NovelToon NovelToon
Dibuang Sersan Dipinang CEO

Dibuang Sersan Dipinang CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Single Mom / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Ayah Darurat
Popularitas:219.2k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Aisyah yang mendampingi Ammar dari nol dan membantu ekonominya, malah wanita lain yang dia nikahi.

Aisyah yang enam tahun membantu Ammar sampai berpangkat dicampakkan saat calon mertuanya menginginkan menantu yang bergelar. Kecewa, karena Ammar tak membelanya justru menerima perjodohan itu, Aisyah memutuskan pergi ke kota lain.

Aisyah akhirnya diterima bekerja pada suatu perusahaan. Sebulan bekerja, dia baru tahu ternyata hamil anaknya Ammar.

CEO tempatnya bekerja menjadi simpatik dan penuh perhatian karena kasihan melihat dia hamil tanpa ada keluarga. Mereka menjadi dekat.

Beberapa waktu kemudian, tanpa sengaja Aisyah kembali bertemu dengan Ammar. Pria itu terkejut melihat wajah anaknya Aisyah yang begitu mirip dengannya.

Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Ammar akan mencari tahu siapa ayah dari anak Aisyah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23. Bulan Madu Yang Gagal

Pagi ini tampak begitu cerah. Mia juga tampak sangat bahagia. Cahaya matahari menembus tirai jendela menambah keceriaan. Aroma kopi yang baru diseduh oleh Mia mengisi udara di dapur, menambah suasana hangat dan penuh cinta. Dia menatap jam dinding, sudah pukul tujuh pagi.

Mereka telah sampai di kota B dari sore kemarin. Mereka menginap di sebuah villa. Hari ini mereka berencana akan ke pantai.

"Mau nggak mau, Ammar harus segera bangun. Jika siang, jalanan pasti akan macet!" seru Mia dengan semangat. Apa lagi kebetulan hari ini bertepatan dengan weekend.

Mia melangkah menuju ranjang. Ammar masih bergelut dengan mimpinya. Dia harus membangunkan suaminya, agar bisa segera menuju pantai.

"Ammar, bangun! Kita harus siap-siap!" Mia mengguncang pelan tubuh Ammar.

"Aaahhh … lima menit lagi, Sayang." Ammar berbalik, menutup wajahnya dengan bantal.

Mia mengerucutkan bibirnya, kesal. "Nggak bisa, kita sudah janji! Ingat, kita mau ke pantai!"

Akhirnya, dengan sedikit dorongan yang lebih keras, Ammar membuka matanya. "Oke-oke, aku bangun!" ujarnya sambil menguap lebar.

Melihat wajahnya yang masih mengantuk, Mia tak bisa menahan senyum. "Cepat, mandi dulu. Biar segar!"

Setelah Ammar bangkit dan pergi ke kamar mandi, Mia kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan ringan. Dia menuangkan dua cangkir kopi ke dalam gelas dan menyiapkan roti bakar yang diolesi selai kacang.

Tak lama kemudian, Ammar keluar dari kamar mandi, terlihat sedikit lebih segar. "Beri aku waktu lima menit untuk bersiap-siap!" ucap Ammar sembari mengusap wajahnya dengan handuk.

"Ammar, aku tak mau telat. Cepat ya! Kita harus berangkat sebelum kemacetan," cicit Mia sambil tersenyum ceria, meskipun hatinya sedikit berdebar.

Ammar mengangguk dan buru-buru mengenakan pakaian. Namun, saat hendak melangkah keluar dari kamar, dia tiba-tiba berhenti. "Mia, aku merasa agak tidak enak badan," ujarnya sambil memegang kepalanya.

Mia cemas. "Kenapa? Apa kamu sakit?"

"Rasanya pusing dan mual," Ammar menjawab dengan suara terputus-putus.

"Ini bukan alasan untuk membatalkan kepergian kita'kan?" tanya Mia dengan ekspresi wajah yang tegang.

"Aku serius, Mia. Tak mungkin aku main-main dengan penyakit," jawab Ammar.

Dia merasa kepalanya pusing. Perutnya mual dan rasa ingin muntah. Mia lalu memeriksa keadaan suaminya. Namun, dia tak melihat ada yang aneh di tubuh pria itu. Tensi dan detak jantung normal. Suhu badan juga.

"Apa kamu mau istirahat dulu? Kita bisa tunda keberangkatan." Mia melihat wajah Ammar yang sedikit pucat, sehingga tak ada alasan baginya untuk tidak percaya lagi. "Kamu bisa minum obat ini."

Mia memberikan vitamin saja untuk suaminya. Dia berkesimpulan mungkin sang suami hanya kelelahan.

"Tapi … aku tak enak. Aku sudah janji denganmu," balas Ammar.

Mia menghela napas, merasa bingung. Di satu sisi, dia sangat ingin berangkat, tapi di sisi lain melihat suaminya yang kurang sehat membuatnya khawatir. “Tapi, Ammar. Kita nggak bisa pergi kalau kamu sakit.”

“Aku hanya butuh istirahat sejenak, mungkin akan lebih baik. Kita lihat sebentar lagi. Mungkin ini hanya masuk angin saja." Ammar memohon, terlihat putus asa untuk tidak melewatkan mimpi indah mereka. Dia lalu meminum obat yang Mia berikan.

Sebagai seorang dokter Mia sudah memeriksa dan memastikan tak ada yang aneh di tubuh sang suami.

Mia mengangguk, meski hati kecilnya masih merasa cemas. "Baiklah, tapi jika kamu merasa semakin buruk, kita batalkan saja ke pantainya."

"Baiklah," jawab Ammar, berusaha tersenyum meski wajahnya terlihat pucat.

Dia tak mau mengecewakan Mia. Sejak akad nikah dia telah sering mengecewakan istrinya itu. Mulai dari salah sebut nama saat akad, ditambah saat berhubungan.

Setelah beristirahat beberapa saat, Ammar merasa tubuhnya bukannya makin segar, tapi makin terasa lelah dan lesu. Dia lalu berjalan ke sofa sambil memegang perutnya, berusaha menahan rasa mual. "Kita masih bisa pergi, kan?"

Mia melihat perubahan wajah suaminya. “Ammar, kamu tidak perlu memaksakan diri. Kita istirahat saja,” Mia berkata dengan lembut, dia berusaha menyemangati suaminya.

"Nggak! Kita sudah siap, Mia. Momen ini penting untuk kita. Lebih baik kita tetap berangkat saja," ujar Ammar sambil berusaha berdiri tegak, walaupun dia goyah.

Akhirnya, dengan tekad yang sudah bulat, mereka berangkat. Mia akhirnya memutuskan untuk mengemudikan mobilnya menuju lokasi bulan madu yang telah mereka pilih. Dalam perjalanan, Ammar mencoba berbincang untuk mengalihkan perhatian, tetapi Mia bisa merasakan rasa sakitnya yang terpendam.

“Sayang, kamu pasti akan merasa lebih baik setelah sampai di sana. Kita akan santai, jalan-jalan di pantai, dan menikmati makan malam yang romantis. Ingat rencana kita.” Meskipun kurang yakin, Mia berharap bisa memberinya semangat.

Ammar hanya mengangguk lemah, tidak dapat menyembunyikan rasa tidak nyaman di wajahnya. Beberapa kali, dia menutup mata, berjuang melawan rasa pusing yang semakin menjadi.

Setibanya di resort, Mia segera mengantarkan Ammar ke kamar mereka yang indah. “Nah, ini dia! Tempat liburan yang direncanakan kemarin. Pantainya sangat indah."

Mia dan Ammar hanya bisa berbulan madu di Indonesia saja karena jatah cuti Ammar hanya tersisa tiga hari.

Namun, Ammar hanya duduk di tepi tempat tidur sambil mengusap dahinya. "Duh, Mia, aku benar-benar merasa sakit .…"

Mia segera berlari ke pintu mini bar dan mengambil sebotol air putih. “Minum ini, mungkin bisa membantu,” ujar Mia mendorong botol air mineral itu kehadapan suaminya.

“Ayo, Ammar, berbaring saja. Nanti setelah kamu merasa lebih baik, kita bisa ke pantai. Jangan paksa diri.” Mia mencoba menenangkan dengan lembut.

Ammar menutup matanya dan berusaha berbaring, tetapi hanya dalam hitungan menit, perutnya mulai memberontak. Dia langsung bangun dan melompat dari tempat tidur dan segera berlari ke kamar mandi.

"Mia!" teriak Ammar sebelum pintu kamar mandi pun tertutup.

Rasa ngilu semakin tak tertahankan. Mia berada di luar, berusaha menenangkan sambil mengingatkan bahwa semuanya akan baik-baik saja. "Aku di sini, Sayang. Coba tenang, pelan-pelan," suara Mia dipenuhi kepanikan.

Ketika Ammar kembali, wajahnya pucat pasi dan napasnya tersengal. "Maaf … maafkan aku, Mia. Sepertinya aku tidak bisa. Ini semua salahku .…"

Mia merasa amarahnya bercampur aduk. "Ammar, ini bukan salahmu! Tapi seharusnya kita tidak pergi jika kamu memang tidak sehat!"

"Aku tidak ingin mengecewakanmu. Kita sudah merencanakan ini kemarin." Ammar berusaha menjelaskan dengan suara pelan.

Mia menggelengkan kepalanya, hatinya bergetar. "Tapi aku lebih memilih kamu sehat. Kita bisa merencanakan lagi bulan madu lain waktu."

Ammar menutup matanya, merasa tidak enak. “Tidak, Mia. Kamu harus bersenang-senang. Tinggal di sini dan nikmati tempatnya saja. Biarkan aku sendirian dulu,” ujarnya lemah.

Seketika, Mia merasakan air matanya mengalir. "Dan kamu mau aku pergi sendirian? Tidak, Ammar. Tak ada artinya tanpa kamu. Seharusnya kita menikmatinya bersama. Jika aku pergi sendiri itu namanya bukan bulan madu!"

"Aku di sini saja. Apa yang orang katakan jika tau aku meninggalkan kamu sendiri dalam keadaan sakit!"

"Tadi kamu sudah memeriksa keadaanku. Sebenarnya aku sakit apa? Obat apa yang kamu berikan tadi?" tanya Ammar.

"Aku tak melihat hal yang beda di tubuhmu. Semua normal, hanya ...."

"Hanya apa ...?" tanya Ammar dengan nada kuatir.

"Semua yang kamu rasakan itu seperti wanita hamil. Biasanya ini di sebut kehamilan simpatik atau Couvade syndrome. Ini terjadi saat sang istri hamil muda, dan gejalanya dirasakan juga oleh sang suami. Tapi ... Aku tak mungkin hamil. Kita baru dua hari menikah. Apakah kekasihmu Aisyah itu yang hamil? Apakah kalian sebelum ini melakukan hubungan badan?" tanya Mia dengan dahi berkerut.

Ammar yang mendengar pertanyaan Mia menjadi terkejut. Dia kembali teringat Aisyah. Mereka memang telah melakukan hubungan badan. "Apakah benar Aisyah yang sedang hamil?" tanya Ammar dalam hatinya.

1
Ma Em
Alby lbh baik ceritakan masa lalu mu pada Aisyah jgn dipendam sendiri daripada Aisyah tau dari Ammar lbh baik Alby yg cerita , Aisyah pasti akan memahami keadaanmu Alby dan akan memaafkan mu Aisyah itu orang baik sabar , semangat Alby semoga kamu bisa mempertahankan keutuhan rumah tanggamu , Ammar dulu saja kemana kamu , Ammar yg membuang dan mencampakkan Aisyah sekarang Aisyah sdh bahagia dgn suaminya malah mau diganggu , semangat ...Alby aku mendukungmu semoga Alby menang melawan Ammar. 💪💪💪
darsih
masa Lalu yg harus d bayar mahal sampe adik nya yg kena hukum Karma
Ida Nur Hidayati
ayo Alby jujur dan ceritakan pada Aisyah
Ida Nur Hidayati
lebih baik Alby jujur pada Aisyah sebelum Aisyah tahu dati orang lain. apalagi orang itu Ammar
Nar Sih
lebih baik jujur pada aisyah alby ,sblm aisyah dgr dri amar yg pasti beda cerita dri yg asli nya ,yakin lah pasti aisyah bisa terima msa lalu mu
Riskiya ahmad
alby cuba bicarakan baik2 dgn aisyah masa lalu mu,biar nanti kalu amar bukar rahasia mu,aisyah tidak kagit lgi,setiap org pasti punya masa lalu, aisyah pasti gerti alby/Grin//Grin//Grin/
🌷💚SITI.R💚🌷
jangan mengorori tangan kamu lg alby nanti kamu akan lbh menyesal
🌷💚SITI.R💚🌷
mending trs terang dr sekarang jangan smp ke duluan sm ammar dan apapun nanti kepilutusan aisyah pasti yg trbaik
Citra
Alby lebih baik ceritakan aja yg sebenar nya sama Aisyah sebelum Ammar yg duluan menceritakan kisah mu
🌷💚SITI.R💚🌷
apa benar kenyataan alby dulu pernah seperti itu..smg kamu bisa trs terang sm aisyah tentang masa lalu kamu
🌷💚SITI.R💚🌷
sayang sekali ammar bkn kepercayaan aisyah yg kamu dapat tp malah semakin rasa tdk suks sm kamu
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ🍉
yok al mo ngomong sendiri sm aisyah apa kita bantuin ngomong
Rahma Inayah
lbh baik km cerita kan sejujur nya dgn aisyah sblm amar yg bercerita
☠ᵏᵋᶜᶟբɾҽҽթαlҽsԵíղαKᵝ⃟ᴸ𒈒⃟ʟʙᴄ🍉
makanya jujur al sm aisyah sebelum aisyah tau dr org lain
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
ken darsihk
Pasti Aisyah bisa menerima dan memaafkan masa lalu mu Alby , saat nya terbuka dan menceritakan semua nya ke Aisyah
ken darsihk
Sebelum semua nya terkuak , ada baik nya kamu bicara jujur ke Aisyah By karena pengakuan dari dirimu itu yng terpenting
Cindy
lanjut kak
watini
wes ora usah kakean cing Cong,gagean jujur ke aisyah.dari pada keduluan Ammar malah makin riweh urusannya.sdmangat alby....lanjut thor
Ilfa Yarni
ayo alby ceritakan yg sebenarnyaa pd aisyah waktu itu km terlalu muda blom bisa berfikir dan km jg udah nerima karnamu adikmu jg hamil diluar nikah dan bundir aku rasa hukumanmu udah setimpal semoga aisyah bisa memahamimu dan aisyah tidak akan pergi dr sisimu klo km jujur percayalah ini jln yg terbaik agar kau bisa melawan ammar
Suanti: hancur kan pekerjaan ammar sekalian sama dengan pekerjaan dokter mia biar sekalian hancur rumah tangga nya 😅
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!