NovelToon NovelToon
Pendekar Pemburu Yang Diburu

Pendekar Pemburu Yang Diburu

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Petualangan / Tamat / Contest
Popularitas:8M
Nilai: 4.6
Nama Author: Baryodo Aman

Demi untuk membalaskan dendam kepada orang - orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya, sehingga seorang remaja pria berpetualang untuk mencari sebuah sekte yang akan di jadikan tempatnya mendalami ilmu bela diri.

Akhirnya dia bertemu dengan seorang pendekar serta sekte untuk tempatnya bernaung.

Karena kejeniusannya, dia dengan cepat bisa menjadi seorang pendekar yang kuat.

Akhirnya dia mulai memburu setiap murid sekte yang telah menghancurkan desa dan keluarganya serta setiap murid sekte aliran hitam lainnya.

Hal itu pula yang membuat dirinya juga di buru oleh sekte aliran Hitam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baryodo Aman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Pertemuan

Serangan Tinju Peremuk Tulang akhirnya menghempaskan lawanya kebelakang.

" Uhuaaacckkk."

Suara yang keluar dari lawan yang Ma Guang hadapi.

Dari mulut pendekar tersebut langsung mengeluarkan begitu banyak cairan yang berwarna merah.

Jika pendekar tersebut belum selesai melakukan pembentukkan otot tubuh pendekar, sudah di pastikan tubuhnya akan hancur setelah menerima pukulan Tinju Peremuk Tulang yang sudah di aliri dengan perubahan bentuk tenaga dalam milik Ma Guang.

Pendekar tersebut terhempas sejauh 20 meter ke belakang dan langsung terjatuh.

Momentum itu tidak di sia - siakan oleh Ma Guang.

Pendekar muda itu langsung melesat dan siap menebas lawannya dengan serangan susulan Pedang Hampa miliknya.

Dan hal itu tidak dapat lagi di antisipasi oleh lawannya.

Sehingga Ma Guang dengan mudah membuat kepala dari pendekar tersebut terpisah dari tubuhnya dan menggelinding.

Pemandangan tersebut membuat Duan Jun mengeluarkan isi perutnya.

Awalnya, karena Duan Jun sedang di sibukkan dengan lawan - lawannya, sehingga pemuda itu tidak melihat apa yang di lakukan oleh Ma Guang dengan ke enam orang sebelumnya.

Tetapi karena saat ini Duan Jun sudah melumpuhkan kedua lawannya dan sedang memulihkan tenaganya sambil memperhatikan pertarungan ketiga orang rekannya, sehingga pemuda itu bisa melihat apa yang di lakukan oleh Ma Guang.

Sedangkan Patriak dan tetua Ying Zhao yang melihat hal itu. Mata mereka berdua terbelalak.

Mereka tidak menyangka remaja tersebut selalu membunuh lawan - lawannya dengan selalu membuat kepala dan tubuh mereka berpisah.

Berbeda halnya dengan pemimpin kelompok tersebut.

Setelah melihat tersisa dirinya dan satu orang lagi yang menghadapi tetua Ying Zhao yang masih berdiri.

Akhirnya pemimpin kelompok tersebut berteriak kepada seluruh anggotanya yang masih hidup untuk meninggalkan tempat itu.

" Mundur semuanya."

Teriak pemimpin kelompok tersebut sambil melesat meninggalkan tempat itu.

Patriak dan tetua Ying Zhao serta Duan Jun membiarkan kelompok itu melarikan diri.

Namun berbeda dengan Ma Guang.

Pendekar muda itu langsung melesat dan menebas kepala dua orang anggota kelompok tersebut sebelum dapat di hentikan oleh Patriak.

" Guang'er...!!! Seorang pendekar aliran putih, tidak harus melakukan perbuatan seperti apa yang baru saja kau lakukan itu." Ucap Patriak menegur Ma Guang.

" Maaf Patriak atas apa yang telah aku lakukan, tetapi kita tidak bisa membiarkan mereka hidup, sebab orang - orang ini pasti akan melakukan hal yang sama dengan apa yang aku lakukan tadi kepada kita jika kita tidak mampu menghadapi mereka." Ucap Ma Guang menanggapi perkataan Patriak.

" Memang benar, tetapi mereka adalah kelompok aliran hitam, jadi sifat dan perbuatan mereka sudah seperti itu."

Jelas Patriak lagi kepada Ma Guang.

Ma Guang hanya diam dan sudah tidak ingin menanggapi perkataan dari Patriak itu.

Di dalam hati Ma Guang, tetap akan membunuh setiap pendekar aliran hitam yang dia temui.

Karena dengan begitu, mereka sudah tidak lagi akan melakukan setiap perbuatan yang akan merugikan banyak orang.

" Huh...!!! Hal itulah yang membuat mereka sama sekali tidak pernah takut untuk menghadapi pendekar aliran putih, karena pasti mereka hanya akan terluka dan tidak akan terbunuh." Gumam Ma Guang dalam hatinya.

Akhirnya mereka membersihkan serta menguburkan mayat - mayat dari pendekar yang terbunuh.

Sedangkan Duan Jun sudah terlihat lemas karena tidak tahan melihat hal itu.

Karena emosi yang masih tersimpan di dalam hatinya, sehingga Ma Guang dengan cepat menghantam tanah di pinggir jalan itu dengan serangan Tinju Peremuk Tulang yang sudah di balut dengan perubahan bentuk tenaga dalam.

Hal itu membuat sebuah lubang untuk menguburkan jasad dari kelompok yang menyerang mereka.

" Sudah mati saja, masih tetap menyusakan kita. Apa lagi jika mereka masih hidup." Gumam Ma Guang lagi.

Pantriak dan tetua Ying Zhao hanya menggelengkan kepala mereka sambil tersenyum saat melihat apa yang di lakukan oleh murid mereka itu.

Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan berjalan kaki.

Sebab ke empat kuda yang mereka tunggangi sudah tewas saat terkena serangan panah dari kelompok yang mereka hadapi.

Malam pun telah tiba, namun mereka belum juga bisa menemukan desa untuk tempat mereka beristirahat.

Akhirnya mereka beristirahat di hutan malam itu.

Keesokan harinya, mereka kembali melakukan perjalanan.

Tidak lama kemudian, terdengar suara derap kaki kuda dari arah belakang mereka.

Keempat pendekar itu memalingkan muka mereka dan melihat ke arah datangnya suara itu.

Akhirnya mereka melihat, sejumlah besar orang yang mengendarai kuda di depan dan di samping dua buah kereta kuda yang terlihat mewah dan besar, dan di lengkapi baju sirah, dan di ikuti dengan derap kaki orang - orang yang mengikuti kereta kuda itu dari belakang.

Setelah di perhatikan, bendera yang di bawah mereka itu berasal dari kerajaan Qi dan bendera dari salah satu keluarga bangsawan yang sangat berpengaruh di kerajaan Qi.

Jumlah prajurit yang mengawal rombongan itu, tidak kurang dari 100 orang dengan bersenjata lengkap, yang juga terlihat ada beberapa pendekar yang mendampingi mereka.

Rombongan itu kemudian berhenti sebelum melewati ke empat pendekar tersebut.

" Berhenti."

Teriak seorang yang sepertinya adalah pemimpin dari rombongan tersebut.

Dengan serentak rombongan itu langsung berhenti menuruti perintah pria yang berjalan paling depan.

Namun seorang pendekar di sampingnya langsung dapat mengenal Patriak dan tetua dari sekte Bambu Kuning tersebut.

" Salam kepada Patriak Yao, tetua Ying dan para pendekar muda." Ucap pendekar di samping pria yang menggunakan baju sirah lengkap itu sambil menangkupkan tangannya.

" Salam juga buat pendekar Chen."

Sambil menangkupkan tangan juga Patriak dan tetua Ying membalas ucapan dari pendekar itu.

" Apakah keempat kuda yang baru kami lewati itu adalah milik dari rombongan Patriak...!!!???." Ucap pendekar itu lagi.

Pendekar itu bisa menebaknya, karena jumlah bangkai kuda yang ada, sama dengan jumlah rombongan keempat orang yang ada di depannya.

" Itu benar pendekar Chen, rombongan kami telah di serang oleh sekelompok perampok." Jawab Patriak lagi.

Tiba - tiba terdengan suara yang berteriak dari arah salah satu kereta kuda.

" Kenapa rombongan kita berhenti...??? Ada hal apa yang terjadi di depan...???." Ucap seorang gadis yang duduk di samping seorang gadis yang cantik.

Mendengar teriakan itu, orang yang berada di kereta yang di depan langsung keluar dan turun dari keretanya. Sebab tidak ada keributan, namun rombongan mereka telah berhenti.

Pendekar serta seorang yang memakai baju sirah yang berada di posisi kedua terdepan langsung turun dan pergi menjelaskan apa yang terjadi di depan kepada ke dua kereta yang ada.

Setelah mendengar hal itu, pria muda itu pun langsung berjalan ke depan untuk bertemu dengan keempat orang tersebut.

" Hamba memberi hormat kepada pangeran Qi Yuan." Ucap Patriak yang diikuti oleh ketiga orang lainnya sambil menangkupkan tangan serta membungkuk.

" Patriak...jangan terlalu formal seperti itu. Saat ini aku akan pergi mengikuti kompetisi di ibu kota Kekaisaran sebagai pendekar muda. Jadi statusKu saat ini adalah seorang juga dan seharusnya akulah yang harus memberi hormat kepada Patriak dan tetua." Ucap pangeran Qi merendah.

Memang sifat pangeran Qi sangat baik dan rendah hati, dia tidak seperti saudarah - saudarahnya yang lain, yang terlihat tidak menghargai siapa pun yang ada di wilayah kerajaan Qi.

" Hamba tidak berani menerima hormat dari pangeran." Ucap Patriak lagi.

" Baiklah...saya sudah mendengar apa yang rombongan Patriak alami, jika Patriak mau, ikutlah bersama dengan rombonganKu ini. Patriak naiklah bersamaKu. Aku akan sangat senang jika bisa mendengarkan banyak hal dari Patriak serta rombongan kelompok kami akan lebih bertambah kuat lagi."

Pangeran meminta Patriak dan rombongannya ikut bersama rombongan mereka.

" Hamba tidak berani menolaknya." Ucap Patriak lagi.

" Jenderal Wang...!!! Berikan tiga kuda milik prajurit kepada tetua Ying dan kedua pendekar muda lainnya." Ucap Pangeran.

Jendral tersebut langsung memerintahkan ketiga prajuritnya untuk memberikan kuda mereka kepada tetua Ying dan kedua lainnya.

Akhirnya mereka melanjutkan kembali perjalanan mereka.

~Bersambung~

1
eddy
luar biasa
Sakirun
super .. lanjutkan
@rt
udah tahu bininya pengkhianat, hrsnya kontrak darahnya sama elu guang...dasar tolol..🤮🤮
@rt
jurus langkah seribu 😜😜
@rt
lagi ngelamun jorok jd gak konsen 🤭🤭
@rt
sikat bleh.../Drool//Drool/
@rt
pake shareloc ? 🤔🤔🤭🤭
Muhammad Taufik
Luar biasa
Cak Eri
bosan jadinya
@rt
padahal nambah satu lagi juga gpp 🤭🤭
@rt
jurus andalan....langkah seribu 😜😜
@rt
apa ada yang berontak dibawah sana ? 🤔🤔😜
Sakirun
Luar biasa
@rt
wkwkwwk....ketahuan deh 😍😍😍
@rt
kayaknyabudah kebelet kultibasi ganda nih😍😍🤭🤭
@rt
jadi inget sama cerita to liong to...golok pembunuh naga..
@rt
api biru ya....jadi inget elpiji 🤭🤭
@rt
koq membunuh...mksdnya menyerang kaleee...🤔🤔
@rt
jeruk bali? 🤔🤔
@rt
waduh....waduh...nantinya jangan jadi akrab sama tante lux ya 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!