarnya saja, bukan hatinya. Karena aku melihat peluh keringat, setiap tangisannya, perjuangannya pada saat hamil sendirian. Aku melihatnya, aku melihat ketangguhannya. Nyonya begitu baik, saya beruntung menjadi pelayannya, tidak pernah di bedakan. Nyonya menganggap saya bukan sebagai pelayan, tapi teman, itu lah keberuntungan saya. Saya mengagumi Nyonya"
"Jika Tuan datang kesini hanya ingin menyakiti Nyonya, saya mohon pergilah. Nyonya sudah cukup menderita, luka itu akan terus membekas di hatinya dan jangan merebut Tuan muda dan Nona muda,Nyonya sudah cukup menderita." Pelayan Mia langsung berbalik, dia menghapus air matanya. Berjalan seperti orang berlari ke kamar nona mudanya.
"Nyonya, Nona muda dan tuan muda." Pelayan Mia muncul di ambang pintu itu, kemudian menghampiri ketiga orang yang duduk saling diam, berkelana dalam pikiran masing-masing.
Violeta tak berkata apapun,"Kamu sudah datang, jaga Aleta."
Deg
Aleta menangis, dia tahu ibunya sangat marah pada tindakannya."Maafkan aku, Bu."
Violeta tak menjawab, dia menatap penuh kekecewaan dan matanya memilih menggenangkan air yang siap turun kapan saja.
"Maaf sudah mengecewakan, Ibu."
Violeta tersenyum simpul, hatinya sangat kecewa dan saat ini dia butuh menenangkan hatinya. Violeta melangkah, melirik ke atas, tangannya menghapus air matanya yang sudah tumpah. Langkahnya terasa berat seiring dengan hatinya. Ia sudah menerima semuanya, takdirnya.
Tuhan......
Hati ini sudah sembuh, lalu....
"Nyonya,"
"Perlakukan mereka dengan baik, aku tidak ingin di ganggu dan makan malam antarkan saja."
Di kediaman yang sama, satu atap yang sama hanya ruangan yang berbeda. Sepasang insan itu mengingat masa lalu, kenangan demi kenangan dan tangisan bekelana di otak mereka.
Violeta menatap hamparan salju di halamannya, kenangan berputar di masa lalu. Dimana dia tengah menunggu Duke Aland yang akan pulang saat itu, seharian dia menunggu di depan pintu, namun teganya, Duke Aland tidak datang. Dia justru keluar menemui Felica.
"Uh, menyesakkan. Aku benci hati ini dan aku benci air mata ini, kenapa aku merasakan kesakitannya."
Sedangkan Duke Aland menangis, menutup mulutnya agar tidak mengganggu Aronz yang sedang beristirahat. Kedua bahunya bergetar hebat, ia tidak boleh seperti ini, ia harus berusaha. Tubuh yang bergetar itu langsung keluar, ia mencari kamar Violeta. Menanyakan pada kedua pelayan yang berpapasan dengannya, dan kedua pelayan itu mengantarkannya ke depan pintu bercat putih itu.
"Terima kasih."
Kedua pelayan itu tersenyum senang.
"Vio..."
tok
tok
tok
"Maafkan aku, maafkan semua kesalahan ku, Vio.. Bicaralah pada ku, lakukan hukuman yang pantas untuk ku. Aku akan menerimanya, aku akan menerimanya. Aku mohon, pulanglah kita mulai dari awal."
akoh mampir Thor