Lanjutan kisah Cinta Simon Dan Maria di Kisah Klasik Remaja. mau baca dulu silahkan biar ga bingung hehe..
kisah kehebatan Simon sang CEO dan Hacker Cantik Jenius bernama Maria.
mereka adalah pasangan suami istri yang masih muda.
Menikah di usia muda tentu saja menjadi tantangan tersendiri, apakah pernikahan mereka selalu berjalan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 123123tesmenulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gelora muda
****
Fiko memandangi wajah Maria yang serius, beberapa kali Maria menjelaskan kode kode itu padanya. Semua penjelasannya mudah dia fahami. Sebagai sesama anak IT tentu saja hal seperti itu sering dia pelajari dulu. Namun tentunya ada beberapa metode berbeda karena tentunya perbedaan kurikulum yang ada di kampus mereka.
“Ulangi sampai 15 kali ya mas..” ucap Maria lalu meminum air mineral yang di bawanya.
Fiko mengangguk
“Mas Fiko mau makan siang apa? Biar sekalian aku pesankan?” tanya Maria
“Eh?” ucap Fiko tidak percaya, bagaimana bisa wanita itu perhatian padanya? 'sadari Fikk, itu hanya sebagai rasa kemanusiaan. Ga mungkin dia ada rasa sama lo! Jangan ge er!' batinnya.
“Nanti suami aku juga kesini, kita sekalian makan siang bareng” ucap Maria melihat kebingungan dimata Fiko,
“Aku ga nyangka kamu akan menawariku juga,” ucap Fiko jujur
“Kita partner okay?” ucap Maria meyakinkan agar Fiko tak merasa sungkan padanya. Dia lupa Fiko dan dirinya memang belum lama kenal,
“Ah iya, kalau begitu apa saja aku ga pemilih kok,”
“Aku aga sedikit diet jadi cuma pesan salad buah. Tapi kak Mon aku pesankan steak jadi aku pesankan steak juga ya..”
Fiko mengangguk.
“Kenapa diet? Udah bagus kok badan kamu”
“Hm.. belakangan kurang olahraga, jadi kadar lemak aku naik. Aku harus sediktit mengurangi karbo, itu kata Clara” jawab Maria dan mengangkat telponnya yang berdering.
“Ya mas?”
“Hm.. bentar!” Maria membuka ipadnya.
“Jalan Suci” lanjutnya singkat.
“Ini bahkan cuma beberapa detik. Makin canggih ya aplikasi kamu?” seru Aldo diseberang.
“Aku ga tidur 2 hari 3 malam demi menyelesaikan ini, jadi bayar aku lebih mahal kali ini” jawab Maria bangga.
“iya iya tau, sampe mengabaikan suami kamukan? Huh! Dosa tau!!” ucap Aldo lagi
Maria tertawa,
“Aku sudah bertobat dan suami aku juga sudah maafin aku kok” sahutnya,
“Hahaha baik sekali suaminyaa..”
“Hmm..” balas Maria berdehem
“Eh gimana kemarin hasil pindai perusahan mertua kamu?”
“Masih aman tapi perlu upgrade”
“Mau ku bantu, aku bisa bikin gratis asal…”
“Asal?” ulang Maria
“Papa mertua kamu keluar ari aliansinya dan bergabung dengan aliansi kita”
“Kita?”
“Ya! Aku putusin buat bikin aliansi resmi. Izinnya sudah kita dapat, tinggal kita laksanakan”
“Kirim aja proposalnya..” balas Maria acuh.
“Oke.. besok aku ke Bandung. Kamu free kan?”
“Engga, aku ada OSK besok, kemungkinan sampe sore”
“Yeahh.. Baiklah, kita bisa ketemu malam kan?”
“Aku ada kencan sama suamiku,” balas Maria lagi.
“Tak masalah, suami kamu sudah setuju kok..”
“Asihhh curang, pasti sebelum ngomong ke aku mas ke dia dulu..”
Aldo tertawa diseberang sana.
“Tentu kami sedang bersama saat ini” balas Aldo yang membuat Maria melotot.
“Kalian ngapain ketemu?” ucapnya curiga.
“Tentu saja bahas bisnis, ga penting banget bahas kamu”
“Jangan bohong deh mas, i know you so well.. Dan suami aku ga mungkin ada urusan bisnis sama mas kalau ga dia lagi nyari tau tentang sesuatu yang pastinya itu tentang aku!”
“Jangan bilang macem macem.. Awas ya mas Aldo!”
“ yayaya!! apa yang dia tanyakan akan aku jawab, aku ga akan menambahi ataupun menguranginya.. Termasuk pertanyaan sakral itu”
Deg!! Maria mematung
“Ja.. jangan di bilang Mas,” ucap Maria takut. Dia benar bener tak mau kalau Simon sampai tahu Masalah Aldo
“Terlambat, aku udah bilang dia kalau aku sempat mengajak kamu taaruf dan hampir nemuin papa kamu kalau ga kamu larang!”
Klik.
Sambungan terputus.
Maria mematikan telponnya dan segera minum lalu beristigfar, dia menggigit bibirnya pelan.
Fakta yang selama ini dia sembunyikan akhirnya terungkap dan hal itu membuat hatinya tak tenang, apa reaksi suaminya nanti? Apalagi melihat sampai sekarang Aldo selalu memperhatikannya sama seperti dulu. Tak ada yang berubah. Hanya saja sekarang Aldo berdalih kalau itu bentuk perhatiannya terhadap adik.
Maria hanya menghembuskan nafasnya.
“Mas Fiko aku izin ke mushola dulu yaa..” ucap Maria yang di angguki Fiko.
Fiko memperhatikannya bahkan sedari tadi dia mendengarkan percakapan antara dirinya dengan mas Aldo mas Aldo itu karena Maria meloadsepker kan handphone sambil memainkan ipadnya.
Fiko merenung sejenak, siapapun laki lakinya, dia rasa tak mungkin jika tak menyukai Maria. Paras cantik, pintar, baik dan shaleha apalagi? Tentu saja gambaran seorang wanita yang sempurna. Fiko saja yang baru mengenalnya selama beberapa hari ini sudah mulai menyimpan rasa itu. Jadi wajar saja bukan? Tapi kenapa Maria terlihat resah? Ah bahkan saat resah pun dia malah memutuskan ke mushola untuk menenangkan diri. Benar benar shaleha bukan? Batin Fiko semakin kagum.
Suara lantunan ayat suci terdengar merdu di mushola lantai itu. Rony yang melihatnya langsung tertegun. Dia tidak menyangka bahwa menantunya memiliki suara yang sebagus itu ketika membaca al - quran.
Ini masih pukul 12 kurang, tapi menantunya sudah berada di mushola.
Sampai suara adzan dzuhur terdengar, Maria mengakhiri tadarusnya dan mulai melaksanakan shalat dzuhur.
“Mau berjamaah?” ucap Rony maju kedepannya.
Maria tergaket,
“Papa..” ucapnya pelan.
Rony mengangguk dan tersenyum.
“Yuk?”
Maria mengangguk dan memulai ibadah wajibnya itu.
Setelahnya Maria mencium tangan Rony seperti dia mencium tangan ayahnya.
Rony mengelus kepala Maria dengan sayang.
“Suara tilawah kamu bagus banget sayang, Simon pasti betah deh tilawah lama lama sama kamu” ucap Rony
Maria hanya mengangguk,
“Biasanya setelah shalat kami memang murojaah dan tilawah bersama pa.. kak Mon bahkan lebih bagus dari aku.” jawab Maria teduh
“Oh ya? Apa dia membimbing kamu ?”
Maria mengangguk.
“Kak Mon bahkan tahu arti setiap ayat yang kami baca, dia juga ngejelasin semuanya..”
“Alhamdulillah.. Semoga seterusnya kalian saling menjaga ya sayang..”
Maria hanya mengangguk..
“Gimana progress Fiko?” tanya Ron ketika mereka berjalan beriringan menuju ruangan Fiko.
“Cukup baik, mas Fiko orang yang cerdas dan mudah menyerap materi yang aku berikan” jelas Maria,
“Papa saja mengerti kok apa yang Maria jelaskan, kamu selalu membuat semuanya sederhana dan mudah dimengerti..” Ron memujinya lagi
“Papa berlebihan,”
“Suamimu itu sudah mengabari kah?”
“Hm.. katanya otw sih barusan aku cek hape” balas Maria
“Yaudahh, papa temenin sampai ada suami kamu ya, bisa gawat kalau dia tau kamu cuma berdua di ruangan itu walaupun bawahan Fiko bisa dengan jelas melihat dan mendengar percakapan kalian.
Maria tersenyum kecil
*****
Simon dan Maria sudah berada di rumah mereka setelah berbagai aktivitas padat mereka seharian ini.
“Kak..” ucap Maria setelah membereskan bekas makan mereka.
“Hmm.?” Simon mengelus pipi istrinya sayang saat ini posisi mereka saling berdiri berhadapan.
“Besok aku pengen panggil ART boleh? Cuma 1 hari sih paling tapi aku minta kak Luna mengawasi.”
“Bukannya ada yang beberes rumah tiap hari sayang?”
“Aku pengen wraping stok makanan buat 1 bulan kedepan”
Simon mengernyit.
Maria berjalan menuju kulkasnya dan merogoh sesuatu di dalam kantung yang merupakan pelindung kulkas.
“Aku udah bikin jadwal masakan selama sebulan” Maria menyerahkan sebuah file kepada suaminya.
Mata Simon membulat melihat daftar masakan bersama resep cara membuatnya. Lengkap dari mulai sarapan, makan siang (jika di rumah) dan juga makan malam. Selain itu Maria juga sudah membuat jadwal membeli buah dan sayur.
“Mashaallah sayangg..” Simon memeluk istrinya gemas.
“Kapan kamu bikin ini?” tanya nya sambil membolak balikan kertas itu.
“Udah lama sih.. Pas aku di Bali.”
“Gabut aja sih kak.. Hehe” lanjut Maria menjelaskan
“Gabut nya produktif sekali ya istri ku ini..” Simon menciumi wajah Maria gemas. Maria lalu menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.
“Terus kalau besok, belanjanya kapan?” tanya Simon, dia memeluk istrinya
“Ah iya juga..” Maria membuat pola di perut rata sang suami
“Kulkas nya emang bakal cukup kalau di masukin daging ayam sampe 10kg gini?” Simon menunjukan total barang yang ditulis Maria, diantaranya Daging ayang 10kg, daging sapi 8kg, ikan salmon 1 kg, ikan tuna 3kg dan masih banyak yang lainnya.
Simon mengeratkan pelukannya pada pinggang Maria.
“Aku rasa 1 minggu sekali cukup. Tak perlu sampai 1 bulan seperti ini sayang, kulkas kita..”
“No! Ribet banget loh kak kalau harua belanja 1 minggu sekali..”
“Kan kita nyuruh ART sayang.. Kita cari ART yang bersertifikat gimana?”
“Gapapa kalau bayar ART?” tanya Maria
Simon mengangguk yakin.
“Ga masalah, sekarang gimana kalau kita cari ART nya?”
Maria mengangguk, dia lantas membuka ipadnya.
“Biar dia yang urus semuanya, seperti kata Clara, kamu cuma tinggal nyemplungin semua bahannya deal?”
Maria mengangguk senang. Tak menyangka kalau suaminya akan sangat memudahkan pekerjaannya.
“Makasih ya kak..”
“Anything buat istri aku” Simon kembali mengecup puncak kepala Maria.
“Sama kakak semuanya lebih mudah, beda sama Clara.. Dia pasti akan ngomel kalau aku bikin daftar makanan kayak gini. Katanya makan ya sesuai mood aja, kenapa harus di atur kayak gitu? Lo Kaku banget!” ucap Maria menirukan gaya bicara Clara
Simon tertawa mendengarnya
Mereka berpandangan sejenak sebelum akhirnya berciuman mesra.
“Karena aku laki laki, aku ga mau repot mengurusi hal begitu. Tapi untuk istriku, aku akan mencarikan solusi terbaik. Dan untuk saat ini itu solusinya kan?”
“Kadang aku takut kakak kecewa sama aku karena aku ga bisa ngurus rumah, apalagi selama ini Mama Sofi selalu berpesan kalau aku harus bisa mengurus dapur..”
“Kita bisa belajar bersama sayang..” Simon kembali memangut istrinya. Sudah halal kan? kapanpun dia menginginkannya maka tak ada larangan.
Maria cemberut.
“Kata papa jangan sampai kebutuhan dasar kakak orang lain yang urus, karena itu bisa menimbulkan percikan…” Simon kembali memangut istrinya
“Dan kebutuhan dasar aku adalah ini..” dia lalu mulai mencum bu i istrinya.
Tentu saja Maria tak bisa menolak. ia takut Dosa.
Setelah seslesai sesi bercinta mereka di ruang tengah itu, mereka lantas membersihkan diri lalu melaksanakan ibadah shalat magrib dan lanjut tilawah sampai shalat isya menjelang.
Hari ini kajian mereka tentang Q.S Ibrahim ayat 7 mengenai rasa syukur, Simon menjelaskan kepada istrinya betapa mereka harus bersyukur dengan keadaan mereka saat ini. Terutama masalah ekonomi yang sudah stabil. Simon juga menjelaskan beberapa hadist yang mendukung ayat itu.
Maria memeluk sang suami,
“Aku sangat bersyukur menikah dengan kakak, serasa punya ustadz pribadi” celetuknya yang diiringi tawa Simon
“Aku memang ustadz pribadi untuk istriku..” dia mencium ubun ubunya.
“Kita bisa melanjutkan ronde kedua kan sayang?” ucapnya sensual yang diangguki Maria.
mereka mengulangi pergumulannya, kali ini tentu saja di kamar.
jiwa muda yang menggelora, begitulah mereka terhadap hubungan se x. Baik Maria maupun Simon sama sama haus akan kebutuhan biologis itu. Mau berapa kalipun mereka sudah halal kan?