 
                            Kami saling mencintai , pernikahan kami sudah tinggal menunggu hari, tapi sepertinya takdir ku harus berpisah darinya. Karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan calon suami ku meninggal dunia.
Damian, adalah putra semata wayang keluarga Adi ningrat, karena itulah aku terseret dalam masalah keluarga mertuaku saat calon pewaris tunggal mereka telah tiada.
Orang yang telah kuanggap Ibu kandungku sendiri memintaku bahkan memohon kepadaku agar aku mau membantu keluarga mereka.
Betapa terkejutnya aku mendengar permintaan dari calon Ibu mertua ku. Beliau memintaku untuk tidak membatalkan pernikahan .
Aku akan tetap menikah bukan dengan calon suamiku tapi dengan calon Papa mertuaku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21
Akhirnya mata indah itu kembali terbuka setelah hampir satu jam terlelap, Bening merasakan sesuatu melingkari pinggangnya tidak lagi terkejut karena Bening sudah tau siapa yang sedang memeluknya.
Nafas Damar berhembus hangat di dekat tengkuk Bening, membuat sang empunya merasakan sedikit geli
Bening mengangkat pelan tangan Damar yang memeluk tubuhnya, berharap bisa terlepas dari dekapan sang suami
Gerakan Bening terhenti saat suara berat itu terdengar
" Mau kemana hmm??"
Bening bergerak sedikit menjauh, namun Damar justru menahan lengan Bening membuat Bening semakin merapat di badan tegap Damar
" Kita melupakan makan siang karena ketiduran Pak!!"
" Ini semua gara-gara kamu!!"
" Kok??"
Belum selesai berbicara Damar sudah menyela
" Coba tadi kamu tidak berada di kamar pasti tidak berakhir seperti ini, melihat mu asik tidur aku juga jadi ingin tidur. ucap Damar tanpa beban, sedangkan Bening jadi bingung sendiri kenapa justru dia yang disalahkan kan.
" Aku belum lapar, maka kamu harus temani dulu aku disini. ucap Damar dengan nada perintah.
Hening.
Hingga
kruuuuuk krukkk..
" Beffwaaahaaahaaaa....tawa Bening pecah tak tertahankan, nyatanya lagi-lagi Damar mendustai ucapannya, lihatlah bibir berkata tak lapar, tapi bagaimana saat cacing-cacing di perutnya telah berdemo hingga menimbulkan bunyi yang dapat didengar oleh Bening masihkah Damar ingin mengelak??"
" CK, Damar berdecak, membuat Bening meredakan tawanya dan menundukkan kepalanya
Sungguh Bening merasa bersalah melihat wajah muram Damar, Bening merasa sangat tidak sopan menertawai orang yang lebih tua darinya, biar bagaimanapun juga Damar harus Ia hormati.
Damar melirik sekilas istri nyakemudian beranjak turun dari tempat tidur dan berlalu keluar kamar sedangkan bening merutuki dirinya sendiri karena kelepasan menertawakan Damar, bening melupakan fakta bahwa Damar bukanlah Damian seorang Pria yang begitu mengenalnya, bahkan bersama Damian Bening justru sering tertawa lepas seperti tadi.
Tampa Bening sadari sebenarnya perasaan Damar juga sama tidak enak nya setelah melihat wajah Bening yang tertunduk tadi, menghela nafasnya Damar kembali memasuki kamar dimana Bening berada, membawa paper bag yang berisi gaun untuk acara nanti malam, mereka sama-sama canggung karena sebelumnya memang tidak saling kenal, belum saling mengerti seharusnya mereka mencoba untuk saling mengenal bukan??" biar bagaimanapun mereka akan sering bertemu
Damar langsung masuk kedalam kamar yang ditempati Bening, Damar melihat Bening yang masih meringkuk diatas tempat tidur, rasanya Damar ingin memeluk Bening dan mengatakan dirinya tidak marah karena ditertawai, aslinya Damar pun begitu malu Mendengar suara perutnya sendiri
"Ehm' nanti malam ada undangan dari rekan ku, aku ingin kamu ikut pergi bersama ku, ini aku bawakan gaun untukmu kuharap kamu menyukainya
Tidak ada jawaban dari Bening, meskipun Bening terlihat merubah posisinya menjadi duduk namun wajahnya senantiasa tertunduk dalam.
" Ku harap saat aku sedang berbicara lihat wajahku, aku tidak suka kamu menunduk begitu!!"
" Bening mengangkat wajahnya, kini terlihatlah wajah Bening yang begitu bersih memandang wajah Damar
" Maaf, jika tadi saya membuat Bapak tersinggung, saya hanya kelepasan tolong jangan diambil hati Pak.
Damar tersenyum samar, sungguh dia tidak mempermasalahkan saat Bening menertawai nya, hanya saja sebenarnya Damar merasa malu karena lagi-lagi ucapanya mendustai respon tubuhnya
" Emm... tidak masalah, maaf juga sudah membuatmu tidak nyaman, Bening, kita berawal dari orang asing yang dipaksa dipersatukan jadi wajar kalo kita masih begitu kaku dalam berinteraksi, semoga kedepannya kita bisa belajar lebih dekat yaa...
Ucap Damar yang disambut senyum merekah dari Bening