Bagaimana jika jiwa seorang Chef dari dunia moderen abad 25 yang cantik, kaya-raya, berstatus lajang, serta menguasai banyak tehnik beladiri, terbangun ditubuh seorang gadis diera dinasti kuno 3000 tahu lalu.
Liu Liyan, gadis cantik yang amat dimanja oleh ayah & kedua kakak lelakinya. Kadang suka berbuat sesuka hati, keras kepala & juga urakan.
Tapi setelah menikah, ia harus menjani hidup miskin bersama suaminya yang tampan tapi cacat.
Belum lagi ia harus dihadapkan dengan banyaknya konflik keluarga dari pihak suaminya.
Beruntung ibu mertua & adik ipar amat baik serta begitu menyayanginya, mendukung juga mempercayai.
Apakah ia bisa menggunakan keterampilannya didunia modern, untuk membantu keluarga suami juga keluarga kandungnya sendiri..?
Bagaimana lika-liku kehidupannya didunia yang serba kuno tanpa internet & listrik..?
Mari ikuti kisah Chef Claudia diera dinasti Song & menjadi Liu Liyan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delia Ata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pindah rumah
"Selamat datang tuan Liu, ayo silahkan masuk."
Liu Liyan ingat, pemilik rumah tersebut adalah seorang pejabat kementrian Ritus.
Putra kedua keluarga itu dulunya pernah menyatakan cinta pada Liu Liyan, yang sudah pasti langsung ditolak.
Dikawasan elite itu, Liu Liyan memang terkenal akan kecantikannya. Tak heran jika banyak tuan muda menaruh hati pada wanita itu.
Sayangnya reputasi Liu Liyan yang berandalan dan selalu berpakaian layaknya laki-laki, membuat para orangtua menentang keinginan putra mereka.
Begitu masuk melewati pintu, Liu Liyan langsung terkesima melihat bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur kuno yang elegant.
Halaman luas dengan lantai batu warna-warni, menambah kesan mewah rumah itu.
Ada kolam kecil dibagian pojok kiri pekarangan dan disudut kanan pohon buah aprikot rindang.
Dibagian tengah halaman, terdapat meja dan empat kursi panjang berbahan batu hijau.
Ternyata luas tanah rumah itu sepuluh ribu meter persegi, sama seperti rumah milik kelurga besar Liu.
Dibagian paling belakang bahkan ada kandang kuda dan juga kereta.
Didekat kandang kuda ada paviliun panjang delapan kamar, yang sepertinya itu dipakai untuk tempat tinggal pelayan.
Pohon pear dan kesemek, juga ada ditanam dipekarangan belakang.
Dihalaman utama ada 10 bangunan berukuran 100 x 10.
Satu bangunan dibuat tanpa sekat untuk perjamuan makan.
Satu bangunan lagi dibagi menjadi 2 ruangan. Separuhnya dibiarkan terbuka dan yang sebelah lagi tertutup. Bangunan itu khusus untuk menerima tamu.
Delapan bangunan lain modelnya sama. Didalamnya satu ruangan tidur, bilik pemandian lengkap dengan bathtub besar dan satu ruangan multi fungsi.
Dihalaman belakang, ada 11 bangunan berukuran 70 x 10 dan 3 bangunan berukuran 100 x 10.
Sepuluh bangunan didalamnya terdiri dari 1 kamar tidur, bilik pemandian dan ruangan multi fungsi.
Satu bangunan lagi tanpa sekat yang sepertinya dijadikan gudang pangan, karena ada ruang bawah tanah.
Untuk 3 bangunan 100 x10.
Bangunan 1 untuk sumur serta tempat cuci mencuci, juga bilik mandi dan jamban bagi para pelayan.
Ada dua sumur berair jernih disana.
Bangunan 2 adalah dapur yang dilengkapi dengan 4 tungku besar dan 2 tungku kecil.
Panggangan juga ada, tapi sayangnya itu bukan oven.
Ada meja dengan sepuluh kursi disudut ruangan.
Perkakas masak yang masih tampak baru tertata rapi, bersih mengkilap tak berdebu.
Bangunan 3, ruangan tanpa sekat dan sangat cocok untuk dapur produksi. Jadi tidak perlu lagi ada pembongkaran.
Sangat besar, mewah dengan halaman luas dan mampu menampung 5 kepala keluarga.
Yang lebih menggiurkan, rumah itu dijual dengan semua perabotan yang nampak mahal dan masih sangat kokoh.
Banyak furniture terbuat dari kayu cendana dan giok hitam.
"Bagaimana, apakah Yan niang sekeluarga cocok dengan rumahnya..?" tanya pemilik rumah, sebut saja nyonya Hong.
"Berapa nyonya mau menjualnya..?" tanya Xiao Yun.
"Enam bulan lalu rumah ini baru aku renovasi, semua perabotannya masih bagus dan banyak yang baru. Letaknya juga sangat strategis. Untuk orang lain aku memasang harga 900 tahil. Tapi karena aku sudah sangat mengenal baik keluarga Liu, kalian cukup membayar 800 tahil perak saja."
Xiao Yun melirik Liu Liyan, lalu berpindah keibu dan ayah mertuanya.
Liu Liyan mencolek punggung sang suami, sebagai kode jika ia mau.
Delapan ratus tahil perak dengan kondisi rumah sangat bagus, tanah luas, ditambah perabotan lengkap. Jelas itu sebuah keuntungan besar.
Tidak usah banyak berfikir, toh sekarang mereka memiliki lebih dari 2500 tahil perak.
Lagi pula harga normal dikomplek elite begitu, bisa mencapai 900 hinga 1000 tahil, itu pun kosong tanpa secuil perabotan dan furniture.
"Baik, kami akan membeli rumah ini." kata Xiao Yun, merogoh kantung uang dibalik bajunya.
Delapan lembar uang kertas pecahan seratus tahil, diberikan kepada nyonya Hong.
Akta tanah diterima, surat perjanjian jual beli ditanda tangani.
Kunci rumah berpindah ketangan Xiao Yun, pertanda jika hunian mewah itu resmi menjadi milik keluarga Xiao cabang kedua.
"Kalian bisa langsung menempatinya karena sudah dibersihkan tadi." kata nyonya Hong.
Guo Xia menangis haru, Xiao Yue dan Yan melompat riang, Xiao Yun dan Liu Liang saling merangkul pinggang melempar senyuman.
Sedangkan Liu Dayan, tersenyum lebar memandang bahagia penuh syukur anak dan menantunya.
Bibi Hong pamit.
Guo Xia langsung memeluk menantunya dengan isak tangis tergugu.
"Terimakasih Yan niang, terimakasih."
"Ibu, kita itu keluarga. Lagi pula ini juga hasil kerja keras ibu, Yue'er dan Yan'er.
Untuk sesaat halaman rumah baru itu diliputi kebahagiaan berselimut haru.
Sekali lagi mereka berkeliling dan merancang ruangan yang akan dijadikan dapur produksi.
Xiao Yue dan Xiao Yan sangat antusias memilih kamar mereka.
"Akhirnya aku bisa punya kamar sendiri." teriak Yue dan Yan melompat lalu bertos ria.
Setelah puas, mereka semua pergi kepasar kecuali Liu Dayan.
Barang yang belum ada dan tidak dimiliki mereka beli.
Liu Liyan juga membelikan masing-masing orang 10 stel baju, 2 jubah dan 2 alas kaki.
Saking banyaknya memborong, mereka sampai menghabiskan lebih dari seratus lima puluh liang perak.
Bahan pangan lengkap juga mereka borong.
Bahan untuk dagangan juga mereka beli dalam jumlah banyak.
Loyang panggangan, cetakan kue berbagai bentuk dan ukuran, pisau khusus dan bermacam perabotan untuk produksi dagangan. Liu Liyan pesan kepengerajin logam dan kayu serta pandai besi.
Sampai pukul sebelas malam, mereka baru selesai membereskan barang belanjaan lalu pergi tidur.
Ketika bangun hari sudah hampir siang, mereka pulang kedesa setelah makan untuk mengepak barang-barang disana.
Xiao Yong, Tang Chi, Tang Jinu, Baozi dan Jimin turut membantu.
Begitu juga dengan Xiao Shi, Nyonya Ying dan bibi Tang.
Tak banyak yang bisa dibawa, karena memang dirumah itu hanya ada barang usang dan bobrok.
Cuma perabot yang baru dibeli Liu Liyan minggu lalu, beberapa potong baju dan buku-buku juga peralatan tulis Xiao Yun.
Pakaian-pakaian usang, lusuh yang banyak tambalan dibiarkan saja disana.
Mulai sekarang mereka akan menjadi warga kota. Jadi harus berpenampilan baik, agar tidak dipandang rendah.
Lagian mana mungkin juga tinggal dirumah mewah, tapi baju lusuh tambalan disana-sini.
Besok Xiao Yong bersama ibu dan Xiao Shi akan menyusul pindah.
Keluarga tuan Tang juga turut dibawa pindah, karena nantinya nyonya Tang akan ikut dipekerjakan.
"Kita butuh membeli budak untuk merawat rumah." kata Liu Liyan.
"Besok kita pergi keShi-Chang, kalau hari ini tidak akan sempat." sahut Xiao Yun.
Dibawah tatapan aneh penuh tanya penduduk desa Hutong, Xiao Yun menaiki kereta bersama istri, ibu dan kedua adiknya.
Tak seorang pun yang menoleh kebelakang. Mereka sudah mantap pergi menjauh, melupakan semua kisah kepahitan didesa itu.
Sesampainya dirumah baru, Liu Liyan langsung mengarahkan tuan Jang yang akan membuat 4 tungku masak dan oven pemanggang didapur produksi.
Meja dan kursi juga sudah Liu liyan pesan, berikut rak serbaguna dan lemari setinggi tiga meter.
Apron, kain penutup kepala untuk para pekerja, tak lupa wanita itu order.
Sisa waktu yang ada sebelum memasak makan malam, Liu Liyan manfaatkan untuk merendam kacang babi, kedelai dan kacang hijau yang kemarin sudah dibeli.