andaikata takdir bisa kupilih, aku akan menulis takdirku sendiri.
pernikahan yang aku anggap awal dari semua kebahagiaanku, ternyata awal dari deritaku.
mampukah nadira bertahan atau berhenti dititik lelahnya. setelah dia mengetahui ternyata sang suami "davin pratama" yang sangat dicintai ternyata telah memiliki istri, dan kebenaran yang buat nadira hancur, sehancurnya, ternyata disini dialah orang ketiga nya.
ikuti kisah nya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mikhayla92, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ngidam
Sekembalinya dari kantor, saat akan memasuki apartemenku tiba-tiba aku menangis, aku tidak tahu kenapa mungkin karena hormon kehamilanku.
Aku terduduk dilantai, menangis terisak-isak sambil memegang perutku yang sudah terlihat sedikit membuncit, usia kandunganku sudah menginjak usia lima bulan sekarang.
Kenapa aku sangat merindukan mas Davin, aku rindu aroma tubuh suamiku. Ini pertama kalinya aku menginginkan sesuatu.
"Nadira ... Kamu kenapa nad? Apakah ada yang sakit?"
Sebelum menutup pintu apartemenku aku mendengar tangisan Nadira, aku sedikit panik, tadi saat dimobil Nadira baik-baik saja. Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini.
"Tidak ... Tidak ada yang sakit ken, Tapi aku ingin sesuatu?" Aku menatap kenand yang terlihat khawatir denganku dengan mata berkaca-kaca.
Aku menghembus nafas lega.
"Apa yang kamu inginkan? Katakanlah ..."
"Aku merindukan aroma tu-tubuh suamiku." aku tertunduk saat mengatakannya, sebenarnya aku malu saat mengatakannya terutama kenand bukan siapa-siapaku, tapi aku tidak tahu harus mengatakannya kepada siapa lagi disini.
"Apa ...! Yang benar saja Nad, kenapa harus ngidamnya itu sih?" aku kaget mendengar ucapan Nadira, apakah wanita hamil ngidamnya memang aneh-aneh seperti itu.
"Aku juga tidak tahu ken, Tapi sepertinya anakku sangat merindukan papanya!"
"Alasan! bilang saja kalau ibunya yang merindukan papanya." aku sangat kesal mendengar nya. Apakah aku cemburu? Entahlah ... Aku juga bingung dengan perasanku.
"Beneran loh ken, aku enggak bohong." ini pertama kalinya aku ngidam sesuatu aku rasanya ingin terus menangis jika keinginanku tidak didapatkan.
Hiks ...
Akhirnya aku menangis lagi, aku benar-benar tidak bisa menahan tangisku.
Aissshhh
"Lalu aku harus bagaimana Nad? Aku juga tidak tahu caranya."
"Apa aku harus mempertemukanmu dengan Davin lagi? Jangan konyol deh Nad, Kamu melangkah sudah sejauh ini masa cuma karena ngidam kamu balik lagi sama Davin."
Aku benar-benar kesal dengan tingkah Nadira kali ini, ditambah lagi tangisan nya tidak berhenti sejak tadi. Aku sangat pusing memikirkan bagaimana cara meredakan tangisan Nadira.
"Aku tidak akan pernah kembali lagi pada mas Davin kok ken! aku cuma ingin menghirup aroma tubuhnya saja, aku benar-benar menginginkan nya. Mataku kembali mengeluarkan airmata.
"Lalu caranya? Kamu jangan menangis terus dong Nad, nanti dikira orang-orang aku menyakitimu lagi."
Aku menghapus airmataku, menatap kearah kenand.
"Cukup ambil baju yang dipakai mas Davin saja! Bukan baju yang habis dicuci tapi baju yang benar-benar baru dipakai mas Davin."
Aku memegang keningku yang terasa berdenyut, bagaimana caranya aku mendapatkan baju tersebut. Sedangkan hubunganku dengan Davin tidak baik.
"Bisakan ken?" Aku menatap kenand dengan tatapan penuh harap semoga saja kenand mau mewujudkan keinginanku.
"Baiklah ... Akan aku coba." aku tidak tega menolak keinginan Nadira.
"Terimakasih kenand ... Maaf jika aku sudah merepotkanmu, ya?" mataku berbinar mendengar jawaban kenand dan senyumku akhirnya terbit juga dari bibir ini.
"Iya ..." Itu anaknya Davin apa anakku sih, kenapa aku yang jadinya yang direpotkan oleh Nadira. Biasanyakan jika istrinya ngidam suaminya lah yang paling direpotkan, ini kenapa jadi aku.
Sepertinya kamu harus benar-benar jadi anakku nantinya. Aku tersenyum sendiri dengan pemikiran konyolku.
Aku senang melihat senyuman itu terulas dibibir kecil Nadira, hanya karena aku mengiyakan keinginan nya tangisannya akhirnya berganti dengan senyuman.
Jantung berdegup sangat kencang saat menatap Nadira tersenyum, jika terus berada disampingnya aku benar-benar akan terkena serangan jantung.
Ya sudah kamu berdiri, tidak cape bersimpuh dilantai seperti itu terus. Aku membantu Nadira untuk berdiri.
"Aku masuk dulu ya ken, tapi kamu janjikan akan mengambil baju mas Davin?"
Nadira mengangkat jadi kelingkingnya, aku menautkan dengan jari kelingkingku.
"Iya ... Janji."
"Berikan nomor ponsel sahabatmu lisa, sepertinya aku membutuhkan bantuan nya."
Aku mengeluarkan ponselku dari dalam tas, lalu mengirimkan nomor sahabatku.
"Kamu beristirahatlah." ucapku kepada nadira. setelah Nadira menghilang dibalik pintu aku baru masuk kedalam aprtemenku.
TITIK LELAHKU
BY : MIKHAYLA92