"Aku ini kamu anggap istri bukan sih mas! Pulang kerja tidak pernah menyapaku, langsung main HP sampai lupa waktu, waktu sholat pun kau lupa" sentak Andin. "Diam kau! Aku ini lelah bekerja, pulang2 malah denger kau ngomel? Tak tau diri! Ini rumahku! Ini kehidupan ku, kau cuma numpang tak usah mengatur ku" jawab Firman tak mau kalah.
Deg
Andin terkejut dengan penuturan suaminya. Apa dia bilang? Ini rumahnya? Hah yang benar saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayuma Utari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 Bertemu Pak Ridwan
Waktu berlalu dengan cepat. Tak terasa hari ini adalah hari dimana Firman beserta ibu dan kakaknya akan ke kampung halamannya. Sesuai dengan pamitnya pada Andin.
Andin yang selesai menunaikan ibadah sholat subuh mendengar grasak grusuk di ruang tamu. Semalam, Firman memang sengaja tak tidur di kamar. Ia memilih untuk tidur di sofa ruang tamu. Katanya agar pagi ini tak kesiangan. Alasan yang tak masuk logika bagi Andin.
"Kamu berangkat ndin, jaga rumah baik-baik" pesan ibu mertua pada Andin.
"Tenang bu, rumah ini milikku, sudah pasti aku akan menjaga nya dengan sebaik mungkin"
"Heh enak aja rumahmu, rumah ini tuu... "
"Udah mbakk, sekarang kita berangkat, takut terjebak macet" cegah firman pada Retno yang siap mengomel panjang lebar pada Andin.
"Aku berangkat Ndin" pamit firman.
Andin segera menyalami tangan suaminya takzim. Layaknya pasangan suami istri yang romantis.
"Iya mas. "
"Assalamu'alaikum"
"Walaikum salam"
Sepertinya rombongan suaminya. Andin segera mengubungi seseorang di sebrang telepon.
"Ikuti mereka"
"Baik bu" jawab seseorang di sebrang sambil mengangguk tanda mengerti, meski ia tahu Andin tak melihat anggukannya.
Tak terasa setelah Andin berkutat di dapur dengan pengasuh Fara, jam sudah menunjukkan pukul 6 lewat 10 menit.
"Mbak, aku izin mandi dulu ya. Mbak bangunin Fara. Eh tapi kayanya Fara udah bangun. Tapi mbak bisa cek aja. Bantu pakein baju ya"
"Siap buuu"
**
Di sebuah kampung...
"Eh jengg, selamat datang di rumah sederhana kamii"sambut sang tuang rumah pada Bu Winda dan rombongan.
"Ahh kamu jeng bisa aja. Rumah buaguss kaya gini kok" ucap bu Winda. Ia tak bohong soal rumah calon besannya ini. Memang tergolong bagus menurutnya.
"Yaudah ayo masuk dulu, istirahat. Acaranya nanti siang. Sekarang masih ada waktu satu jam untuk kalian istirahat. Yuk yuk"
"Iya jeng. Kebetulan ini capek bangettt"
Perjalanan dari kota menuju desa memakan waktu kurang lebih tiga jam. Dan akad nikah akan dilaksanakan selepas Dhuhur.
Ya, akad nikah yang dimaksud adalah akad nikah antara Firman dan Shela. Tempat acara sendiri meraka pilih di kediaman Shela.
Firman dan keluarganya berbohong pada Andin jika mereka menghadiri nikahan saudara. Padahal, itu semua adalah akad nikah antara Firman dan Shela.
Entahlah, padahal Andin juga tak memberi restu, Firman pun menikahi Shela diam-diam tanpa sepengetahuan Andin.
Setelah pada rombongan selesai istirahat dan selesai dirias juga, mereka segera keluar dari dalam kamar. Karena waktu sudah menunjukkan pukul satu siang.
Bahkan Chika, yang seharusnya siang ini mendapatkan jatah tidur siang harus menahan kantuk pasalnya sang mama, Retno tak mengizinkan ia tidur.
Di meja akad, Firman telah siap berhadapan dengan wali nikah dari Shela yang tak lain adalah ayah kandung Shela. Di sebelahnya, terdapat beberapa saksi yang hadir, diantaranya Sugeng, bu Winda, Retno dan beberapa kerabat dari Shela.
"Saya terima nikah dan kawinnya Shela Maharani binti Aziz dengan mas kawin emas dan uang 30 juta dibayar tunai"
"Bagaimana saksi?"
"Sahhh"
Terdengar kasak kusuk dari mulut tetangga yang ikut hadir di akad nikah Shela. Mereka cukup tersanjung dengan nominal mahar yang diberikan Firman pada Shela. Pasalnya, di kampung mereka nominal uang yang paling besar untuk sebuah mahar adalah sekitar 5 juta.
Ibu Shela, Martini yang mendengar kasak kusuk tetangga tersenyum bangga karena mantunya bisa memberikan putrinya mahar yang fantastis, dan kedepannya, ia pastikan menjadi buah bibir untuk beberapa hari kedepan.
"Alhamdulillah"
Tak lama Shela di dampingi adiknya, keluar dari dalam kamar. Semua mata memandang Shela dengan tatapan memuja. Shela hari ini tampil dengan anggunnya, sudah seperti artis-artis saja dandanannya. Tak menor namun kelihatan elegan.
"Mempelai wanita, silahkan dicium tangan suaminya"
"Dan mempelai pria mohon untuk mencium kening istrinya" ucap pak penghulu menginstruksi.
Selepas akad, acara resepsi diadakan sekitar pukul tiga sore. Rasa lelah yang dirasakan oleh Firman dan keluarga sampai tak terasa karena tertutup oleh kebahagiaan mereka.
**
Tess
Air mata tak terasa terjatuh pada pipi mulus Andin. Sejak tadi, ia melihat bagimana jalannya akad nikah yang dilakukan suaminya. Ya, disana ia memerintah salah seorang anak buahnya untuk menyamar menjadi orang yang hadir di kondangan. Demi bisa mengambil gambar untuk dikirimkan pada Andin.
Tak munafik, bagaimana pun Andin masih sangat mencintai suaminya. Namun, ia tak akan bisa jika terus menerus bertahan di sebuah hubungan toxic. Suaminya saja berani berbohong dan lebih parahnya berani menikah lagi di belakang dia.
Dengan tertatih, ia berjalan menuju ruangan bosnya, Alex.
Tok tok
"Permisi pak, saya boleh berbicara? " tanya Andin pada Alex yang tengah sibuk dengan berbagai kertas di depannya.
"Ya silahkan" tanya Alex dengan bibir mengembang senyum.
"Apakah boleh jika besok saya izin satu hari unt.. "
"Untuk apa? " potong Alex.
"Maaf, tapi ada suatu hal yang emm saya tidak bisa bilang"
"Tentang suamimu? "
"Eh"
"Yasudah, saya izinkan"
"Terimakasih pak. Semoga anda sehat selalu. Kalau begitu saya pamit keluar" pamit Andin dengan sopannya pada atasannya.
"Andin tunggu"
"Ya pak? "
"Kenapa formal sekali? Kita disini hanya berdua. Panggil Alex saja. Aku tidak mau ada jarak di antara kita"
"Maaf Pak, saya tidak bisa. Karena ini masih di kantor. Saya harus profesional. Sekali lagi maaf dan permisi"
Setelahnya Andin segera keluar dari dalam ruangan bossnya. Ia tak mau nantinya di anggap sebagai wanita yang suka menggoda atasan. Pasalnya dengan ia menjadi sekretaris Alex saja sudah banyak gunjingan dari karyawan lain. Itu semua dikarenakan ia yang memiliki tampilan kurang menarik bisa menjadi sekretaris. Membuat para karyawan wanita lain menjadi berang dan tak Terima.
Andin sudah bertekad untuk menyelesaikan semua masalahnya besok. Tanpa bantuan siapapun. Bahkan keluarganya.
Hari ini, setelah selesai bekerja. Ia berencana akan menemui pak Ridwan, seorang pengacara dengan jam terbang tinggi.
"Assalamu'alaikum pak, apa saya terlambat? Maaf tadi saya sedikit telat keluar kantor" ucap Andin begitu duduk di depan pak Ridwan.
"Walaikum salam buat Andin. Tidak tidak, anda tidak telat. Saya disini juga baru sekitar 5 menit"
"Oh alhamdulillah. Kalau begitu, mari kita pesan minuman atau mungkin makanan dulu? "
"Minum saja bu, tadi saya sudah makan sedikit sebelum kesini, ibu kalau mau pesan makanan saya akan siap menunggu"
"Tidak pak. Mari kita pesan minum saja"
Setelahnya Andin memanggil waiters untuk mencatat pesanannya dengan pak Ridwan.
"Jadi bagaimana bu? Apa yang bisa saya bantu?"
"Emm begini pak, saya ingin bercerai dari suami saya" tegasnya.
"Baiklah, apa ada masalah dalam rumah tangga ibu sebelumnya? "
"Banyak pak, pertama suami saya selingkuh, bahkan hari ini ia sedang melangsungkan pernikahan dengan selingkuhan nya. Diam-diam tanpa saya ketahuilah. Namun, karena saya curiga, saya memerintahkan orang untuk mengikuti suami saya dan merekam semuanya" ucapnya lalu menyerahkan handphone yang berisi video akad nikah suaminya dengan perempuan lain.
"Baik bu, untuk kasus ini saja suami anda sudah bisa disebut sebagai tindak pidana karena menikah tanpa persetujuan istri pertama. Yang mana bisa terjerat pasal 279 KUHP . Anda bisa menuntut beliau. Terlebih lagi dalam islam jika sang suami tidak bisa berlaku adil nantinya atau menyakiti hati istri bisa saja jatuhnya dosa"
"Lalu bu, untuk harta goni gini? Apa yang ibu beli setelah pernikahan? "
"Tidak ada pak. Selama pernikahan, bahkan sekarang suami saya sudah menjabat sebagai manager keuangan selama 7 bulan. Saya hanya diberi nafkah 400ribu. Yang mana itu harus mencakup semua kebutuhan rumah. Untuk rumah. Itu adalah rumah pemberian orangtua saya.Sertifikat pun masih atas nama papa saya"
"Bu, dari yang saya tangkap. Rumah itu masih milih orangtua ibu. Betul? Rumah yang diberikan orang tua sebelum menikah dianggap sebagai harta bawaan dan menjadi hak milik pribadi bu. Jadi, suami ibu tidak ada hak di dalamnya"
Pembicaraan mereka sempat terjeda karena waitress mengantarkan minuman pesanan mereka.
Setelah kurang lebih satu jam mereka mengobrol. Andin segera pamit karena waktu sudah menunjukkan pukul 6 petang.
"Baik Pak Ridwan, saya sebenarnya kurang faham tentang hukum. Jadi saya menyerahkan semua ini pada pak Ridwan. Saya menyerahkan semua persyaratan ini pada anda pak"
"Baik bu, nanti setelah saya proses. Saya akan mengirimkan surat panggilan pada suami anda"
"Baik Pak Terima kasih"