NovelToon NovelToon
PENDEKAR IBLIS

PENDEKAR IBLIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: zhar

"Dendam bukan jalan keluar. Tapi bagiku, itu satu-satunya jalan pulang"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zhar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

“Walaupun dia pantas mati, tapi tidak sepantasnya Tuan menyiksanya seperti itu,” jawab Kirana tegas.

Raka menatapnya, ada kekaguman yang timbul karena kejujuran wanita di depannya.

“Itu belum seberapa dibandingkan dengan penyiksaan yang pernah dia lakukan selama ini. Lalu, apakah kau akan menuntut balas...?” tanya Raka tajam.

Pertanyaan itu membuat Kirana sedikit terbakar emosi melihat kecongkakan Raka. Tapi bukan itu maksudnya mengejar pria itu.

“Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih atas pertolongan Tuan pada saya.”

“Aku bukan Tuan. Namaku Raka... dan terima kasihmu aku terima. Jadi, tak usah lagi kau mengikutiku...” ujar Raka sambil bersiap melanjutkan perjalanannya.

“Tunggu dulu, Raka...” tahan Kirana.

Raka memalingkan tubuhnya, mengernyitkan alis, bertanya tanpa kata.

“Aku tak bisa menyimpan utang budi. Jadi... apa yang bisa kulakukan untuk membalas jasamu?” tanya Kirana, berusaha membuka percakapan lagi meski hatinya gentar menghadapi sorot mata Raka yang begitu tajam, seolah menembus sanubarinya.

Namun dia juga sadar orang yang berdiri di hadapannya bukan orang biasa. Raka sadis dan sembrono, dan bisa saja suatu saat dia harus berhadapan langsung dengan maut... atau dengan Pendekar Iblis.

"Aku tidak punya banyak keinginan, hanya satu."

"Apa itu…?"

"Membunuh Datuk Pengemis Nyawa. Jadi, kalau kau ingin membantuku, carikan informasi tentang keberadaannya. Tapi ingat, jangan pernah membunuhnya. Hanya aku yang berhak mencabik-cabik ususnya."

Raka mengucapkan itu dengan rahang mengeras, matanya dipenuhi amarah dan kebencian.

"Bagaimana kalau Datuk Pengemis Nyawa dibunuh orang lain?" tanya Kirana pelan.

"Akan ku bunuh juga orang itu," jawab Raka tanpa ragu, nada suaranya dingin namun tegas. Kebenciannya terhadap sosok tua itu begitu dalam, seolah mengakar dalam jiwanya.

"Lalu... setelah kau berhasil membunuh Datuk Pengemis Nyawa, apa yang akan kau lakukan?" tanya Kirana lagi.

Pertanyaan itu membuat Raka terdiam. Ia terhenyak selama ini pikirannya hanya dipenuhi dendam. Ia tak pernah membayangkan hidup setelah balas dendam itu tercapai. Apa yang akan ia lakukan setelahnya? Ia tidak tahu.

Kirana tersenyum tipis melihat kebingungan di wajah Raka.

“Apa yang akan aku lakukan…? Yang pasti, Datuk Pengemis Nyawa harus mati,” kata Raka setelah lama diam, tidak menemukan jawaban atas pertanyaan Kirana.

“Kalau tujuanmu cuma membunuh Datuk Pengemis Nyawa, lalu kenapa selama ini kamu juga membunuh orang lain? Atas dasar apa?” tanya Kirana. Ia penasaran, seperti pendekar lainnya, terhadap tindakan Raka yang sering sembrono dan tidak terduga.

“Aku tidak bertindak tanpa alasan. Kalau pikiranku terganggu atau perasaanku terusik, aku pasti akan membalas. Tapi jujur, aku tidak pernah berniat membunuh siapa pun. Satu-satunya yang pantas ku bunuh hanya Datuk Pengemis Nyawa. Kamu lihat sendiri tadi, aku tidak membunuh kepala perampok itu.”

“Tapi dia mati bunuh diri karena kamu siksa…”

“Itu salahnya sendiri. Aku sudah memberinya kesempatan untuk hidup, hidup tanpa mengganggu orang lain lagi.”

“Tapi aku lihat sendiri kamu membunuh beberapa orang tadi.”

“Itu bukan karena aku sengaja membunuh. Mereka mati karena tidak bisa menghindari serangan ku. Itu kesalahan mereka Sendiri berusaha menyerang ku dengan ilmu yang dangkal," terang Raka sambil duduk santai di atas sebuah batu.

Awalnya, ia enggan berbicara dengan gadis di depannya. Namun, seiring waktu, ia mulai menikmati percakapan tentang dirinya itu.

"Bagaimana dengan para pendekar lain yang telah mati di tanganmu?" tanya Kirana semakin menyelidik. Sesungguhnya, ia ingin tahu tentang nasib Kyai Prana mantan guru Pendekar Iblis itu. Namun ia tak berani bertanya langsung, khawatir menyinggung perasaan Raka. Ia sadar, hal itu bisa berakibat fatal.

"Sama seperti tadi. Aku tak pernah berniat membunuh. Jika lawanku cukup tangguh, biasanya kutinggalkan jasadnya di atas pohon atau ku lempar ke dalam jurang dalam keadaan hidup. Ku pasrahkan nyawanya pada nasib. Kalau nasibnya baik, ia akan selamat mungkin ditolong orang. Tapi kalau tidak, dan malah ditemukan hewan buas… itu di luar tanggung jawabku. Bukan aku yang membunuhnya."

Nada Raka terdengar santai, namun jawabannya membuat bulu kuduk Kirana meremang. Betapa sadisnya orang yang duduk di depannya ini. Pantas saja jika ia dijuluki "Iblis" namun juga "Pendekar", karena ia kerap menolong mereka yang tertindas.

"Sudahlah... pembicaraan kita cukup sampai di sini. Aku harus melanjutkan perjalanan mencari Datuk Pengemis Nyawa. Jika kau memang ingin membantuku, carikan informasi Keberadaan Datuk Pengemis Nyawa… Dan cepatlah ganti pakaianmu itu, malu kalau sampai dilihat kucing," sindir Raka dengan seringai menggoda. Kirana langsung merona, refleks merapatkan pelukannya pada bagian-bagian tubuhnya yang terbuka.

"Namaku Kirana! Bagaimana aku bisa mencari mu jika aku mendapat kabar tentang keberadaan Datuk Pengemis Nyawa?" teriak Kirana pada Raka yang telah melompat tinggi seolah melayang di udara. Teknik peringan tubuhnya benar-benar luar biasa.

"Beberapa pekan ke depan, jika kau belum menemukan Datuk Pengemis Nyawa, akulah yang akan mencari mu, Kirana!" balas Raka sambil menoleh dan tersenyum.

Senyum itu membuat wajah Kirana semakin merah, hatinya menghangat mendengar namanya disebut.

Ia pun segera berkelebat ke arah berlawanan, mencari perkampungan terdekat untuk memperbaiki pakaiannya.

Dalam diam, Kirana merenung. Ia masih tak bisa menebak siapa Raka sebenarnya. Apakah dia Pendekar… atau Iblis? Jika melihat betapa sadisnya ia bertarung, ia nyaris seperti Iblis. Tapi... jika benar ia sejahat itu, tubuhnya yang nyaris telanjang tadi pasti sudah menjadi santapan empuk. Tapi Raka tidak seperti Boma, yang tergila-gila pada tubuhnya.

Seandainya Raka memang berhati Iblis dan menginginkannya... tentu ia bisa dengan mudah mendapatkannya. Namun tidak. Kirana tersenyum kecil pada pikirannya sendiri...

1
Hendra Yana
terimakasih
Hendra Yana
up lagi dong
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
lanjut up nya
Hendra Yana
lanjut
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
up
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
Hendra Yana
mantap
Hendra Yana
kaya bkl seru nih
lanjut dong
Hendra Yana
semangat
Das ril
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!